Assalamualaikum Wr. Wb, kali ini saya akan menceritakan
sebuah pengalaman luar biasa yang telah Allah Swt berikan kepada saya. Pengalaman
yang saya sendiri masih tidak percaya diri kalau telah mengalaminya dan mampu melewatinya.
Sebuah pengalaman yang mengajarkan saya banyak hal dan membuat saya untuk terus
semangat belajar.
Pengalaman tersebut adalah ketika saya
berkesempatan mengikuti sebuah kongres di Kyoto-Jepang. Sebuah kongres
internasional yang banyak dihadari oleh kalangan professional dari
negara-negara di Asia-Pasifik. Nama kongresnya adalah Pan Pacific Congress of Real Estates Appraisers, Valuers, and
Counselors. Nah, saya akan membagi pengalaman saya ini kedalam beberapa
part dalam blog ini karena banyaknya yang ingin saya ceritakan. Kira-kira akan
ada 7 part atau lebih tentang kongres ini yang berisi pengalaman yang saya
rasakan, tips dan trik mempersiapkan dan mengikuti kongres dan tentunya tentang
Kyoto-Jepang sendiri.
Well,
sesuai judulnya, gimana sih caranya saya bisa sampai bisa mengikuti kongres
tersebut?
Ceritanya bermula dari (lagi-lagi) keisengan saya
dalam mencoba sesuatu yang baru. Iseng untuk berinisiatif mengirimkan sebuah
abstrak ke dalam suatu kegiatan kongres. Nah saat itu, ada sebuah poster di
sebuah website penilai Indonesia (www.mappi.or.id)
bahwa akan ada sebuah agenda Kongres Internasional di Jepang yang mengajak
siapa pun yang berkecimpung di dunia penilaian maupun real estate untuk berpartisipasi
dalam acara tersebut. Salah satu ajakan pada poster tersebut adalah mengajak
siapa pun yang mempunyai tulisan untuk dapat mengirimkannya asalkan tulisan
tersebut sesuai dengan tema kongresnya (“Call
for Paper”). Karena saya merasa tertantang sekali untuk menulis ilmiah
dalam bahasa Inggris dan sangat tergiur untuk mengikuti kongres tersebut dengan
GRATIS, maka saya berfikir saat itu, “ah
gak ada salahnya banget mencoba kirim abstrak, siapa tau memang bisa ke Jepang
lagi kan”.
As you know,
saya pun mulai seriusin dengan memikirkan tema apa yang bagus untuk paper di acara kongres tersebut. Ternyata
semakin memikirkan tema yang akan diambil maka semakin berkali-kali saya ganti
tema. Merasa gak pede sama tema yang sudah dipilih hingga sempat terpikir “ah gak jadi deh kirim abstraknya”.
Tapiii, karena kekeuh
sekali ingin kembali ke Jepang, saya pun “memaksa” diri saya untuk merelakan
waktu sehabis pulang kerja untuk menyalakan laptop kemudian browsing dan membaca banyak referensi
lagi, lagi dan lagi agar saya yakin sama tema yang dipilih. Saya pun mulai
“nyicil” setiap malam untuk mulai menulis abstraknya. Disini nih berasa banget
semangat sekaligus “mandeg” mikirin kemana sih arah menulis yang saya lakukan.
Namun entah mengapa, saya pun ngebatin “Cipoy, let’s writing your paper, you have
interesting topic, and you’re going to Japan again!” Nah loh, kalimat inilah yang kemudian membuat
saya terhipnotis hingga saya harus optimis untuk terus berusaha.
Hingga akhirnya, waktu untuk mengirim abstrak
tinggal hitungan hari lagi, teman kantor saya sudah mengirimkan abstraknya, dan
di akhir Bulan Maret yang merupakan batas waktu pengiriman abstrak, saya akan
mengikuti pendidikan di Kota Balikpapan. Sempat merasa panik dan ingin
menyelesaikan “apa adanya” tuh abstrak lagipula cuma 300 kata doang. Tapi saya
ternyata malah mengurungkan niatnya, karena merasa harus di proofread lagi, batin saya saat itu “gak apalah mendekati batas waktu ngirimnya,
yang penting tidak melebih batas waktu pengiriman abstrak”. Jadilah saya
harus membawa buku-buku yang menjadi literatur saya ke Balikpapan.
Akhirnya, saya pun mengirimkan abstrak tepat 4
hari sebelum batas waktu pengiriman abstrak (abstrack submission deadline) yang telah ditentukan oleh committee. Kelihatannya masih dalam
taraf wajar ya saya mengirimnya, tapi kondisi saya saat itu, benar-benar
terpecah konsentrasinya karena akan menghadapi ujian dari pendidikan yang saya
ikuti. Mengumpulkan konsentrasi dan semangat adalah kunci saya yang akhirnya
cukup percaya diri untuk mengirimkan abstrak. Saat itu saya meracuni cara
berpikir saya “kalau saya gak pernah coba
mengirimkannya, saya gak akan pernah tau hasilnya dan menjadi orang yang kalah
sebelum berperang”
Alhamdulilah, saya pun telah mengirimkan
abstraknya, dan notifikasi email yang menginformasikan bahwa file abstrak saya
telah diterima dengan baik oleh committee
pun saya dapatkan keesokan harinya.
Dan saat menunggu pun terasa lama sekali, bikin deg-degan
dan penuh harap sekali. Lagi-lagi saya melakukan ritual saya setelah berusaha
yaitu “berdoa, ikhlas, dan tawakal”. Hingga akhirnya memasuki bulan April 2016.
ACCEPTANCE
NOTIFICATION
Lima Belas April Dua Ribu Enam Belas merupakan
jadwal pemberitahuan diterima atau tidaknya abstrak yang saya kirimkan ke panitia
kongres. Namun, sayang di tanggal tersebut tidak ada satupun email
membahagiakan yang masuk. Berkali-kali cek email lewat HP maupun PC tetap tidak
ada email dari panitia kongres tersebut. Saya pun memberanikan diri bertanya ke
teman saya yang juga ikutan mengirimkan abstrak, siapa tau teman saya itu
mendapat email notifikasi dari panitia sementara saya tidak dapat. Ketika saya tanya,
ternyata teman saya pun tidak mendapatkan email apapun dari panitia. Sehingga
kami berkesimpulan “Paper kita tidak lolos”.
Huh, rasanya nyesek aja (entah apa yang menyesakan
dada, mungkin karena terlalu berharap lolos kali ya), sedikit sedih dan ya
sudahlah, toh sudah mencobanya. Maka saya pun mulai menyibukan diri untuk tidak
memikirkannya.
Sampai akhirnya saya pun sudah berada di
Osaka-Jepang di akhir April 2016. (loh kok bisa duluan ke Jepang?? Yap, jadi pada saat saya menyelesaikan abstrak paper tersebut, saya dan teman-teman telah memiliki agenda traveling ke Jepang ). Hehehe
Tepat pada tanggal 20 April 2016, disaat pocket
WiFi yang di-share ber-delapan baru
diaktifkan kembali, ada kerlap-kerlip biru di layar HP saya yang menandakan ada
email baru yang masuk. Pikir saya, “ah ini pasti email kerjaan minggu lalu”
coba liat subjectnya “subject apaan nih? kok subjectnya kayak pakai bahasa
kanji, tau aja kalau saya lagi di Jepang sampai-sampai isi email pun
menyesuaikan si pemilik ada dimana” haha. Karena penasaran dan sebelum pocket
WiFi-nya dimatikan lagi, saya langsung dong masuk ke email, nge-skip semua notif whatsapp, line, dan sosial
media lainnya. Memastikan keyakinan mata saya, saya pun langsung loncat-loncat
kegirangan yang baru saja menemukan kalimat “we are pleased to inform you that
the abstract you have submitted is accepted by the Executive Committee of PPC
Kyoto 2016”
SUBHANALLAH!!! (batin saya)
Saya pun merasa deg-degan melihat pemberitahuan
email tersebut yang bilang abstrak saya diterima, rasanya langsung senang
jingkrak-jingkrak dan pengen banget ngabarin langsung dengan orang-orang
terbaik dalam hidup saya sesegera mungkin. Perasaan ini persis banget sama
sewaktu saya terima pengumuman kelulusan SPMB. Sampai-sampai teman saya yang
melihat tingkah saya pun bertanya, “apaan sih poy? segitunya ekspresi lo” dan
saya pun hanya menjawab “Guys, kayaknya gue akan kembali ke Jepang akhir
September 2016”. Mereka pun berkata “Cipoy, kereeeen banget lo!!!”
Aaaaaa, Alhamdulilah banget..senangnya
berlipat-lipat sekali, pas sedang di Jepang dan membayangkan akan kembali dalam
waktu dekat!!!
(dan pikiran pun berkata, “oh my god, apa yang mau gue tulis di paper ya”, hahaha)
THREE
MONTHS REMAINING
Kembalinya saya dari liburan, saya pun tidak hanya
memiliki oleh-oleh untuk teman kantor saya, saya pun sekaligus memiliki
pekerjaan yang sudah menanti dengan amat manis. Rasanya saat itu ingin kabur
lagi kemana gitu, rasanya kok gak betah banget sama suasana kantor. Tapi, saya
langsung buru-buru mengingat kalau saya punya alasan untuk sementara bertahan
dengan suasana kantor yang “berisik”. Dan hal yang bikin berisik itupun
dikarenakan telah beredarnya berita bahwa saya akan pergi lagi ke Jepang untuk
sebuah acara kongres. Beberapa teman ada yang mengucapkan selamat ke saya tapi
ada juga yang ‘nyinyir’ ke saya. Tapi sudahlah, focus saya saat itu, saya harus
menyempurnakan ide tulisan saya dan segera menuliskannya karena siapa tau saya
pun menjadi salah satu orang yang beruntung untuk mempresentasikan karya saya
tersebut kan?. (and you know, my dream came true!!! Alhamdullilah, di bulan Juni saya mendapatkan email yang
menyatakan kalau saya diminta untuk mempresentasikan paper saya!)
Request to be Speakers of the 28th PPC Congress of Real Estate Appraisers, Valuers, and Counselors |
Oke, singkat cerita selama 3 bulan tersebut, focus
pikiran saya benar-benar tentang paper. Banyaak banget ke-khawatiran saya saat
itu. Mungkin karena ini pertama kali bagi saya mengikuti kongres yang berisi
orang-orang yang professional di bidang penilaian dan real estate. Saya sedikit
merasa ‘minder’ karena yaa ampun saya masih cetek banget kan ilmunya di bidang
penilaian dan real estate, terus udah 'sotoy alias sok tau' banget ngomong di depan orang-orang
yang ahli di bidang tersebut. Saya pun kepikiran banget sama akomodasi yang
harus saya keluarkan. Meskipun saya mendapatkan kesempatan gratis untuk acara
kongresnya, tapi ternyata untuk akomodasi ditanggung sendiri. Tapi soal
akomodasi ini tidak saya ambil pusing banget kalau memang harus menggunakan
tabungan saya, yaudah gapapa juga toh kesempatan ini big opportunity banget buat saya melihat dunia professional. (Tapi alhamdulilaah sih, biaya akomodasi ditanggung kantor setengahnya ahahah)
Jadi, selama 3 bulan tersebut, jangan tanya waktu
saya untuk apa ya. Selain mengerjakan pekerjaan kantor, waktu saya pun tersita
untuk membaca, membaca, berfikir, dan menuliskannya.
Oke, next ke postingan selanjutnya tentang kongres international ya saya ikuti yaa guys :D
No comments:
Post a Comment