Ceritanya mungkin bukan pada kekesalan
saya terhadap Andryani yang ingin mencoba mempertemukan saya dengan cowo yang
saya suka, bukan pada ke-kepo-an-nya bercerita dengan cowo yang saya suka. Tapi,
jauh sebelum itu, mungkin tepatnya ketika kami berada di satu tim proyek di akhir
tahun 2012 atau di awal tahun 2013. Sebenarnya saya sendiri agak-agak tidak terlalu
mengingatnya peristiwa itu, namun Andryani mengingatnya dengan sangat baik
terhadap peristiwa tersebut.
Iya sebuah kata “bego” yang hampir
merusak tali persaudaraan yang ada. Jujur, kata itu pun spontan keluar dari
mulut saya ketika itu. Entah dalam konteks perbincangan apa, saya tidak bisa
mengingatnya dengan pasti. Yang jelas saya yakin bukan pada saat berdiskusi dengan
ketua kelas.
Ucapan tersebut, memang terdengar
kasar, tapi sejujurnya saya pun tidak punya maksud apa-apa terhadap kata
tersebut dan bukan untuk menghina dirinya. Dan kata itu, memang suka secara
spontan keluar dari mulut saya yang memang sering salah ucap hingga menyakiti
perasaan orang. Jelas penggunaan kata ‘bego” tidak bisa diterima oleh dirinya bahkan
sebagai suatu hal yang bisa membuat dirinya tersinggung. Apalagi hitungannya
saya pun baru mengenal dirinya 2 tahun belakangan ini saja. Dan bisa dibilang saya
pun tidak banyak bercerita kepadanya seperti saya bercerita ke sahabat saya. Jadi
jelas dirinya menganggap kata itu sesuatu yang serius ada dalam dirinya.
Hmm, ini mungkin jadi pelajaran juga
bagi saya dalam menggunakan kata itu. Sering saya spontan menggunakan kata itu
untuk situasi/kondisi yang tidak saya inginkan. Bahkan ketika saya mengeluh pun
saya spontan menggunakan kata itu untuk diri saya sendiri. Dan, kalau menurut Andryani
kata itu hanya diucapkan pada dirinya, maka akan sangat saya tegas bilang kata
itupun pernah terlontar dari mulut saya ke teman-teman yang lain. Mungkin hanya
saja, Andryani pas tidak lagi mendengar kata itu terucap, atau pas orang yang menerima
kata tersebut tidak tersinggung dan atau mungkin benar tidak ada yang berani
teman saya mengatakan itu kembali ke saya. Entahlah, yang jelas tidak pernah
ada maksud yang sebenarnya dari kata itu.
Dan, kata itulah yang terus tertanam
dalam otaknya, sampai-sampai ketika kembali muncul membuatnya sakit kepala. Kata ‘Bego’ itu yang kemudian dikaitkan
dengan permasalahan yang lain. Hingga memuncak pada perisitwa saya nge-diemin
dirinya karena ketidaksenangan saya melihat ke-kepo-an-nya terhadap cowo yang
saya suka. Padahal ada satu hal yang saya ingat dan dengar kalau Andryani tidak
akan berani mengobrol kalau belum ketemu dengan orangnya langsung tetapi
ternyata saya agak salah.
Padahal kalau mengingat-ingat
peristiwa di pertengahan tahun 2013 lalu, hubungan saya dengan Andryani pun
tergolong baik. Entah yaa kalau dalam dirinya tetap mempunyai ketidaksukaan terhadap
saya. Yang jelas saya masih ‘enjoy’ berteman dengannya. Bahkan saya pun ingat
di tahun 2013 lalu saya pernah diberinya kado novel ketika saya berulang tahun.
Saya masih berdiskusi dengan baik terhadap kerjaan. Tapi sekali lagi yaa, mana
saya pernah tau perasaan orang kan kalau ternyata masih ada kata ‘bego’ yang
mengganjal hatinya. Dan malam ini Andryani menyampaikannya dengan sangat jelas.
Well, saya
pun mengucapkan terima kasih sangat karena menyampaikannya dengan sangat jelas.
Saya jadi bisa meng-intropeksi diri saya dan mengucapkan maaf. Banyak banget
minta maaf saya ke Andryani. Maaf untuk kata ‘bego’ yang bikin keinget terus
sampai bikin sakit kepala, maaf karena telah di-cuekin beberapa bulan, maaf
untuk sifat nyebelin-nyebelin saya terutama lewat ucapan, maaf untuk semua
permintaan yang gak bisa saya wujudkan (mohon maafnya juga disampaikan ke cowo
yang pernah janjian mau ketemu), maaf kalau belum bisa menjadi teman yang asik,
maaf untuk sifat ke-sok-tahuan saya dalam menilai, maaf yang sudah bilang
pendendam, belum dewasa, dan kayak anak kecil, dan maaf untuk segala ucapan
saya yang secara gak sadar diri menyakiti Andryani.
(Semoga maaf saya diterima yaa)
Hmm,
dengan jelas menyampaikan kalau saya tidak pernah marah dengan Andryani, dan
saya pun jadi tahu, kenapa Allah Swt mempertemukan saya dengan dirinya untuk
mengurangi ego dan ke-sok-tahuan saya. Dan ‘Gak perlu ditanya juga secepatnya
ke Allah Swt’ Karena ternyata diri kamu hadir untuk menyadarkan diri saya. Lupain
juga semua ucapan saya yang bernada negatif di Line, karena setelah dibaca lagi
itu hanya emosi sesat & sesaat aja. Gak pernah ada maksud sebenarnya untuk
meninggalkan Andryani, karena saya terlalu sayang sama orang-orang baik yang
hadir di kehidupan saya.
Dan, malam ini saya benar-benar
bersyukur kepada Allah Swt, karena masih memberikan kesempatan bagi diri saya
untuk menyadari kesalahan saya dan meminta maaf langsung. Dan saya merasa kasih
sayang Engkau begitu luar biasa padahal saya yakin sepenuh hati masih banyak
banget dosanya. Mungkin ini juga jawaban dari setiap surat favorit yang saya coba
selalu sempatkan membacanya. *huwaaa mewekk deh*
For Ary Andryani, with these, I'm wanna say sorry for everything I did. Please, accept my apologize.
No comments:
Post a Comment