Entah kenapa saya
ingin menyampaikan perasaan yang saya rasakan. Melihat adik saya sudah menikah
rasanya benar-benar bahagia karena sudah ada orang lain yang mau bertanggung
jawab untuk menjaga dirinya. Tetapi disatu sisi, saya merasa sediiih banget
karena takut dan khawatir akan kehidupan jauh dirinya dari keluarga.
Entah apa juga yang
ada di pikirannya, sampai akhirnya sangat berani memutuskan untuk memilih hidup
merantau jauh dari mama & papa. Saya berharap bukan karena ketidak-sukaannya
dengan kehidupan Jakarta. Normalnya seharusnya saya
mendukung pilihan Inun memilih tinggal dengan suami. Tapi sejujurnya saya
sangat sangat berat hati dan hanya bisa menangis mengingat kenangan kecil saya
bersama adik saya. Iyap, terlalu banyak kenangan manis yang Allah Swt berikan
terhadap saya dengan kehadiran Inun.
Masih ingat dalam
ingatan saya, ketika kecil ditanya mama, inun mau tidur dengan siapa. Saat itu, Inun memilih untuk tidur bareng dengan saya. Yang ketika tidur saya suka mengelus-ngelus
kepala inun dan yang diam-diam cium kening Inun ketika tidur. Saya pun masih
ingat, ketika kecil Inun yang suka ngikutin saya kemana pun saya main.
Sampai-sampai mama marahin saya kalau gak ngajak adiknya main. Waktu itu rasanya
sebel banget karena kemana pun mainnya pasti ada Inun. Sampai gak sengaja saya
pernah mendorong Inun hingga terjatuh nangis. Dan saat itu inun jatuh ke lubang
air dan nangis kenceng dan saya pun dimarahin.
Ingat juga, ketika
kecil setiap lebaran, baju yang mama belikan pasti modelnya hampi selalu sama
kayak Inun. Pengen rasanya memiliki baju lebaran yang berbeda tapi tidak dibolehkan
oleh mama. Dan ketika kecil, ingat juga mama yang selalu menegur saya dan minta
tolong ke saya buat bantuin adiknya belajar dan bikin PR. Jujur rasanya saat
itu kalau bukan karena mama, males banget ngajarin Inun. Iya males karena Inun
malah milih merhatiin acara TV, gak merhatiin apa yang saya terangkan
sampai-sampai PR Inun saya yang mengerjakan! Sampai akhirnya, adik saya tumbuh
remaja dan punya teman dekat perempuan sehingga dia tidak mengikuti saya kemana
pun saya main.
Entah apa yang ada di
pikiran saya dari kecil, yang saya tau hanya ingin adik saya tidak kekurangan
satu pun kebutuhannya, ingin melindunginya dan berusaha untuk menjadikan adik saya
pintar. Saya berusaha untuk menyemangati dan menasehati bagaimana seharusnya Inun belajar sehingga bisa lulus dari setiap ujian. Saya tau banget, gimana
kerasnya Inun belajar ketika menghadapi ujian tapi hasilnya tidak selalu
seperti yang diharapkan. Namun, saya ingat dengan jelas, peristiwa ketika Inun
akhirnya bisa lulus ujian masuk UNDIP. Yap, ujian terakhir dari banyak ujian
saringan masuk yang diikutinya. Saat itu bukan hanya mama dan papa yang terharu,
saya pun juga. Karena bagaimana pun Inun harus bareng saya kuliahnya. Iyap, Inun harus bareng saya kuliahnya, karena mama bilang mama tidak bisa bantu
belajar dan hanya saya yang bisa diandalkan untuk mengajarinya. Sampai akhirnya
semua doa kami dikabulkan.
Terlepas dari semua
kenangan yang ada, saya merasa sedih karena harus jauh dari dirinya. Ungkapan saya
yang selalu bilang “lo tuh selalu ngikutin gw” rasanya seperti tidak berlaku
lagi. Tapi saya berharap ungkapan itu adalah takdir seorang kakak & adik
yang tidak bisa dihalangin apapun juga sehingga berharap untuk bersama saya
disini.
Terlepas dari semua
kejadian beberapa bulan ini yang membuat dirinya stress. Percayalah bahwa akan
rencana Allah yang paling indah untuk Inun. Sabar dan ikhlas menerimanya. Satu
hal yang harus Inun tetap lakukan adalah harus berusaha bukan hanya berdiam
menerima segalanya terjadi begitu saja. Dan jangan pernah menganggap diri Inun
bodoh karena sesungguhnya kebodohan bisa diubah dengan usaha keras. Berjuanglah
menjalani hidup dan jangan pernah berhenti belajar.
Bagi saya, Inun adalah
adalah adik terbaik saya. Adik yang selalu mendengarkan segala impian hidup dan cita-cita saya. Adik yang selalu bisa menerima emosi saya ketika ada keadaan yang tidak
sesuai dengan keinginan saya. Adik yang selalu ingin saya jaga. Adik yang nurut
segala ucapan saya (berharap selamanya masih mau mendengarkan nasihat saya). Adik
yang bisa menyeimbangkan diri saya yang korelis. Adik yang amat sangat saya
kasihi.
Dan semoga ada cara
lain yang bisa Inun lakukan untuk membuat mama dan papa bangga sama Inun dan
tidak memberikan rasa sakit hati lagi bagi mama & papa.
Huwaa sediih kangen Inun tapi kenapa jauh banget yaa
No comments:
Post a Comment