Kalau ingat untuk jangan pernah mengeluh menjalani
kehidupan, maka orang yang saya jadikan panutan adalah papa. Yap, papa memiliki
nama lengkapnya Sunarto Harjo Mulyo, anak terakhir dari lima bersaudara yang
dibesarkan di Klaten, Jawa Tengah. Hingga memasuki usia 20-an hijrah ke Jakarta
untuk mengadu nasib dan bertemu dengan jodoh hidupnya (re: bertemu mama). hehehe
Yap, papa ini seorang laki-laki yang sangat sederhana dan
selalu mementingkan kebutuhan anaknya. Papa yang selalu menomor satukan
pendidikan kepada anak-anaknya. Papa yang selalu baik hati antar jemput anaknya
hingga sekarang saya berusia 25 tahun. Papa yang punya tingkat kekhawatiran
tinggi tehadap anak-anaknya.
Kalau ingat kenangan masa kecil saya tentang papa, maka yang
pertama saya ingat adalah orang yang selalu menciumi hidung saya disaat saya
kecil hingga kemudian berhenti saat saya memasuki SMP. Iyaa, papa senang banget
cium anak-anaknya sehabis pulang kerja dan saat itu, saya selalu kesal karena geli
dan merasa kebauan. Hehehe.
Papa juga yang selalu memaksa saya untuk aktif setiap
kegiatan ekstra-kulikuler di sekolah. Saya yang bisa dibilang anak rumahan
sebenarnya sangat malas untuk mengikuti segala aktifitas di sekolah tetapi
karena papa yang selalu memaksa, mengantarkan dan menunggui saya mengikuti
kegiatan ekstra-kulikuler maka saya pun terpaksa menjalaninya sampai akhirnya
saya terbiasa dengan aktifitas ekstra tersebut. Bahkan saat saya kuliah dulu,
papa lah yang berpesan kalau saya harus ikut BEM atau himpunan. Sampai pada akhirnya
papa pula yang memotivasi saya untuk mengambil posisi ketua himpunan (yang
sebenarnya saya ingin bilang tidak ke papa).
Papa juga yang selalu mengajarkan saya untuk berusaha
menjadi nomor satu, untuk menjadi anak perempuan diatas rata-rata dan selalu
mengajarkan saya untuk tampil cantik. Papa pun suka mengomentari pakaian saya
kalau saya senonoh berpakaian. Bahkan dulu, saya dilarang menggunakan baju yang
terlihat minim.
Papa yang sampai saat ini masih suka masuk kamar hanya untuk
mengecek apakah saya sudah tidur dan mematikan TV yang selalu saya biarkan
menyala hingga pagi. (dan disini saya hanya pura-pura tidur pah, sekalipun saya
beneran sudah tidur saya tau kalau papa masuk kamar pasti sudah jam 02.00 wib).
Ah yaa, papa juga laki-laki paling rajin pergi solat ke
masjid, salut sama papa, dulu saat masih kerja semalam apa pun pulang kantor,
paginya papa sudah solat subuh di masjid dan berangkat setelah subuh. Sampai-sampai
saya hanya bisa bertegur sapa di hari sabtu-minggu.
Papa pun laki-laki yang menjadi mahrom saya ketika saya
menjalani ibadah umroh. Beliau yang sempat ragu untuk ibadah ke Mekkah karena
ketakutannya, dan Alhamdulillah sekarang malah ingin terus di Mekkah.
Ahh, papa, saya sangat menyayangi mu dan berusaha untuk
tidak pernah mengecewakan dan selalu berusaha penuhi pinta mu. Dan saya merasa
masih banyak sekali kekurangan saya dalam penuhi pinta papa. Maaf ya pah.. :(
Hmm, dan saya ingin sekali memiliki pasangan hidup seperti
papa. Laki-laki yang cerdas, penyayang, pelindung, dan sederhana dalam hidup. Saya
ingin sekali untuk tidak membuat papa khawatir melihat saya menghadapi dunia. Dan
semoga saya segera bertemu dengan laki-laki seperti papa. Aamiin.
No comments:
Post a Comment