Cara mengubah Berpikir
Negatif Menjadi Berpikir Positif. Sepuluh Wasiat Berpikir Positif:
1.
Keinginan yang Menggebu
“Keinginan
yang menggebu”, begitulah jawaban seorang sang bijak dari seorang jepang,
Koichi Kondo, ketika seorang murid bertanya “Apa yang kurang pada diriku untuk
menjadi orang bijak?” Ketika seorang pemuda berusia dua puluh bertanya pada
ilmuwan, penulis dan perintis Crystal Cathedral di New York, Dr. Robert
Schuler, “Bagaimana aku bisa menjadi penulis ternama seperti Anda?” Dr. Schuler
menjawab, “Ketika kamu memiliki keinginan yang menggebu untuk mewujudkan
impianmu,” Pemuda itu bertanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan keinginan yang
menggebu?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kau berpikir untuk menulis sebelum tidur.
Ketika yang kau lakukan pertama kali pada pagi hari adalah berpikir untuk
menulis. Ketika kau berpikir untuk menulis dan mengatakannya pada beberapa
kesempatan yang memungkinkan. Ketika kegiatan menulis menjadi sesuatu yang
menguasai pikiranmu dan mengalir dalam darahmu. Itulah keinginan yang menggebu”
Begitupula
yang membuat Edmund Hillary melakukan petualangan berbahaya dalam hidupnya,
yaitu mendaki Gunung Everest. Ia bermimpi menjadi orang pertama mendaki gunung
tertinggi tersebut. Pada tahun 1952, Ia mencoba melakukannya namun gagal. Pada
tahun 1953, Hillary berhasil mewujudkan impiannya mendaki gunung tertinggi. Dan
dalam sebuah wawancara dengan media ia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan
impianku, apa pun kesulitan yang menghadang”. Dan satu-satunya yang mungkin
menghalangiku adalah kematian”
2.
Keputusan yang Kuat
Pernahkah Anda
mendengar seseorang berkata, “Aku sudah putuskan untuk berhenti merokok” tapi
ia tetap merokok? Atau, pernahkah Anda mendengar, “aku putuskan untuk
mengurangi berat badanku, berolahraga, dan selektif memilih makanan.” Pada
awalnya ia lakukan semua itu namun tidak lama ia kembali seperti semula.
Banyak orang
mengambil keputusan tapi tidak melaksanakannya. Kalaupun dilaksanakan, hanya
berlangsung sementara, kemudian kembali seperti semula. Pertanyaannya: Mengapa
bisa demikian? Apakah orang semacam itu tidak ingin mewujudkan impiannya?
Keputusan seperti apa yang ia ambil itu?
Makna kata
“keputusan” berarti kuat. Maka, keputusan yang diambil seseorang harus kuat,
tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang
dari dalam diri sendiri maupun dari luar.
Cermati
lingkungan di sekitar, Anda akan melihat orang-orang sukses yang memutuskan
untuk sukses kendari menghadapi pengaruh yang negatif. Keputusan mereka
diperkuat dengan keinginan yang menggebu, keyakinan kuat, proyeksi positif, dan
fleksibilitas yang tinggi. Lihatlah bagaimana Hellen Keller menjadi orang yang
berpengaruh di dunia meski ia buta, bisu dan tuli. Lalu, keputusan yang diambil
Khalid Hassan hingga membuatnya menang meski sudah kehilangan kaki sejak kecil.
Jika kita
bijaksana menghadapi tantangan maka ia akan berubah menjadi keterampilan dan
keahlian yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan menuju puncak. Karena itu,
mulai hari ini, putuskan untuk menjadi paling baik dalam hidup Anda. Jika orang
lain dapat mewujudkan impiannya, maka anda pun dapat seperti mereka, bahkan
menjadi lebih baik.
3.
Bertanggung Jawab Penuh
Empat
tahun setelah dilahirkan, anak kecil bernama Wilma Rudolf mengalami panas
tinggi hingga membuatnya lumpuh penuh. Para dokter pun memutuskan untuk
memasang penopang besi di kakinya. Suatu hari sang ibu bertanya padanya,
“Wilma, apa cita-citamu? Tanpa pikir panjang Wilma menjawab, “Aku ingin menjadi
wanita tercepat di dunia.” Sang ibu berkata, “Dengan keyakinan dan usaha keras,
engkau dapat meraih cita-citamu.”
Seiring
berjalannya waktu, Wilma tumbuh dan berkembang. Menginjak usia sebelas, ia
sudah membiasakan diri berjalan cepat tanpa penopang besi. Para dokter terpengarah
dan memutuskan untuk melepaskannya. Memasuki usia tiga belas, Wilma ikut
keluarganya pindah ke salah satu kota Tennessee di Amerika Serikat. Disana ia
belajar di sekolah yang punya kegitan olahraga, terutama lari. Ibu Wilma datang
menemui pelatih yang ada, meminta agar anaknya diterima bergabung. Sang pelatih
bertanya pada Wilma, “Mengapa engkau memilih lomba lari?” Wilma menjawab, “Karena
aku sudah putuskan untuk menjadi wanita tercepat di dunia.” Sang pelatih
memandang Wilma keheranan. Menurutnya,
Wilma mungkin hanya bercanda. Tetapi disisi lain, ia melihat kemauan yang kuat
dan kekuatan di bola matanya. Sang pelatih berkata, “Kurasa engkau bisa
mewujudkan impianmu itu, mulai saat ini engkau harus ambil keputusan, punya
keinginan yang menggebu, dan bertanggung jawab penuh atas segalanya.”
Wilma
berkata, “Keputusan itu aku yang mengambilnya. Dan aku masih punya waktu empat
tahun. Keinginan yang menggebu seperti yang engkau katakan itulah yang
mendorongku masuk sekolah ini. Adapun tentang tanggung jawab, aku siap
menanggung sepenuhnya.” Sang pelatih berkata, “itu artinya, engkau siap
berlatih sekian jam setiap hari?” Wilma menjawab, “Aku sangat siap.”
Selanjutnya ia balik bertanya, “Setelah aku jawab semua pertannyaanmu, kapan
latihan itu bisa kita mulai” Sambil tertawa pelatih itu menjawab, “Kalau engkau
mau, sekarang juga bisa.” Selain olah pikir, Wilma juga menjalani olahraga.
Setiap hari ia menjalani latihan tidak kurang dari tiga jam. Enam bulan
kemudian, sang pelatih berkata kepadanya, “Bagaimana jika engkau mengikuti
salah satu kejuaraan agar mendapatkan pengalaman lebih banyak? Engkau juga
dapat berlajar dari atlet yang lain.” Dengan senang hati Wilma menerima tawaran
itu.
Saat
mengikuti kejuaraan, ternyata ia berada di urutan terakhir. Meski demikian,
Wilma tidak sedih. Bisa ikut dalam kejuaraan saja ia sudah bangga. Wilma terus
berlatih dan mengikuti kejuaran. Alhasil, pengalamannya semakin banyak.
Bertanding dengan pemain ternama sudah biasa ia hadapi. Akhirnya, pada tahun
1960, Wilma Rudolf berhasil memenangkan kejuaran lari 100 meter, 200 meter, dan
300 meter. Ia berhasil menorehkan namanya sebagai wanita tercepat di dunia.
Dalam
sebuah wawancara dengan media Wilma mengaku bahwa kunci keberhasilannya
terletak pada enam perkara, yaitu:
- Percaya kepada Tuhan. Sebab, tanpa Dia aku tidak bisa mewujudkan cita-cita
- Cinta yang besar pada sang Ibu. Aku ingin membuatnya bangga padaku
- Impian yang teramat besar yang kemudian berubah menjadi kemungkinan, lalu cita-cita yang jelas
- Keinginan yang menggebu dan selalu menguat seiring bergulirnya waktu
- Keputusan yang kuat dan tidak ragu-ragu
- Bertanggung jawab penuh atas semuanya. Aku tidak pernah menyalahkan siapa pun dan apa pun. Aku hanya terus berkonsentrasi pada tujuanku. Aku sangat menghargai waktu latihan, cara-cara sehat, dan hasil yang kudapat, apa pun itu.
Wilma Rudolf
menjadi legenda. Namanya ditulis oleh para wartawan dan diliput media massa di
dunia. Bahkan, perusahaan American
Express menggunakannya sebagai bintang iklan. Selain itu, namanya terpahat
di Guinness Book of Record bersanding
dengan orang-orang tenar lainnya.
Wilma bisa
tumbuh dari seorang bocah lumpuh menjadi wanita tercepat di dunia karena ia
bertanggung jawab penuh atas kehidupannya. Ia tidak pernah mengeluh atau merasa
minder karena lumpuh. Justru ia berpikir positif dan memusatkan perhatiannya
untuk mencari solusi agar berhasil mewujudkan cita-citanya.
4.
Persepsi yang sadar
Tahun 1956,
seorang geolog berkebangsaan Jepang, Yuka, berangkat ke Afrika Selatan bersama
para ilmuwan mancanegara untuk mencari emas dan batu mulia. Setiap hari Yuka
bekerja dari pukul 05.00 sampai 22.00. Sepuluh hari pencarian dilakukan, mereka
belum mendapatkan sesuatu yang berharga. Suatu hari Yuka merasa lelah dan
frustrasi. Maka ia memutuskan untuk kembali ke hotel, padahal masih pukul
17.00.
Dalam
perjalanan ia bertemu dengan seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun. Di
tangan bocah itu ada sebongkah batu yang memancarkan cahaya. Yuka mendekati
bocah tersebut dan menanyakan apa yang dipegangnya. Bocah itu menjawab, “Tidak
tahu, aku menemukannya di pinggir pantai.” Yuka meminta bocah itu memberikan
batu itu. Bocah itu berkata, “Aku tidak keberatan, tapi apa imbalannya?” Yuka
berkata, “Aku akan memberimu uang. Berapa yang engkau minta?” Bocah itu
berkata, “Entahlah, apa engkau punya sesuatu yang lain?” Yuka menjawab, “Ya,
aku punya beberapa kue. Apakah engkau mau menerimanya sebagai imbalan?” Bocah
itu ternyata mau.
Setelah
mendapat batu itu. Yuka kembali ke hotel. Di kamarnya, ia meneliti batu itu.
Karena tidak percaya, ia sampai menelitinya sepuluh kali. Akhirnya ia yakin
bahwa batu itu adalah emas murni bernilai jutaan dolar. Yuka berkata dalam
hati, “Andaikata bocah itu mengetahui nilai batu ini, ia tentu tidak mau
menukarnya dengan benda semurah itu.”
Kisah ini
memberi pelajaran pada kita tentang persepsi atau pengetahuan. Andaikata bocah
itu mengetahui nilai batu yang ia pegang, kemudian mengambil keuntungan dengan
benar, pasti ia jadi jutawan. Kisah ini sama dengan orang yang tidak menyadari
potensi dirinya yang luar biasa sebagai anugerah Allah. Anda akan melihat
orang-orang seperti itu hanya buang-buang waktu dengan menyalahkan, mengeluh,
mengkritik, dan membanding-bandingkan. Itu artinya mereka membiarkan dirinya
tertipu oleh sesuatu yang murah, seperti kisah bocah diatas.
Sebuah
penelitian tentang persepsi yang dilakukan Universitas George Town menyimpulkan
bahwa lebih dari 90% sikap kita dilakukan secara spontan, tanpa dipikir
panjang.
Dalam
hal ini, Dr. Ibrahim menanyakan kepada diri kita:
a. Tahukah anda nilai diri
anda?
b. Tahukah anda bahwa Allah
menciptakan anda sebagai makhluk terbaik, dan menundukkan seluruh alam semesta
untuk anda?
c. Tahukah anda bahwa
kemampuan anda tidak terbatas? Tahukah anda bahwa otak anda berisi lebih dari
150 miliar sel, ia lebih cepat dari cahaya, mampu menyimpan lebih dari
2.000.000 informasi setiap detik? Tahukah anda bahwa Anda memiliki kekuatan
berpikir, memilih dan memutuskan?
5.
Menentukan Tujuan
Ada
tujuh aspek penting dalam kehidupan normal yaitu:
- Aspek spiritual meliputi cinta kepada Allah, toleransi sepenuhnya, dan murah hati.
- Aspek kesehatan terdiri dari berpikir sehat, pola makan yang sehat dan olahraga
- Aspek kepribadian terdiri dari percaya diri, pengembangan diri, penghargaan terhadap diri sendiri, dan citra diri
- Aspek keluarga terdiri atas hubungan dengan keluarga, suami-istri, dan hubungan orangtua-anak
- Aspek sosial mencakup hubungan dengan masyarakat dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
- Aspek profesi terdiri atas tujuan bekerja, pekerjaan, prestasi, dan perbaikan keterampilan
- Aspek material terdiri atas pendapatan yang ada dan target keuangan yang akan dicapai.
Disadari atau tidak, kita
selalu menggunakan tujuh aspek ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aspek
spiritual, setiap hari kita melaksanakan sholat, berdoa, bederma, bersikap
toleran dan tersenyum pada orang lain. Pada aspek kesehatan, setiap hari kita
makan, minum dan menggerakan tubuh. Begitupun pada aspek lainnya.
Sayangnya, sebagian besar
orang hanya memerhatikan aspek profesi dan material. Kita kurang mengindahkan
kesehatan dan keluarga, bahkan aspek spiritual yang menyangkut hubungan dengan
Allah.
Supaya kita bahagia dan
mendapatkan ketenangan, tujuan kita dalam tujuh aspek kehidupan itu harus
jelas. Tujuan adalah salah satu faktor dalam berpikir positif. Ia membuat
konsentrasi kita pada apa yang diinginkan, bukan pada yang dibenci. Tujuan
menjadikan hidup kita memiliki makna. Tanpa tujuan, orang akan merasakan
hidupnya sia-sia.
Untuk itu lakukan evaluasi
terhadap tujuh aspek tersebut. Tulislah apa yang kita inginkan pada tujuh aspek
tersebut. Susun sesuai skala prioritas kita. Setelah itu, tentukan rentang
waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Tuliskan cara kita
menggapai keinginan dan segala hal yang mungkin menghalangi kita dalam
menggapai tujuan. Kemudian tuliskan model perbaikan yang akan kita lakukan saat
menggapai keinginan kita itu. Setelah menggapai tujuan, apa yang akan kita
lakukan selanjutnya?
Ketika kita telah memahami
tujuan dan rencana hidup, kita akan mendapatkan makna kehidupan yang lain. Kita
tidak akan rela melewatkan waktu sedetik pun tanpa perubahan positif pada
perkembangan diri kita. Kita tidak akan pernah mau buang-buang waktu dengan
percuma. Jika tidak punya tujuan, kita akan hidup di bawah bayang-bayang orang
lain. Mulai saat ini, yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-yiakan pahala bagi
orang yang berbuat kebaikan.
6.
Dukungan dari Dalam
Dr. Shad Helmstetter
menulis dalam buku Apa yang Anda Katakan
pada Diri Anda, “Sejak dilahirkan sampai usia delapan belas tahun, manusia
telah menerima lebih dari 180.000 pesan negatif. Karena selalu datang, pesan
negatif itu menjadi bagian dari kehidupan kita dan kita meyakini kebenarannya.
Diantara pesan yang mungkin kita terima adalah ‘anda gagal’, ‘anda pemarah,
‘anda bodoh’, ‘anda tidak berguna dan pesan negatif lain yang kita terima dari
dunia luar, keluarga, sekolah, teman atau orang lain. Yang penting disadari
adalah bahwa proses pertama merupakan proses paling kuat yang menjadi kebiasaan
kita, kemudian ditambah dengan pesan dunia luar. Karena proses inilah kita jadi
lupa pada diri sendiri: lupa bahwa Allah menciptakan kita sebagai makhluk
terbaik; kita lupa bahwa Allah menundukkan seluruh isi alam semesta ini untuk
kita; kita lupa bahwa kita adalah mukjizat tak terbatas. Kita justru meyakini
bahwa kita adalah perilaku atau proses kita.
Kita bukan perilaku,
keyakinan, atau perasaan kita. Kita adalah makhluk Allah yang terbaik. Apa pun
pandangan orang lain terhadap kita. Pandangan orang lain sejatinya tidak menggambarkan
diri kita, tetapi menggambarkan diri mereka sendiri.
Karena menurut hukum
korespondensi, dunia dalam adalah penyebab adanya dunia luar maka orang akan
berbicara dengan tenang jika jiwanya dalam kondisi tenang, dan dia akan mudah
membantu orang lain. Jika jiwanya lemah, ia akan berbicara sesuai dengan
pengetahuannya tentang dirinya sendiri. Karena itu, jika seorang berkata, “anda
gagal”, sesungguhnya ia bicara tentang dirinya sendiri. Jika tidak, ia tentu
membantu kita melakukan perubahan, bukan membuat kita frustasi.
7.
Waktu yang Positif
Wasiat
tentang waktu positif ini disampaikan agar kita menggunakan kekuatan akal untuk
konsentrasi pada waktu yang kita tentukan sendiri. Bisa jadi waktu itu tidak lebih
dari sepuluh menit. Pada saat-saat seperti ini, konsentrasikan pikiran kita
pada hal-hal positif. Tambahkan waktu itu menjadi 15 menit, 20 menit, dan
seterusnya. Yang penting dikerjakan secara berkelanjuran hingga menjadi
kebiasaan yang tersimpan di dalam ingatan kita. Jika sudah demikian, kita akan
berperilaku positif secara spontan.
8.
Pengembangan Diri
Kata “pengembangan” berarti
berkembang pada tujuh aspek kehidupan. Sedangkan kata “diri” menyangkut orang.
Pengembangan diri bukan ilmu, tapi pola hidup yang digunakan seseorang agar
dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
Gambar berikut ini akan menjelaskan bahwa pengembagan diri memberikan
informasi dan keterampilan pada akal yang membuat kita menggunakan kemampuan,
potensi, dan kekuatan imajinasi kita untuk mewujudkan cita-cita.
Ada banyak cara yang dapat
dilakukan untuk pengembangan diri, antara lain:
1. membaca
2. Mendengarkan kaset audio
3. Menonton kaset video
4. Kajian umum
5. Pelatihan
6. Pelatihan secara rutin
9.
Diam dan Renungan Harian
Jika
kita perhatikan sekitar, kita akan mendapatkan kegaduhan dimana-mana:
· Kegaduhan Eksternal
Kegaduhan
eskternal adalah kegaduhan yang kita dengar dari dunia luar di sekitar kita.
Ada suara televisi, suara handphone, suara binatang, pesawat, mobil, musik,
teriakan dan sebagainya. Kegaduhan ada dimana-mana hingga menjadi bagian dari
kehidupan. Tanpa kita sadari, kegaduhan itu membuat kita selalu tegang dan
membuat saraf terus aktif meski tidak diperlukan.
· Kegaduhan Internal
Dalam
buku The Aladdin Factor, Jack Canfield dan Mark Victor Hansen menulis, “Setiap
hari manusia menerika lebih dari 600.000 pikiran.” Bayangkan! Kegaduhan sangat
besar terjadi dalam diri kita. Dalam buku Apa yang Anda Katakan pada Diri Anda,
Dr. Shad Helmsetter mengatakan bahwa 80% lebih pikiran bersifat negative. Hal
ini diperkuat oleh penelitian fakultas kedokteran di San Fransisco pada 1986.
Selain itu, dalam diri kita ada kritik internal yang membuat kita merasa kurang
dibandingkan orang lain serta ada rasa takut dan tidak aman. Jadi kita hidup di
alam kegaduhan, baik secara eksternal atau internal.
10. Perhatian Individual dan Kegiatan Harian
Majalah
Reader’s Digest menulis, “Kegiatan
hiburan membuat orang merasa bahagia dan dapat mengendalikan hidupnya. Hiburan
membantu meraih keberhasilan.”
Seorang
peneliti asal Swedia berkata, “orang-orang yang menyibukkan diri dengan
kegiatan hiburan yang disukai tidak akan mengalami gangguan jiwa. Kemungkinan
mereka mengalami serangan jantung lebih rendah dibandingkan orang yang tidak
pernah melakukan kegiatan hiburan.”
Dalam
buku Mencari
Hakikat Diri, James F. Masterson menulis, “Jika tidak ada hiburan, aku
tidak dapat berpikir dengan baik dan aku tidak akan mendapatkan kesuksesan
ini.”
Dalam
buku Sepuluh
Rahasia Keberhasilan dan Kebahagiaan, ilmuwan Amerika, Dr. Wayne W.
Dyer, menulis, “Agar dapat menulis, aku harus benar-benar sudah masuk dalam
fase renungan. Ia merenung dan berjalan minimal satu jam setiap hari.
Orang
yang terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk melakukan hiburan sangat
rentan menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gula darah, dan
sebagainya. Dia juga rentan mengalami gangguan jiwa. Kita akan melihatnya
seperti gampang marah, baik dilampiaskan pada orang lain atau disembunyikan
dalam hati. Kita melihatnya mudah gugup, cemas dan hanya memikirkan pekerjaan,
baik ketika ia berada pada jam kerja atau pada hari libur.
Pekerjaan
dan istirahat adalah dua sisi mata uang. Dengan bekerja, kita merasa mencapai
sesuatu, berkembang dan maju. Sementara itu, dalam istirahat sembari
menyalurkan kegemaran, kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian jiwa yang
membantu mencapai prestasi lebih baik.
Sekian dulu ya postingan saya, sampai bertemu di artikel lainnya!