Faa,
niy kamu kan suka traveling, siapa
tau berminat ada acara seru (dikirimin foto acara social community mereka di suatu tempat)
Poy,
enak banget siy kerja lo jalan-jalan mulu
Tuh
kan, gw lagi di Jakarta, lo udah jalan lagi aja
Duh,
tante sibuk keliling Indonesia ya, jadi gak sempat kunjungi ponakannya
Woii,
kemana lagi nih?
Lo
ngapain sih perginya jauh-jauh, udah mending di kantoran aja kayak gw.
Well,
itulah sedikit cerita tentang pandangan orang terhadap kerjaan saya yang
jalan-jalan mulu. Yang biasanya cenderung saya becandain balik untuk membalas statement tersebut. Dan sumpaaah yaa,
belakangan ini sudah mulai berpikir ulang apakah memang saya suka menjalani
pekerjaan yang hampir 50% harus pergi keluar kota tersebut. Padahal yaa kalau
boleh saya flashback satu tahun ini
saya pindah kerja pun dengan salah satu tujuan untuk tidak sering-sering
dikirim keluar kota. Karena saya punya pemikiran ketika saya sudah menikah
nanti dan punya anak, saya cenderung tidak mau untuk pergi survey untuk urusan
kerjaan. Awalnya saat saya mengambil pekerjaan tersebut berharap sekali jika
tempat kerja saya yang baru ini tidak akan sering survey keluar kota. Atau
kalau pun diharuskan survey tidak untuk waktu lama, yaa hanya 2-3 hari dan
itupun hanya dalam kota saja.
But you know what? Ternyata oh ternyata harapan saya itu hampir berkebalikan 1800. Hampir setiap bulan saya “mau tidak mau” harus survey untuk melihat asset klien untuk waktu 3-4 hari. Bahkan jika saya sedang terlibat dalam pekerjaan Land Acquisition for Public Interest, maka saya dipastikan ada di suatu daerah untuk waktu 14-21 hari!!! Lalu apakah kemudian saya stress? Hmm, jawabannya hampir bisa dikatakan demikian, yang jelas saya sangat sangat sangat merasa gelisah dan selalu ngedumel untuk bisa pulang lebih cepat. Jadi, ketika ada teman yang berkomentar “lo enak banget sih poy jalan-jalan mulu” maka sebenarnya yang saya rasakan dan ingin balas komentar tersebut adalah “hih enak apaan sih, capek tau lama-lama di daerah, bikin kulit gw tambah hitam, harus relain jerawat muncul di wajah gw, pulang dari survey pun kerjaannya banyak dan selalu aja bikin masalah dengan jadwal main “mereka” karena saya belum ada di Jakarta”.
But you know what? Ternyata oh ternyata harapan saya itu hampir berkebalikan 1800. Hampir setiap bulan saya “mau tidak mau” harus survey untuk melihat asset klien untuk waktu 3-4 hari. Bahkan jika saya sedang terlibat dalam pekerjaan Land Acquisition for Public Interest, maka saya dipastikan ada di suatu daerah untuk waktu 14-21 hari!!! Lalu apakah kemudian saya stress? Hmm, jawabannya hampir bisa dikatakan demikian, yang jelas saya sangat sangat sangat merasa gelisah dan selalu ngedumel untuk bisa pulang lebih cepat. Jadi, ketika ada teman yang berkomentar “lo enak banget sih poy jalan-jalan mulu” maka sebenarnya yang saya rasakan dan ingin balas komentar tersebut adalah “hih enak apaan sih, capek tau lama-lama di daerah, bikin kulit gw tambah hitam, harus relain jerawat muncul di wajah gw, pulang dari survey pun kerjaannya banyak dan selalu aja bikin masalah dengan jadwal main “mereka” karena saya belum ada di Jakarta”.
Tapi,
entahlah saya pun sebenernya tidak ingin mengeluh dan terus-terusan mengeluh.
Satu hal yang sangat saya rasakan dengan sering berpergian adalah saya merasa
cepat beradaptasi dengan lingkungan. Saya pun menyukai traveling tapi kok ya kalau untuk urusan kerja saya sudah mulai
berpikir ulang. Ya semoga saya segera mengerti perjalanan hidup saya yang Allah
Swt berikan ini. Dan tetap saya harus bersyukur karena masih diberikan
kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi manusia produktif. Alhamdulillah.