Saat itu, tanggal 26 September 2016, penerbangan
saya ke Jepang dengan menggunakan Garuda Indonesia tujuan Osaka. Saya merasa
seperti de javu + excited + worried
sama penerbangan kali ini. Saya de javu
karena saya benar-benar mengulangi perjalanan ke Jepang 6 bulan lalu, saya excited karena saya merasa keren aja
menjadi anggota termuda yang bakal ngomong di acara bergengsi, dan saya worried karena penerbangan ke Osaka
mengalami penundaan salama 2 jam. Deg!
Langsung saya panik mencoba menghitung maju apakah
saya akan terlambat menghadiri hari pertama kongres tersebut dan memikirkan
segala kemungkinan yang mungkin terjadi sehingga saya datang terlambat ke
lokasi. Hal ini karena kegiatan diselenggarakan di Kyoto International Conference Center sementara penerbangan saya
tujuan Osaka yang dimana masih membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai Kyoto. Maka
selepas saya sampai di Osaka saya harus melanjutkan perjalanan darat
menggunakan Shinkansen ke Kyoto Station dan dari Kyoto Station pindah menggunakan
kereta untuk sampai di KCIC.
How to get Kyoto International Conference Center,
bisa download link ini yaa https://www.dropbox.com/s/6yrl6s0p12t93rl/from_kyoto_stn_to_icc.pdf?dl=0
Tapi, syukur Alhamdulillah ternyata saya masih
punya waktu sekitar 2 jam sebelum kegiatan Welcoming
Ceremony dimulai. Waktu dua jam inilah kesempatan saya untuk bersih-bersih
dan mempersiapkan diri untuk kegiatan pertama pada program PPC.
Saya pun dengan merasa bingung karena tidak tahu
apa yang akan dihadapi di hari pertama. Ya kalau diliat di jadwal yang ada hanya
Registration
dan Welcoming Ceremony. Nah karena gak ngerti apa-apa, yaudah deh
langsung berprinsip “yang terjadi, terjadilah” hahahaha. Dengan mengumpulkan
keberanian saya pun mencari ruangan dimana kegiatan welcoming ceremony ini diadakan. Karena ternyata KCIC ini gede
buanget dan memiliki banyak ruangan. Ya udah deh muter-muter nyari dan ngikutin
orang yang punya gerak-gerik ke tempat yang sama dan TADAA… ketemu! Oke
masuklah saya ke dalam ruangan dengan menghampiri panitia yang ada di depan,
diajak ngobrol namanya siapa dan darimana. Setelah itu, si panitia mengarahkan
saya untuk gabung dengan peserta yang lain. Oke oke, saya pun memberanikan
langkah dan lagi-lagi feel confused and awkward dihadapi. Yap, saya merasa
bingung karena tidak saya temukan peserta Indonesia di dalam ruangan tersebut
padahal di grup whatsapp ramai menanyakan pada berada dimana. Dan saya merasa
bingung oh ternyata Welcoming Ceremony
nya dengan konsep Standing Dinner!! Standing Dinner disini itu ya mirip-mirip
lah kayak kita lagi kondangan ke pernikahan temen, dengan banyak makanan yang
dihidangkan dan sambil ngobrol dengan orang-orang yang dikenal!! Nah,
permasalahan bagi saya adalah saya ini kan baru pertama kali yaa ikut konfrensi
international dan mana saya belum punya kenalan kan di kalangan professional di
berbagai Negara. Dan yawda deh saya berdiri aja sambil makan, yang kemudian
beberapa menit adalah orang Korea yang menghampiri saya dan menanyakan “kamu
dari Indonesia kan”, “berapa orang yang kesini”, “kamu dari perusahaan apa”,
“saya belum pernah ketemu kamu sebelumnya” (dengan gaya pertanyaan yang nyecer
dan tanpa basa basi). Hmm, saya pun sedikit merasa terintimidasi dengan
pertanyaan tersebut namun mau gak mau harus menjawab dan bersikap ramah dengan
orang Korea ini karena setidaknya dia telah menyelamatkan saya dari kekakuan
saya mengikuti welcoming ceremony.
Dan disini pun saya langsung ngebatin, "oke walaupun saya terlihat muda itu
bukan alasan lo minder, dan lo bisa lah nyinggung kalau lo adalah salah satu
orang yang akan mempresentasikan makalah besok". Dan tidak lama setelah ngobrol
dengan orang Korea tersebut datanglah orang dari Singapura dan Australia yang
juga mengajak ngobrol, dengan pertanyaan yang sama dengan orang Korea tadi saya
pun menjawab pertanyaan mereka, dan saya pun mempraktekkan suggesti saya tadi
dengan menambahkan penjelasan saya ikut acara ini karena “I have big opportunity to present my paper tomorrow. (and you know what
his responses? “Oh really, and this is my name card").
Oh Thanks Allah, ternyata yang perlu saya hadapi
adalah hanya kepercayaan diri, dan jangan pernah mengecilkan kemampuan diri
sendiri. Just believe with yourself and
Allah Swt will help you.
Epilog:
Salah satu motivasi saya mengikuti Welcoming
Ceremony ini karena benar-benar hanya untuk makan malam. Setelah perjalanan
jauh dari Jakarta-Osaka-Kyoto saya perlu mengisi energi saya. Nah, karena tidak
memungkinkan bagi saya memesan makanan hotel yang mahal kebangetan itu (maklum
budget terbatas & juga butuh asupan yang banyak hahaha), maka terpaksa saya ikut Welcoming
Ceremony tersebut, dan tidak disangka ternyata Welcoming Ceremony adalah sebuah kesempatan memulai networking. Meskipun saya merasa awkward tapi setidaknya saya sudah
kenyang. Lol :D
No comments:
Post a Comment