Seperti janji
saya pada cerita sebelumnya, saya ingin menuliskan perjalanan umroh pertama
saya hingga part 7. Dan, ini sepertinya sudah part terakhir dari cerita saya sehingga
sangat membutuhkan niat ekstra untuk menceritakan & menuliskan karena sudah
lebih satu tahun dari pelaksanaan umroh saya. Ahaha. Disini pun saya berusaha
mengingat apa yang terkesan di hari ke 7 perjalanan umroh saya. Actually, agak
susah bagi saya untuk menuliskan apa yang saya alami saat itu, kenapa? Karena
saya cenderung pelupa dalam mengingat nama tempat sehingga perlu sedikit
browsing tentang tempat-tempat yang
saya kunjungi kala itu. Hehe
Hari ketujuh
adalah hari yang sangat sangat saya khawatirkan selagi menjalani ibadah umroh.
Bahkan sebelum berangkat umroh saya sudah mencoba untuk menghindari dengan
beberapa cara yang dianjurkan agar hari tersebut tidak datang. Hari yang tidak
saya inginkan terjadi bahkan saya selalu berdoa semoga waktunya mundur. Yap,
hari yang dimaksud adalah hari haid saya. Jujur saja, saya sedih banget ketika
saya ternyata tidak bisa melanjutkan perjalanan ibadah saya. Sempet kecewa
banget dan bilang Ya Allah kenapa siy kok akhirnya saya haid pas lagi umroh?
Kenapa tidak nanti saja pas selesai umroh? Kan nanggung banget tinggal 3 hari
saya di Mekkah. Jujur disini saya kecewa banget, karena waktu saya umroh
tidaklah lama dan rasanya sayang banget tidak bisa ke Masjidil Haram di akhir
perjalanan umroh saya. Padahal saya sudah meminum obat penunda haid yang selalu
saya minum setiap hari mulai dari sebelum berangkat umroh hingga saya selesai
umroh. (Obat penunda haid adalah sejenis obat Pil KB, yang terpaksa saya minum
& sedikit membuat saya takut jika mempunyai efek samping terhadap hormon saya).
Tapiii, apa daya saya? Toh saya tidak punya kuasa apa-apa tentang kedatangan
haid saya itu. Dan seharusnya saya bersyukur karena saya punya siklus haid yang
normal. Saat itu, saya coba menepis
semua pikiran buruk yang ada dan mencoba ikhlas menerima haid ini. Saya pun
bilang ke ketua kelompok saya, kalau saya tidak ikut umroh kedua. Karena
rencana saat itu, kami akan menjalankan perjalanan umroh kedua dengan mengambil
miqat di Tanaim. Tanaim adalah tempat miqat umroh yang paling dekat (kurang
lebih 5 km dari masjidil haram). Di Tanaim terdapat Masjid Siti Aisyah r.a yang
juga dikenal sebagai Masjid Tanaim. Pada tahun 10 Hijriah, Siti Aisyah r.a
melakukan solat dan mengambil miqat disini sehingga Tanaim ini sebagai tempat
miqat umroh yang paling afdal bagi kaum wanita. Namun sayang sekali, saya tidak
bisa untuk mengambil miqat dan melaksanakan umroh kedua saya karena faktor
haid.
Alhasil, saya pun
hanya di hotel bersama Ibu Bunga (nama bukan sebenarnya) yang ternyata juga
sedang haid sehingga kami pun menghabiskan waktu bersama. Saya pun lebih banyak
di kamar untuk istirahat dan mengobrol dengan mama via sms. Saat itu, mama
bilang: “mba gak usah sedih, Allah Maha
Tahu yang Terbaik. Mungkin kemarin mba kecapean terus sama Allah dikasih
istirahat dulu, berdoa aja supaya cepet selesai haidnya”. Percakapan dengan
mama itulah yang memotivasi saya untuk berpikir positif, meskipun kita sudah
berusaha maksimal tapi kalau Allah Swt punya kehendak lain, maka saya bisa apa
selain ikhlas menerimanya kan? Disaat saya mencoba ikhlas karena kedatangan
haid saya, saya pun berujar dan berdoa dalam hati, bilang sama Allah, kalau
memang saya harus haid, iyaa gapapa deh tapi nanti pas hari terakhir saya ingin
bisa Tawaf Wada boleh kan saya Ya Allah. Begitu terus bilang dalam hati sembari
saya beristirahat dan menemani Ibu Bunga yang banyak bercerita tentang kisah
hidupnya. Saya pun masih ingat cerita ibunya tentang bagaimana ia menjalani
ujian dari Allah dalam merawat suaminya yang dikasih sama Allah dengan berbagai
penyakit selama akhir hayatnya. Dan bagaimana ia berusaha keras mencari nafkah
untuk membiayai pengobatan dan biaya sekolah anaknya yang akan masuk perguruan
tinggi. Hmm, mungkin ceritanya siy sama kayak cerita sinetron yang ada televisi
yaa, namun dari kisahnya ini saya belajar bagaimana menjadi seorang perempuan
yang kuat dan selalu berusaha untuk mengandalkan diri sendiri dalam menjalani
hidup.
Selain itu, waktu
saya pun dihabiskan untuk menemani Ibu Bunga berbelanja yang punya list
belanjaan cukup banyak. Awalnya, saya hanya benar-benar menemaninya, tapi apa
daya saya, ternyata naluri berbelanja saya pun tidak bisa ditahan-tahan lagi
apalagi melihat banyak diskonan dimana-mana. Padahal saya sebelumnya berencana
belanja sama papa di malam hari, tapi yaudahlah ya nanti belanja lagi aja sama
papa. Hehehe. Sebenarnya selain berbelanja, saya pun sempat berwisata ke Jabal
Rahmah yang merupakan agenda dari travel.
Jabal Rahmah merupakan tempat
bertemunya antara Nabi Adam dan Hawa, setelah terpisah selama puluhan tahun
sejak diturunkan dari surga. Nah, di Jabal Rahmah ini terdapat tugu peringatan
yang dibangun oleh pemerintah Arab Saudi dan ternyata banyak ‘disalahpahami’ oleh umat islam. Tugu
yang dibuat sebagai monumen peringatan atas sebuah sejarah ternyata dijadikan
‘berhala modern’ untuk meminta. Ada yang meminta jodoh, rezeki, panjang umur,
dan lain sebagainya. Didepan tugu itu ada aja orang-orang yang melakukan
sejumlah ritual seperti menempelkan foto, tanda-tangan, tulisan coretan, dsb. Well, karena saya tidak membawa foto
laki-laki yang saya suka dan saya pun belum tau siapa pendamping hidup saya
nanti, alhasil saya tidak ikutan coret-coret nama saya & pasangan saya di
Jabal Rahmah (dan Naudzubillah melakukan hal-hal tersebut). Hehehe. Namun, karena di Jabal
Rahmah pun dianjurkan untuk berdoa tentang jodoh maka saya melakukannya dalam
hati semoga Allah memberikan jodoh yang baik agama, ilmu & hatinya. Konon katanya
kalau sudah punya nama calon pasangan hidup terus kita sebut namanya di Jabal
Rahmah ini insya allah akan dikabulkan menjadi jodoh kita. Dan saya pun punya
banget impian untuk ke Jabal Rahmah lagi bersama suaminya saya, entah untuk
melaksanakan haji atau umroh. Aamiin
di Jabal Rahmah |
Others mama a.k.a Ummi |
-epilog-
Maaf banget baru sempet menyelesaikan tulisan ini. Padahal draft tulisannya sudah dari tahun 2013. Ah ya, dan ternyata hari haid saya pun hanya berlangsung 1,5 hari saja. Alhamdulillah banget, Allah mengabulkan pinta saya. Saya akhirnya bisa malaksanakan tawaf wada sebelum meninggalkan Mekkah. Agak was-was saat itu tapi sungguh rasanya legaaa banget bisa menyelesaikan rangkaian umroh. Tulisan perjalanan umroh saya bukanlah bermaksud untuk sombong, semata-mata hanya ingin berbagi pengalaman dan sekaligus menjadi kenangan bagi pribadi saya ketika kangen suasana Masjid Nabawi & Masjidil Haram. Syukur-syukur jika tulisan sederhana ini menjadi inspirasi bagi teman-teman semua untuk beribadah umroh dan saya doakan insya allah segera ke Mekkah!!!
Saya pun bercita-cita ingin kembali ke Mekkah & Madinnah untuk menjalankan ibadah haji & umroh bersama suami saya. *semoga pas bikin tulisan ini, Malaikat meng-aamiinin tulisan saya ini*. Insya Allah saya pun berusaha untuk berjuang di jalan Allah dan diberikan kekuatan sama Allah Swt. Aamiin.
Dan maafkan jika ada salah kata.
Wassalamualaikum Wr. Wb
No comments:
Post a Comment