Saturday, December 9, 2017

#DAY 3: Being Presenter in the International Congress

Usai mengikuti panel discussion, saya pun langsung merasa deg-degan banget. Langsung buru-buru kembali ke hotel untuk istirahat dan berlatih untuk esok hari. Meskipun sudah cukup menguasai materi yang ditulis, tapi ternyata saya punya ke-khawatiran terhadap pertanyaan yang akan diberikan penanya ke saya. Rasanya sudah kebayang banget, “Apakah bisa nanti saya menjawab pertanyaan mereka? Gimana kalau saya tiba-tiba nge-blank karena gak ngerti bahasa inggris mereka? Dan gimana kalau ternyata tulisan saya di kritisi sama orang Indonesia?” Huhuhu rasanya galau segalau galaunya. Karena banyak pikiran berkecamuk saat itu memikirkan kemungkinan, justru malah membuat saya untuk tidak menyentuh apapun terhadap paper saya. Saya lebih banyak chating dengan mama, berkali-kali minta di doain, berdoa sama Allah Swt minta diberikan ketenangan dan kelancaran menghadapi hari esok.

Dan pada pagi hari, saya pun sudah bersiap dengan diri saya, menggunakan pakaian yang rapi dengan membawa beberapa catatan kecil yang telah disiapkan. Pagi itupun saya merasa seperti ada banyak kupu-kupu yang menari di dalam perut saya, deg-degan, dan mencoba focus pada pikiran saya untuk memberikan sugesti agar saya berani tampil di depan orang-orang yang jauh lebih professional ketimbang diri saya.

Acara hari ketiga ini bernama “Simultaneous Workshops” yang terdiri dari 6 kelompok yang dimana 1 kelompok berisi 3-4 orang pemakalah. Kelompok ini kemudian terbagi ke dalam 2 ruangan, jadi dalam 1 ruangan terdiri dari 3 kelompok, dimana masing-masing kelompok memiliki waktu sekitar 1,5 jam. Peserta kongres lain boleh memilih sesuai dengan ketertarikannya ingin mengikuti workshop yang mana. Nah kebetulan saat itu saya masuk dalam kelompok 2A yang terdiri dari 4 orang (2 orang dari Indonesia termasuk saya, 1 orang Taiwan, dan 1 orang Korea).

Pada saat giliran kelompok 2A, semua pemakalah diminta untuk duduk di depan, kemudian bergantian untuk mempresentasikan isi dari makalahnya selama 10 menit. Setelah semua pemakalah mempresentasikan makalah kemudian diberikan kesempatan bagi peserta lain untuk bertanya namun tidak langsung kepada pemakalah (rasanya saat itu saya seneng banget karena pertanyaan akan ditampung terlebih dahulu). Selama saya duduk di depan saya, saya hanya memfokuskan pikiran saya terhadap apa yang ingin saya lakukan. Karena saya dapat giliran kedua dalam kelompok jadi saya sempet melihat penampilan teman saya kemudian saya mendapat kesimpulan untuk tidak terburu-buru dalam menyampaikan dan haruslah jelas kosakata yang disampaikan (sebenarnya ini tergantung ketika kita membuat bahan presentasinya juga siy). Ya walaupun diberikan waktu yang sangat terbatas tapi sebisa mungkin saya harus mampu mengendalikan ritme berbicara saya. Dan tibalah saya berdiri di depan microphone. Anehnya, justru saya merasa cukup tenang dan dapat menyapa peserta lain yang melihat saya. Saya pun merasa cukup lancar dalam berbicara walaupun masih ada sedikit kesan nervous. Tapi hal ini cukup wajar bukan? Saya hanya mencoba focus untuk sinkron terhadap apa yang saya bicarakan dengan slide presentasi saya. Karena saya sendiri lah yang menggerakan pointer untuk mengganti slide per slidenya. Sampai akhirnya saya selesai mempresentasikan tulisan saya. Huft rasanya puas aja!

Hingga kemudian moderator menutup sesi workshop kelompok saya karena telah selesai semua presenter menyampaikan isi paper-nya. Saya pun kembali ke tempat duduk dimana peserta Indonesia lainnya yaitu anggota MAPPI berkumpul, disitu saya mendapatkan ucapan selamat, dan tetiba ada orang Australia, Jepang dan Korea yang memberikan saya kenangan-kenangan dan kartu nama dan sedikit berdiskusi dengan paper yang saya bawakan. Rata-rata dari mereka tertarik dengan bahasan paper saya terutama bagian ketidaksesuaian zonasi dengan pemanfaatan ruang untuk ketenagalistrikan dan kompensasi yang diberikan kepada pemilik tanah apabila tanahnya digunakan untuk kelistrikan. Saat itu saya merasa excited banget banget! Gak menyangka ketika berdiskusi dengan mereka, bagaimana mereka memberikan pandangan yang sama tentang tema saya namun pada negaranya. Hal-hal kayak gini yang diluar ekspektasi saya banget, sampai-sampai temen saya bilang “ih banyak banget siy yang appresiasi lo, dan saya cuma bisa berucap syukur, dan ternyata ini menstimulus saya untuk berkarya lagi. Pokoknya rasanya bikin nagih banget deh, hehehe.

Selesai kegiatan workshop ini pun, saya merasa plong banget. Kemudian mengajak teman saya untuk berkeliling mengitari KICC ini yang belum sempat saya lakukan dihari pertama dan kedua. Dan mengingat hari keempat besok program PPC hanya berupa technical tour yang sudah pasti tidak akan kembali kedalam ruangan. Saya pun kemudian mengitari setiap ruangan yang bisa dimasuki, dan mendapati ternyata setiap ruangan dan bagian dari KICC ini di design sangat cantik, benar-benar multifungsi dan artistik banget.

Dari kegiatan mengitari KICC, kemudian saya kembali ke hotel untuk mempersiapkan diri bersama delegasi Indonesia lainnya untuk mempersiapkan “gala dinner”. Jadi gala dinner ini, setiap delegasi Negara akan menampilkan hiburan, boleh berupa tarian, nyayian atau apapun yang sifatnya entertain. Nah saat itu delegasi Indonesia akan menampilkan tarian poco-poco dengan kostum batik dan beberapa aksesoris. Euforia menghadiri malam gala dinner bagi saya sangat menyenangkan, karena selain bisa bersenang-senang dengan delegasi lainnya, saya pun bisa memperluas networking!. Moment-moment gala dinner dapat dilihat lewat foto dibawah ini. Enjoy!

Wednesday, December 6, 2017

#DAY 2: Panel Discussion

Hari kedua, tanggal 27 September 2016, agenda PPC berupa Keynote Speech dan panel discussion. Untuk panel discussion ada dua tema yang dibahas, yang pertama tentang “the role of appraisers in rapidly changing global financial market” dan yang kedua tentang “Valuation related to IFRS and IVS”. Perasaan saya sangat excited banget, karena euphoria professional sungguh berasa. Setelah selesai sarapan di hotel, saya pun menuju Kyoto International Conference Center, yang hanya berjarak 500 meter dari hotel. Memasuki tempat aula, saya mengisi absensi dan kemudian diberikan conference kit yang berisi: buku program PPC 28th, buku kumpulan paper peserta, sertifikat, buku agenda, name tag, dan tas. Rasanya pas menerima ini senengnya luar biasa, karena tetiba merasa bangga liat tulisan yang dibikin di cetak jadi buku. Yang dengan adanya buku tersebut, membuat saya tetiba dikenal dengan mudah oleh orang yang duduk di sekitar saya. Hahahaha. Dan sontak saya pun memfoto bagian buku tersebut untuk dikirim via whatsapp ke mama. Hasil yang selama ini saya perjuangkan ternyata manis banget hasilnya, dan merasa puas!!!

Nah, lanjut untuk “keynote speech” yang disampaikan oleh Tadao Ando yang merupakan seorang arsitek asal Jepang yang banyak melahirkan karya yang sangat fenomenal. Terus terang saya belum pernah tau siapa Tadao Ando ini, sampai akhirnya saya pun berusaha “googling” mencari tau tentang Tadao Ando ini dan saya pun langsung jatuh hati dengan kehebatannya. Gimana gak jatuh hati coba, ternyata Tadao Ando ini bisa dikatakan self-arcitect dengan banyak karya di Jepang dan di berbagai Negara! Sungguh keren sekali. Saya pun kemudian dengan sengaja membeli satu buku hasil karyanya. 

(If you wanna know more about Tadao Ando, you can check this link https://en.wikipedia.org/wiki/Tadao_Ando).

Setelah Mr. Tadao Ando selesai memberikan speech-nya, dilanjutkan agenda Panel Discussion yang berjudul “the role appraisers in rapidly changing global financial market” diisi oleh 3 panelis yang berasal dari Jepang (Komori, Hiroshi), USA (Scott Robinson), dan Malaysia (Dato Sir Lau Wai Saeang. Yang dibahas saat panel discussion ini sangat menarik, yang membuat pemahaman saya tentang penilaian semakin berkembang dan membuat saya pengen nangis karena belum ngerti apa-apa tentang penilaian. Hahahaaa. But well, saya pun coba menikmati dan merasa semakin menarik minat saya untuk terus belajar.

Untuk Panel Discussion kedua dengan tema “Valuation Related to IFRS and IVS” diisi oleh 3 orang panelis, dan salah satu panelis berasal dari Indonesia yaitu Rengganis Kartomo, kemudian David Faulkner dari Hongkong, dan Elvin Fernandez dari Malaysia.  Nah, pada diskusi yang ini, yang menarik perhatian saya justru bukan pada tema/judul diskusinya melainkan sosok Bu Rengganis yang saya liat “Inspiring Women for Indonesian Appraiser”. Suka banget lah sama pembawaan Bu Anis yang selalu senyum, ramah, dan keliatan banget cerdasnya (So glad have you bu!). Dan Bu Anis ini telah menjadi role model saya sebagai perempuan yang mendalami dunia penilaian di Indonesia dan bertekad harus sama seperti Bu Anis dalam berkarir sampai bisa dipercaya menjadi pembicara konferensi internasional. And I promise to my self, I will. 😊😊


#DAY-1: What Should I Do?

Saat itu, tanggal 26 September 2016, penerbangan saya ke Jepang dengan menggunakan Garuda Indonesia tujuan Osaka. Saya merasa seperti de javu + excited + worried sama penerbangan kali ini. Saya de javu karena saya benar-benar mengulangi perjalanan ke Jepang 6 bulan lalu, saya excited karena saya merasa keren aja menjadi anggota termuda yang bakal ngomong di acara bergengsi, dan saya worried karena penerbangan ke Osaka mengalami penundaan salama 2 jam. Deg!

Langsung saya panik mencoba menghitung maju apakah saya akan terlambat menghadiri hari pertama kongres tersebut dan memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi sehingga saya datang terlambat ke lokasi. Hal ini karena kegiatan diselenggarakan di Kyoto International Conference Center sementara penerbangan saya tujuan Osaka yang dimana masih membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai Kyoto. Maka selepas saya sampai di Osaka saya harus melanjutkan perjalanan darat menggunakan Shinkansen ke Kyoto Station dan dari Kyoto Station pindah menggunakan kereta untuk sampai di KCIC.

How to get Kyoto International Conference Center, bisa download link ini yaa https://www.dropbox.com/s/6yrl6s0p12t93rl/from_kyoto_stn_to_icc.pdf?dl=0

Tapi, syukur Alhamdulillah ternyata saya masih punya waktu sekitar 2 jam sebelum kegiatan Welcoming Ceremony dimulai. Waktu dua jam inilah kesempatan saya untuk bersih-bersih dan mempersiapkan diri untuk kegiatan pertama pada program PPC.

Saya pun dengan merasa bingung karena tidak tahu apa yang akan dihadapi di hari pertama. Ya kalau diliat di jadwal yang ada hanya Registration dan Welcoming Ceremony. Nah karena gak ngerti apa-apa, yaudah deh langsung berprinsip “yang terjadi, terjadilah” hahahaha. Dengan mengumpulkan keberanian saya pun mencari ruangan dimana kegiatan welcoming ceremony ini diadakan. Karena ternyata KCIC ini gede buanget dan memiliki banyak ruangan. Ya udah deh muter-muter nyari dan ngikutin orang yang punya gerak-gerik ke tempat yang sama dan TADAA… ketemu! Oke masuklah saya ke dalam ruangan dengan menghampiri panitia yang ada di depan, diajak ngobrol namanya siapa dan darimana. Setelah itu, si panitia mengarahkan saya untuk gabung dengan peserta yang lain. Oke oke, saya pun memberanikan langkah dan lagi-lagi feel confused and awkward dihadapi. Yap, saya merasa bingung karena tidak saya temukan peserta Indonesia di dalam ruangan tersebut padahal di grup whatsapp ramai menanyakan pada berada dimana. Dan saya merasa bingung oh ternyata Welcoming Ceremony nya dengan konsep Standing Dinner!! Standing Dinner disini itu ya mirip-mirip lah kayak kita lagi kondangan ke pernikahan temen, dengan banyak makanan yang dihidangkan dan sambil ngobrol dengan orang-orang yang dikenal!! Nah, permasalahan bagi saya adalah saya ini kan baru pertama kali yaa ikut konfrensi international dan mana saya belum punya kenalan kan di kalangan professional di berbagai Negara. Dan yawda deh saya berdiri aja sambil makan, yang kemudian beberapa menit adalah orang Korea yang menghampiri saya dan menanyakan “kamu dari Indonesia kan”, “berapa orang yang kesini”, “kamu dari perusahaan apa”, “saya belum pernah ketemu kamu sebelumnya” (dengan gaya pertanyaan yang nyecer dan tanpa basa basi). Hmm, saya pun sedikit merasa terintimidasi dengan pertanyaan tersebut namun mau gak mau harus menjawab dan bersikap ramah dengan orang Korea ini karena setidaknya dia telah menyelamatkan saya dari kekakuan saya mengikuti welcoming ceremony. Dan disini pun saya langsung ngebatin, "oke walaupun saya terlihat muda itu bukan alasan lo minder, dan lo bisa lah nyinggung kalau lo adalah salah satu orang yang akan mempresentasikan makalah besok". Dan tidak lama setelah ngobrol dengan orang Korea tersebut datanglah orang dari Singapura dan Australia yang juga mengajak ngobrol, dengan pertanyaan yang sama dengan orang Korea tadi saya pun menjawab pertanyaan mereka, dan saya pun mempraktekkan suggesti saya tadi dengan menambahkan penjelasan saya ikut acara ini karena “I have big opportunity to present my paper tomorrow. (and you know what his responses? “Oh really, and this is my name card").

Oh Thanks Allah, ternyata yang perlu saya hadapi adalah hanya kepercayaan diri, dan jangan pernah mengecilkan kemampuan diri sendiri. Just believe with yourself and Allah  Swt will help you.

Epilog: Salah satu motivasi saya mengikuti Welcoming Ceremony ini karena benar-benar hanya untuk makan malam. Setelah perjalanan jauh dari Jakarta-Osaka-Kyoto saya perlu mengisi energi saya. Nah, karena tidak memungkinkan bagi saya memesan makanan hotel yang mahal kebangetan itu (maklum budget terbatas & juga butuh asupan yang banyak hahaha), maka terpaksa saya ikut Welcoming Ceremony tersebut, dan tidak disangka ternyata Welcoming Ceremony adalah sebuah kesempatan memulai networking. Meskipun saya merasa awkward tapi setidaknya saya sudah kenyang. Lol :D

Pan Pacific Congress of Real Estate Appraisers, Valuer, and Counsellors

Pan Pacific Congress of Real Estate Appraisers, Valuer, and Counsellors (PPC) adalah forum profesional penilai dan konsultan real estate, yang beranggotakan asosiasi penilai dan konsultan real estate di negara-negara kawasan Asia Pasifik, dengan tujuan membahas perkembangan terakhir dan bertukar informasi antar profesional dari berbagai belahan dunia. PPC dimulai sejak tahun 1950an hingga terakhir di tahun 2016 lalu. Anggota PPC terdiri dari organisasi penilaian di Australia, Kanada, Indonesia, Korea, Japan, Malaysia, Mexico, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, dan USA. Kongres ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Barikut Negara yang pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan PPC.

No
Year
Host City
Host Country
1
1959
Sydney
Australia
2
1961
San Francisco
USA
3
1963
Wellington
New Zealand
4
1966
Tokyo
Japan
5
1969
Sydney
Australia
6
1971
Manila
Philipines
7
1973
San Francisco
USA
8
1975
Rotorua
New Zealand
9
1977
Vancouver
Canada
10
1979
Tokyo
Japan
11
1981
Melbourne
Australia
12
1983
Kuala Lumpur
Malaysia
13
1986
Hawaii
USA
14
1988
Christchurch
New Zealand
15
1990
Seoul
South Korea
16
1992
Calgary
Canada
17
1994
Yokohama
Japan
18
1996
Sydney
Australia
19
1998
Singapore
Singapore
20
2000
Auckland
New Zealand
21
2002
Kuala Lumpur
Malaysia
22
2004
Taipei
Taiwan
23
2006
San Francisco
USA
24
2008
Seoul
South Korea
25
2010
Bali
Indonesia
26
2012
Melbourne
Australia
27
2014
Singapore
Singapore
28
2016
Kyoto
Japan
29
2018
Tijuana
Mexico


PPC biasa diselenggarakan selama 4 hari, yang dimulai dengan agenda opening ceremony, kemudian keynote speech, panel discussion, simultaneous workshop, farewell dinner, hingga technical visit. Acara ini sangat berkelas menurut saya, karena kita bisa langsung menjalin networking dengan orang-orang professional yang menjabat posisi penting di beberapa organisasi yang berhubungan dengan penilaian (valuation), real estate, hingga asset management.

Nah, bagaimana pengalaman saya selama mengikuti kegiatan ini, lanjut aja yaa bacanya.

Mengikuti Kongres? Gimana Sih Caranya?

Assalamualaikum Wr. Wb, kali ini saya akan menceritakan sebuah pengalaman luar biasa yang telah Allah Swt berikan kepada saya. Pengalaman yang saya sendiri masih tidak percaya diri kalau telah mengalaminya dan mampu melewatinya. Sebuah pengalaman yang mengajarkan saya banyak hal dan membuat saya untuk terus semangat belajar.

Pengalaman tersebut adalah ketika saya berkesempatan mengikuti sebuah kongres di Kyoto-Jepang. Sebuah kongres internasional yang banyak dihadari oleh kalangan professional dari negara-negara di Asia-Pasifik. Nama kongresnya adalah Pan Pacific Congress of Real Estates Appraisers, Valuers, and Counselors. Nah, saya akan membagi pengalaman saya ini kedalam beberapa part dalam blog ini karena banyaknya yang ingin saya ceritakan. Kira-kira akan ada 7 part atau lebih tentang kongres ini yang berisi pengalaman yang saya rasakan, tips dan trik mempersiapkan dan mengikuti kongres dan tentunya tentang Kyoto-Jepang sendiri. 

Well, sesuai judulnya, gimana sih caranya saya bisa sampai bisa mengikuti kongres tersebut?

Ceritanya bermula dari (lagi-lagi) keisengan saya dalam mencoba sesuatu yang baru. Iseng untuk berinisiatif mengirimkan sebuah abstrak ke dalam suatu kegiatan kongres. Nah saat itu, ada sebuah poster di sebuah website penilai Indonesia (www.mappi.or.id) bahwa akan ada sebuah agenda Kongres Internasional di Jepang yang mengajak siapa pun yang berkecimpung di dunia penilaian maupun real estate untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Salah satu ajakan pada poster tersebut adalah mengajak siapa pun yang mempunyai tulisan untuk dapat mengirimkannya asalkan tulisan tersebut sesuai dengan tema kongresnya (“Call for Paper”). Karena saya merasa tertantang sekali untuk menulis ilmiah dalam bahasa Inggris dan sangat tergiur untuk mengikuti kongres tersebut dengan GRATIS, maka saya berfikir saat itu, “ah gak ada salahnya banget mencoba kirim abstrak, siapa tau memang bisa ke Jepang lagi kan”.

As you know, saya pun mulai seriusin dengan memikirkan tema apa yang bagus untuk paper di acara kongres tersebut. Ternyata semakin memikirkan tema yang akan diambil maka semakin berkali-kali saya ganti tema. Merasa gak pede sama tema yang sudah dipilih hingga sempat terpikir “ah gak jadi deh kirim abstraknya”.

Tapiii, karena kekeuh sekali ingin kembali ke Jepang, saya pun “memaksa” diri saya untuk merelakan waktu sehabis pulang kerja untuk menyalakan laptop kemudian browsing dan membaca banyak referensi lagi, lagi dan lagi agar saya yakin sama tema yang dipilih. Saya pun mulai “nyicil” setiap malam untuk mulai menulis abstraknya. Disini nih berasa banget semangat sekaligus “mandeg” mikirin kemana sih arah menulis yang saya lakukan. Namun entah mengapa, saya pun ngebatin “Cipoy, let’s writing your paper, you have interesting topic, and you’re going to Japan again!”  Nah loh, kalimat inilah yang kemudian membuat saya terhipnotis hingga saya harus optimis untuk terus berusaha.

Hingga akhirnya, waktu untuk mengirim abstrak tinggal hitungan hari lagi, teman kantor saya sudah mengirimkan abstraknya, dan di akhir Bulan Maret yang merupakan batas waktu pengiriman abstrak, saya akan mengikuti pendidikan di Kota Balikpapan. Sempat merasa panik dan ingin menyelesaikan “apa adanya” tuh abstrak lagipula cuma 300 kata doang. Tapi saya ternyata malah mengurungkan niatnya, karena merasa harus di proofread lagi, batin saya saat itu “gak apalah mendekati batas waktu ngirimnya, yang penting tidak melebih batas waktu pengiriman abstrak”. Jadilah saya harus membawa buku-buku yang menjadi literatur saya ke Balikpapan.  

Akhirnya, saya pun mengirimkan abstrak tepat 4 hari sebelum batas waktu pengiriman abstrak (abstrack submission deadline) yang telah ditentukan oleh committee. Kelihatannya masih dalam taraf wajar ya saya mengirimnya, tapi kondisi saya saat itu, benar-benar terpecah konsentrasinya karena akan menghadapi ujian dari pendidikan yang saya ikuti. Mengumpulkan konsentrasi dan semangat adalah kunci saya yang akhirnya cukup percaya diri untuk mengirimkan abstrak. Saat itu saya meracuni cara berpikir saya “kalau saya gak pernah coba mengirimkannya, saya gak akan pernah tau hasilnya dan menjadi orang yang kalah sebelum berperang”

Alhamdulilah, saya pun telah mengirimkan abstraknya, dan notifikasi email yang menginformasikan bahwa file abstrak saya telah diterima dengan baik oleh committee pun saya dapatkan keesokan harinya.


Dan saat menunggu pun terasa lama sekali, bikin deg-degan dan penuh harap sekali. Lagi-lagi saya melakukan ritual saya setelah berusaha yaitu “berdoa, ikhlas, dan tawakal”. Hingga akhirnya memasuki bulan April 2016.

ACCEPTANCE NOTIFICATION

Lima Belas April Dua Ribu Enam Belas merupakan jadwal pemberitahuan diterima atau tidaknya abstrak yang saya kirimkan ke panitia kongres. Namun, sayang di tanggal tersebut tidak ada satupun email membahagiakan yang masuk. Berkali-kali cek email lewat HP maupun PC tetap tidak ada email dari panitia kongres tersebut. Saya pun memberanikan diri bertanya ke teman saya yang juga ikutan mengirimkan abstrak, siapa tau teman saya itu mendapat email notifikasi dari panitia sementara saya tidak dapat. Ketika saya tanya, ternyata teman saya pun tidak mendapatkan email apapun dari panitia. Sehingga kami berkesimpulan “Paper kita tidak lolos”.

Huh, rasanya nyesek aja (entah apa yang menyesakan dada, mungkin karena terlalu berharap lolos kali ya), sedikit sedih dan ya sudahlah, toh sudah mencobanya. Maka saya pun mulai menyibukan diri untuk tidak memikirkannya.

Sampai akhirnya saya pun sudah berada di Osaka-Jepang di akhir April 2016. (loh kok bisa duluan ke Jepang?? Yap, jadi pada saat saya menyelesaikan abstrak paper tersebut, saya dan teman-teman telah memiliki agenda traveling ke Jepang ). Hehehe

Tepat pada tanggal 20 April 2016, disaat pocket WiFi yang di-share ber-delapan baru diaktifkan kembali, ada kerlap-kerlip biru di layar HP saya yang menandakan ada email baru yang masuk. Pikir saya, “ah ini pasti email kerjaan minggu lalu” coba liat subjectnya “subject apaan nih? kok subjectnya kayak pakai bahasa kanji, tau aja kalau saya lagi di Jepang sampai-sampai isi email pun menyesuaikan si pemilik ada dimana” haha. Karena penasaran dan sebelum pocket WiFi-nya dimatikan lagi, saya langsung dong masuk ke email, nge-skip semua notif whatsapp, line, dan sosial media lainnya. Memastikan keyakinan mata saya, saya pun langsung loncat-loncat kegirangan yang baru saja menemukan kalimat “we are pleased to inform you that the abstract you have submitted is accepted by the Executive Committee of PPC Kyoto 2016”

20 April 2016, I got this email :D
x






















SUBHANALLAH!!! (batin saya)

Saya pun merasa deg-degan melihat pemberitahuan email tersebut yang bilang abstrak saya diterima, rasanya langsung senang jingkrak-jingkrak dan pengen banget ngabarin langsung dengan orang-orang terbaik dalam hidup saya sesegera mungkin. Perasaan ini persis banget sama sewaktu saya terima pengumuman kelulusan SPMB. Sampai-sampai teman saya yang melihat tingkah saya pun bertanya, “apaan sih poy? segitunya ekspresi lo” dan saya pun hanya menjawab “Guys, kayaknya gue akan kembali ke Jepang akhir September 2016”. Mereka pun berkata “Cipoy, kereeeen banget lo!!!”

Aaaaaa, Alhamdulilah banget..senangnya berlipat-lipat sekali, pas sedang di Jepang dan membayangkan akan kembali dalam waktu dekat!!!

(dan pikiran pun berkata, “oh my god, apa yang mau gue tulis di paper ya”, hahaha)


THREE MONTHS REMAINING

Kembalinya saya dari liburan, saya pun tidak hanya memiliki oleh-oleh untuk teman kantor saya, saya pun sekaligus memiliki pekerjaan yang sudah menanti dengan amat manis. Rasanya saat itu ingin kabur lagi kemana gitu, rasanya kok gak betah banget sama suasana kantor. Tapi, saya langsung buru-buru mengingat kalau saya punya alasan untuk sementara bertahan dengan suasana kantor yang “berisik”. Dan hal yang bikin berisik itupun dikarenakan telah beredarnya berita bahwa saya akan pergi lagi ke Jepang untuk sebuah acara kongres. Beberapa teman ada yang mengucapkan selamat ke saya tapi ada juga yang ‘nyinyir’ ke saya. Tapi sudahlah, focus saya saat itu, saya harus menyempurnakan ide tulisan saya dan segera menuliskannya karena siapa tau saya pun menjadi salah satu orang yang beruntung untuk mempresentasikan karya saya tersebut kan?. (and you know, my dream came true!!! Alhamdullilah, di bulan Juni saya mendapatkan email yang menyatakan kalau saya diminta untuk mempresentasikan paper saya!)

Request to be Speakers of the 28th PPC Congress of Real Estate Appraisers, Valuers, and Counselors

Oke, singkat cerita selama 3 bulan tersebut, focus pikiran saya benar-benar tentang paper. Banyaak banget ke-khawatiran saya saat itu. Mungkin karena ini pertama kali bagi saya mengikuti kongres yang berisi orang-orang yang professional di bidang penilaian dan real estate. Saya sedikit merasa ‘minder’ karena yaa ampun saya masih cetek banget kan ilmunya di bidang penilaian dan real estate, terus udah 'sotoy alias sok tau' banget ngomong di depan orang-orang yang ahli di bidang tersebut. Saya pun kepikiran banget sama akomodasi yang harus saya keluarkan. Meskipun saya mendapatkan kesempatan gratis untuk acara kongresnya, tapi ternyata untuk akomodasi ditanggung sendiri. Tapi soal akomodasi ini tidak saya ambil pusing banget kalau memang harus menggunakan tabungan saya, yaudah gapapa juga toh kesempatan ini big opportunity banget buat saya melihat dunia professional. (Tapi alhamdulilaah sih, biaya akomodasi ditanggung kantor setengahnya ahahah)

Jadi, selama 3 bulan tersebut, jangan tanya waktu saya untuk apa ya. Selain mengerjakan pekerjaan kantor, waktu saya pun tersita untuk membaca, membaca, berfikir, dan menuliskannya.

Oke, next ke postingan selanjutnya tentang kongres international ya saya ikuti yaa guys :D