Tulisan yang saya buat ini merupakan tulisan tentang kehidupan pengamen di ruang perkotaan yang terinspirasi karena hal sederhana yang saya lakukan ketika berpergian menggunakan angkutan umum. Saat itu saya melihat dan mendengarkan beberapa lagu yang mereka nyanyikan dan langsung terfikir oleh saya untuk menulis cerita sederhana tentang pengamen perkotaan mulai dari alasan mereka menjadi pengamen perkotaan, duka cita menjadi pengamen, ruang perkotaan yang sering dijadikan tempat untuk dapat mendatangkan rezeki bagi pengamen hingga adakah yang dapat saya lakukan sebagai seorang calon perencana kota untuk dapat memberikan decision terhadap dinamika yang terjadi terhadap pengamen perkotaan. Karena selama ini saya melihat bahwa pengamen perkotaan di pandang sebagai masalah sosial perkotaan.
Telah
sering kita jumpai keberadaan pengamen perkotaan bila kita berada di suatu
tempat entah di saat kita menggunakan angkutan umum, jalanan, pasar, tempat
makan hingga di lingkungan perumahan. Para pengamen ini sangat banyak jumlahnya
bahkan bisa dipastikan jumlah mereka selalu bertambah setiap tahunnya. Meskipun
belum dapat saya tunjukan angka yang pasti terkait jumlah pengamen ini, namun
keberadaan mereka yang banyak dapat kita lihat jika kita sedang berpergian
menggunakan bis kota ataupun kereta kelas ekonomi, tidak jarang kita menemukan
lebih dari tiga pengamen yang mengamen dengan waktu kedatangan mereka yang
tidak lama. Dengan berbagai jenis lagu yang mereka nyanyikan, dan alat musik
yang mereka gunakan (ada gitar, kecrekan, gendang, biola, hingga harpa) serta
cara mereka menyanyikan lagu yang berbeda-beda membuat semakin beragamnya
pengamen perkotaan. Mungkin bila hanya satu atau dua pengamen dalam satu kali
perjalanan atau dalam sehari tidak akan membuat kita merasa terganggu apalagi
jika pengamen ini benar-benar menjual keahlian dalam vocal dan permainan musik
mereka. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah banyak pengamen yang
asal-asalan dalam bernyanyi dan memaksa meminta bayaran dari penumpang atau
masyarakat dengan cara yang tidak sopan. Yah, walaupun sebenarnya mereka
membutuhkan uang untuk dapat menyambung hidup mereka. Tetapi, dengan cara
seperti ini yang membuat masyarakat terganggu dalam menggunakan ruang kota dan
angkutan umum.
Mungkin
hampir sebagian besar motivasi pengamen perkotaan menjadi pengamen adalah
karena alasan ekonomi yang mereka alami, mereka tidak dapat mendapatkan
pekerjaan di kota besar sehingga perlu mencari solusi untuk mengatasinya.
Namun, perlu kita cermati juga bahwa sekarang ini banyak yang sengaja menjadi
pengamen karena keuntungan besar yang cepat diperoleh. Misalnya saja sekelompok
mahasiswa atau organisasi yang mengamen untuk mendapatkan dana untuk membiayai
kegiatan yang akan mereka lakukan akibat kekurangan dana. Ironisnya dari hal
ini adalah di saat pengamen yang sebenarnya mengamen untuk mencari uang agar
dapat bertahan hidup, kita justru sebagai orang yang berpendidikan malah
merebut lapangan kerja mereka. Pantaskah hal ini? Kemudian, alasan lain dari
menjadi pengamen adalah karena mereka benar-benar malas dalam melakukakan
pekerjaan. Hal ini nampak dari adanya oknum yang memanfaatkan anak-anak usia
sekolah untuk mencari uang dengan mengamen yang dimana upahnya wajib mereka
setorkan kepada bosnya sedangkan mereka hanya mendapatkan sekian rupiah dari
hasil jerih payahnya. Saat ini, menjadi pengamen dipandang sebagai cara yang
cepat untuk mendatangkan uang tanpa membutuhkan modal yang besar. Sebuah gitar
dan beberapa buah lagu yang dihapal sudah cukup untuk bisa menjadi pengamen.
Bahkan bila tidak ada gitar sebuah kecrekan yang dibuat dari kayu dan beberapa
tutup botol pun bisa menjadi modal untuk mengamen. Dari beberapa jenis pengamen
ini, sedikit saya bisa ceritakan tentang perilaku pengamen yang ada di ruang
perkotaan (Kota Jakarta dan sekitarnya) :
1. Pengamen
di tempat makan yang ada di kaki lima
Bila dicermati kebanyakan pengamen yang ada di lokasi
ini adalah pengamen yang cukup bermodal karena kebanyakan dari mereka
menggunakan gitar dalam melakukan pekerjaannya dan biasanya pun mereka
menyanyikan lagu-lagu yang sedang hits di jajaran tangga lagu. Pengamen di
lokasi ini pun memiliki penampilan yang tidak asal-asalan biasanya mereka
menyanyikan lagu yang tidak setengah-setengah bahkan tidak jarang mereka
bernyanyi karena kemampuan vocal yang cukup baik. Pengamen di lokasi ini pun
juga dari terdiri dari berbagai usia dan gender. Pernah saya menemukan pengamen
di daerah PKL Kebayoran, pengamen yang ada di sana sangat variatif, mulai dari
jenis kelamin laki-laki, perempuan, hingga antara laki-laki dan perempuan (bencong)
pun ada disini, dari usia anak-anak hingga usia tua pun juga ada pada lokasi
atau ruang perkotaan ini. Ruang perkotaan yang terdapat pedagang kaki lima ini
pun menjadikan tempat yang cukup banyak mendatangkan rezeki bagi para pengamen
karena pada lokasi seperti ini, banyak masyarakat kota yang mempunyai
ketertarikan tersendiri terhadap keberadaan PKL ini sebut saja karena murahnya
barang atau jasa yang ditawarkan pedagang kaki lima kepada konsumen dalam hal
ini murahnya makanan yang mereka jual. Karena hal inilah yang kemudian membuat
pengamen merasa bahwa lokasi ini cukup menjanjikan untuk mengais rezeki.
2. Pengamen
di angkutan kota
Pengamen jenis ini merupakan pengamen yang saya sukai,
kenapa? karena biasanya pengamen ini mampu membawa saya menikmati lagu yang
dinyanyikan yang rata-rata lagunya bertema kesedihan atau nelangsang. Dengan
lagu yang dibawakan ini, biasanya mampu membawa saya merenung sejenak tentang
apa yang terjadi di kehidupan saya dan sekitarnya. Pengamen jenis ini biasanya
menggunakan alat musik gitar dan kecrekan sebagai alat bantu untuk bernyanyi.
Tidak jarang dari pengamen jenis ini pun memiliki suara yang bagus (biasanya
pada pengamen bis kota jurusan antar kota). Namun, tidak jarang pula yang
suaranya sangat pas-pasan. Pengamen jenis ini pun terdiri dari berbagai usia
namun biasanya di dominasi oleh usia remaja. Hal ini dikarenakan usaha yang
cukup besar yang harus mereka keluarkan untuk turun naik angkutan kota sebagai
tempat mencari uang. Pengamen jenis ini menurut saya sedikit lebih berusaha
dibanding pengamen yang ada pada umumnya, karena perjuangan yang dilakukan
untuk dapat berada dalam angkutan umum (bis kota) yang satu ke bis umum lainnya
cukup sulit. Belum lagi jika telah ada pengamen yang mengamen sebelumnya yang
memasuki bis kota tersebut, biasanya mereka terpaksa di suruh turun karena
mendapat protes dari penumpangnya. Namun, tidak jarang pengamen jenis ini pun
juga ada yang berperilaku tidak diharapkan, yaitu perilaku mencopet ketika
sedang meminta uang kepada para penumpang. Satu hal yang membuat saya miris
ketika menjumpai pengamen di angkutan umum ini adalah ketika pengamen tersebut
berusia kurang dari 10 tahun. Miris rasanya melihat perjuangan yang mereka
lakukan padahal seharusnya mereka berada di bangku sekolah.
3. Pengamen
di lingkungan perumahan
Pengamen di lingkungan perumahan ini umumnya tidak
disukai karena sering menggangu ketenangan para penghuni rumah. Pengamen jenis
ini umumnya berusia remaja dan biasanya bergerombolan. Pengamen jenis ini
mempunyai satu kebiasaan yaitu ketika mereka mendapat uang dari salah satu
rumah, mereka cenderung untuk mendatanginya lagi di kemudian hari. Bahkan sang
pemilik rumah biasanya hapal dengan pengamen tersebut.
4. Pengamen
di lampu lalu lintas
Pengamen jenis ini sungguh sangat mengganggu pengguna
jalan bahkan tidak enak untuk dipandang. Belum lagi terkadang mereka bercampur
dengan pengemis jalanan. Pengamen jenis ini jarang sekali berperilaku baik dan
menjalani profesinya dengan benar. Banyak dari mereka yang hanya satu hingga lima
kali genjrengan gitar atau kecrekan langsung meminta uang dari pengguna mobil
bahkan tidak jarang yang menggunakan cara mengancam dengan membuat lecet
kendaraan bila tidak diberikan uang.
Menurut
pengamatan saya pengamen perkotaan saat ini memang kurang dihargai oleh
masyarakat mungkin karena disebabkan tingkah laku mereka juga, akan tetapi kita
sebagai orang yang mengenyam pendidikan setidaknya dapat menyikapi pengamen
dengan jauh lebih baik, karena tidak mudah bagi pengamen perkotaan untuk dapat
menjalani profesi ini. Tantangan dan hambatan sering mereka hadapi setiap
harinya, Pernah saya melihat pengamen di angkutan umum perkotaan bagaimana
mereka harus mengejar sebuah kendaraan untuk dapat bernyanyi di dalam bis,
berlari dengan ketangkasan dan kegesitan yang mungkin telah terlatih sehingga
mereka dapat sampai kedalam bis, dan ketika mereka akan siap menyanyikan
terdengar celetukan dari seorang penumpang yang berkata “mas, baru saja turun
tuh pengamen masa mau ada yang mengamen lagi”. Dan langsung sekita terlihat
raut wajah pengamen tersebut yang sedikit kecewa dan terpaksa akhirnya pengamen
tersebut turun lagi dan tidak mengucap kata apapun. Dari sini dapat dilihat
bahwa mereka sangat tangguh dalam menjalani profesi ini. Coba bayangkan
bagaimana bila anda di posisi mereka? Sanggupkah anda menahan hinaan dan rasa
letih mereka? apalagi jika uang yang diperoleh sangat sedikit sedangkan anggota
keluarga anda sangat menggantung dari profesi mengamen anda?
Tidak
salah memang jika mereka memilih menjadi pengamen untuk mencari rezeki agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dibanding mereka memilih menjadi pengemis
dan pencuri. Karena disini mereka menjual keahlian mereka dengan bermain musik
yang mungkin dapat menghibur. Akan tetapi ironisnya, mereka yang mencari rezeki
dari mengamen ini banyak yang usianya di bawah usia produktif atau dapat
dikatakan pengamen yang usianya merupakan usia sekolah. Banyak ditemukan di
jalanan, dan ruang-ruang perkotaan pengamen usia sekolah yang dimana mereka
harus berjuang keras untuk mendapatkan uang padahal di usianya mereka
seharusnya berada di sekolah untuk menuntut ilmu. Hal ini lambat laun dapat
mematikan perkembangan sumber daya manusia bangsa kita. Meskipun sebenarnya
tidak dapat disalahkan begitu saja alasan mereka menjadi pengamen.
Lalu,
bagaimana seharusnya kita menyikapi keberadaan pengamen perkotaan ini? Satu hal
yang dapat dilakukan adalah berilah sedikit uang yang anda miliki kepada
pengamen yang benar-benar menjalani profesinya dengan baik atau ketika anda
menyukai lagu yang mereka nyanyikan selebihnya janganlah terbiasa memberi uang
kepada pengamen yang asal-asalan. Dan bersikaplah sopan jika anda tidak ingin
memberikan uang kepada pengamen karena biasanya mereka masih bisa menghargai
apa yang anda lakukan jika tidak memberi uang.
Adapun
bagi pemangku kepentingan (baca:pemerintah) cobalah untuk bisa memberdayakan
para pengamen jalanan dengan menyelenggarakan kegiatan festival musik anak
jalanan untuk mencari bakat yang kemudian di fasilitasi untuk dapat mengamen di
tempat yang lebih bergengsi seperti cafe ataupun ruang public lainnya yang
memang dikhususkan dan memang benar-benar diberikan izin untuk para pengamen
mengekspresikan bakatnya dalam musik seperti yang dilakukan oleh
negara-negara maju seperti negara singapura.
Mereka
juga adalah masyarakat perkotaan yang juga perlu membutuhkan fasilitas dan
membutuhkan perlindungan sesama. ^-^
No comments:
Post a Comment