Hari ke-empat setelah
waktu dzuhur pun kami siap-siap melaksanakan ibadah umroh. Sebelum berangkat
kami semua disunahkan untuk mandi dan telah menggunakan pakaian ihram (pakaian
yang berwarna putih). Jadi, ketika sampai di Bir Ali kami tinggal melaksanakan
solat sunah dan memulai niat ihram.
Nah, Bir Ali ini adalah sebuah masjid, tempat untuk mengambil
miqot bagi penduduk Madinnah yang akan berumroh atau berhaji. Bir Ali ini
letaknya tidaklah jauh dari Madinnah, hanya sekitar 15-20 menit dari Kota
Madinah. Jika kita umroh dari Indonesia, pada umumnya setelah mendarat di Jeddah langsung ke Madinah, bermukim beberapa hari di Madinah, lalu memulai proses umroh dengan Miqot di Masjid Bir Ali, sesuai sunnah Nabi. Akan tetapi, tidak semua orang miqot di masjid ini, karena ada yang ke Madinah dulu lalu ke Mekkah atau sebaliknya Mekkah dulu lalu ke Madinah. Bagi jamaah yang ke Madinah dulu tentu akan miqot di Masjid Bir Ali ini.
Pada saat di Bir Ali,
kami tidaklah berlama-lama disini, hanya bersuci, sholat dua rakaat dan memulai
niat umroh. Pada saat itu, mulailah saya menjalankan ibadah umroh dan
mengucapkan niat secara lisan dan di dalam hati.
Labbaik Allahumma’Umratan (Aku
sambut panggilan-Mu Ya Allah untuk berumroh)
Seketika saya saat itu,
setelah mengucap niat dan membaca talbiyah dalam hati selama perjalanan, saya merasa
bener-bener tidak mampu berfikir, merasa sangat kecil sekali sebagai manusia dan
terus mengucap Subhanalloh Wal Ahmdulillah Allahu Akbar berkali-kali akan jalan
Allah Swt untuk mengizinkan saya mendatangi Kabah di usia muda saya. Allah Swt
telah memanggil saya untuk berkunjung ke Rumah-Nya untuk berdoa dan beribadah langsung
disana. Yap, Ka’bah yang selalu saya bayangkan disetiap solat saya dan berharap
untuk dapat melihatnya. Bahkan, saking penasaran saya, saya sering sekali
bermain-main dengan Google Earth mengetik kata ‘Masjidil Haram’ pada kotak
pencarian yang ada dan beberapa detik kemudian muncul gambar citra satelit Masjidil
Haram dari google earth tersebut. Berdoa
sambil melihat gambar tersebut kalau saya ingin ke Masjidil Haram dan melihat
Ka’bah Ya Allah. Dan Alhamdulillah doa itu telah dikabulkan Allah Swt.
Di halaman Masjid Bir Ali (masjid tempat mengambil miqot di Madinnah) |
Sekitar Masjid Bir Ali, banyak yang berjulan kebutuhan perlengkapan haji/umroh |
This is picture that was taken from Google Earth |
Oh yaa, ada yang hampir kelewat, jadi selama kita di perjalanan menuju Mekkah, larangan-larangan yang saat berihram sudah berlaku. Nah apa saja larangannya? Berikut yang saya ingat:
- Pria: tidak boleh memakai penutup kepala, pakaian berjahit, dan alas kaki yang menutup mata kaki
- Wanita : tidak boleh menutup wajah dan memakai sarung tangan sehingga menutup telapak tangan
- Tidak boleh menggunakan parfum, termasuk parfum yang ada pada sabun
- Tidak boleh ber-make-up
- Tidak boleh bertengkar dan berkata kotor
- Tidak boleh bermesraan
- Tidak boleh berhubungan suami istri
- Tidak boleh menikah dan menikahkan
- Tidak boleh berburu
- Tidak boleh membunuh binatang. memotong atau mencabut tumbuhan dan mengganggu kehidupan makhluk.
Nah yang biasanya yang paling rentan itu adalah tidak boleh menggunakan parfum atau wangi-wangian dan tidak boleh bertengkar atau berkata kotor. Pengalaman saya kemarin ada saja, teman yang berbicara tidak mengenakan hati, tapi alhamdulilaah tidak terjadi pada saya, karena selalu inget pesan mama untuk selalu zikir. Alhamdulilaah.
Kemudian, setelah kurang lebih 5 jam perjalanan, akhirnya sampailah kami di Kota Mekkah. Yap, kota yang selalu sibuk dengan tamu-tamu Allah Swt. Saat itu, saya tiba sekitar pukul 23.00 KSA. Sebelum
saya ke Masjadil Haram, terlebih dahulu kami ke Hotel Elaf untuk menaruh
barang-barang dan mengambil wudhu lagi bagi yang batal (Disini kita harus banget menjaga wudhu hingga selesai ibadah umroh). Baru sekitar pukul
01.00 KSA kami berangkat menuju Masjidil Haram dengan berjalan kaki. Jarak
antara hotel dengan Masjidil Haram tidaklah jauh, kira-kira hanya sekitar 500
meter saja. Selama berjalan kaki, kami sama-sama membaca Talbiyah
berulang-ulang kali hingga sampai ke Masjidil Haram
Labbaik
Allahumma labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik. Innal Hamda Wanni’ Mata
laka Wal Mulka, Laa Syarikalak
(Aku datang memenuhi
panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak
ada sekutu bagi-Mu).
Rasa
deg-degan dan bingung langsung membuat badan saya gemetar ketika melangkah
masuk melewati pintu utama masjid. Mata ini rasanya terus berkeliaran mencari
dimana letak kabah yang terhalang oleh ribuan orang yang menghalangi badan
saya. Saya pun sibuk dengan apa yang perlu saya dengar dari pembimbing saya. Yaa, maklum saja ini baru banget bagi saya. Dan, tadaaa alhamdulillah saya melihat Ka'bah..Subhanolooh banyak sekali manusia yang sedang mengitarinya!!!
Sebelum saya melakukan ta'waf (keliling kabah), kami melakukan solat isya terlebih dahulu, karena memang kami men-sengajakan untuk solat di Masjidil Haram. Baru setelah solat isya, kami memulai dengan melakukan ta'waf sebanyak 7 (tujuh) kali. Dan u know what? selama saya melakukan ta'waf, air mata ini terus jatuh membasahi jilbab ini. Yap, saya nangis senangis-nangisnya yang sambil membaca doa ta'waf dan sambil di dorong-dorong oleh manusia lainnya. Banyak sekali jamaah yang sedang melakukan tawaf saat itu, karena memang saat itu tepat sekali di malam jum'at yang dimana amalan ibadah berlipat ganda. aamiin. Badan saya yang sekecil ini pun merasakan dorongan yang luar biasa dari kiri dan kanan. Saat itu rasanya sulit untuk mendekati Hijr Ismail maupun Maqom Ibrahim, jadi kami pun bener-bener fokus bertawaf sambil saling menjaga. Dan, disini saya mengerti kenapa harus ada mahrom (terutama bagi perempuan) ketika melaksanakan umroh ataupun haji. Hal ini karena, mahrom lah yang bertanggung jawab menjaga diri kita ketika melaksanakan ibadah umroh/haji terutama pada saat ta'waf ini. Karena memang sangat banyak sekali dengan jamaah bahkan kalau tidak saling menjaga, kita bisa terpisah atau terinjak oleh yang lainnya. Dan, gak kebayang dong bagaimana ketika musim haji, yang waktu ta'wafnya berbarengan waktunya dari jamaah di seluruh penjuru dunia. Nah, saat kemarin itu, yang menjadi mahrom saya adalah papa saya sendiri. Yap, beliau lah yang menjaga dan terus memegang tangan saya untuk tidak terlepas karena dorongan jamaah lainnya.
Dan, setelah ta'waf, kami pun menuju tempat Sa'i, namun sebelumnya kami meminum air zam-zam yang sangat banyak tersedia di Masjidil Haram. Menurut cerita mama, ketika mama melakukan ibadah haji, air zam-zam yang diminum masih mengambil dari sumurnya langsung. Namun saat itu, air zam-zamnya telah dialiri dengan menggunakan pipa ke seluruh bagian masjid.
Setelah itu, lanjutlah kami melaksanakan sa'i antara bukit safa dan marwah. Yap, 7 (tujuh) kali berlari-lari kecil sambil berdoa. Dan disini sungguh berasa sekali pegelnya kaki. Dan langsung saya menangis (lagi) mengingat gimana dahulu Siti Hajar bolak-balik antara bukit safa dan bukit marwah untuk mencari air bagi anaknya Nabi Isamil as. Nah, disini pada saat berada di bukit safa atau marwah, saya diajarkan untuk menghadapkan badan ke arah kiblat dahulu, sambil berdoa, karena disini merupakan salah satu tempat dikabulkannya doa kita. Setelah sa'i sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit marwah, kami semua langsung memotong beberapa helai rambut sebagai tanda selesainya rangkaian ibadah umroh. Dan, lagi-lagi saya mengucap syukur, karena saya diberikan kesempatan di usia muda saya untuk melaksanakan umroh, yang dimana masih banyak manusia lain yang menjalankan ibadah umroh dengan segala keterbatasan fisik. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah Swt, Tuhan seluruh alam.
After Umroh, memadang Kabah dari jarak jauh sambil berdoa |
Alhamdulillah, selesai umroh *with papa* |
Semakin malam semakin penuh jamaah |
Sekian, cerita perjalanan umrohnya, akan disambung lagi dengan part #6
Allahu Akbar
No comments:
Post a Comment