Malam
kedua di Madinah, saya bersama Ibu Ika (teman satu kamar) pergi kembali ke
Raudhoh. Saat itu kami hanya berdua saja karena jamaah perempuan lainnya tidak
minat pergi di malam hari. Kali kedua saya ke Raudhoh mengambil waktu setelah
waktu isya. Di waktu ini pun jamaah yang mengunjungi tidak kalah banyak dari
waktu siang. Namun karena kami adalah orang yang sama-sama punya keinginan kuat
akhirnya rasa lelah dan kantuk pun kami lawan agar bisa kembali ke Raudhoh. Saat
itu, rasanya bener-bener ngantuk bangeeeettt. Sampai-sampai ingin bergabung
dengan jamaah dari Turki biar didahulukan masuknya. Tapi, karena kita kalah
badan apa daya tidak berhasil rencana tersebut..ahaha
Pada
saat kami menunggu, Ibu Ika sempat bertanya ke saya begini:
Ibu Ika : Syifa, kali ini mau berdoa apa?
Saya :hmm, apa yaah bu, mau minta jodoh kali yaa
bu, dengan lugu dan keceplosannya...hehehe
Ibu Ika : Itu ajah?
Saya : Gak lah bu, ntar yaa ada doa lainnya hehe
Ibu Ika : Syifa, ibu kasih tau, mumpung lagi kesini
jangan lupa minta Syafaat Rasululloh, kan kita lagi ziarah ke makam Rasulluloh,
nah jangan lupa tuh minta itu biar di akhirat kita mendapat pertolongaannya.
Saya : Owh, *sambil manggut-manggut kemudian
bertanya ke ibu* emang syafaat itu apa siy bu? (sumpah saat itu berasa bodoh
banget gak tau apa itu syafaat)
Ibu Ika : Syafaat itu pertolongan atas kebaikan Rasulluloh
agar kita selamat di akhirat syifa,
Saya : Owh gtu yaa bu, iya deh ntar aq mau berdoa
itu, meskipun sebenarnya ingin penjelasan lebih, cuma karena sudah terlalu
malam maka saya pun mengurungkan niat untuk bertanya lagi dan dalam hati
berniat kalau sampai di Indonesia mau cari browsing tentang Syafaat Rasulluloh
itu apa, gimana dan bagaimana, hehe
Nah,
ketika sampai di Raudhoh, Alhamdulilah saya memanjatkan doa seperti yang Ibu
Ika ajarkan dan tangis pun mengalir lagi tanpa bisa menahannya. Dan setelah selesai
solat, saya pun langsung berfikir betapa saya selalu memanjatkan doa yang
bersifat ‘duniawi’ dan lupa untuk kebaikan di akhirat. Yap, lupa kenapa gak
pernah minta supaya ibadah yang saya lakukan di dunia bisa diterima Allah Swt. Ahh,
bodoh banget saya selama ini..
Dan
Alhamdulilah banget, saya dipertemukan dengan Ibu Ika yang banyak mengajarkan saya
selama menjalankan umroh. Kami pun sama-sama punya tekad untuk kembali ke
Makkah. Yap, semoga Allah mengizinkan kembali. Aamiin
Dari niat saya mencari tau tentang Syafaat Rasulluloh, berikut saya ceritakan sedikit yang saya kutip dari literatur yang saya cari di internet.
“Dari Abu
Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam
bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap
nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi
ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan
didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Syafaat berasal
dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata
dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal
menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan
sebagainya. Ini pengertian secara bahasa.
Sedangkan
secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan
memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu
memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.
Syafaat terdiri
dari dua macam :
Pertama , Syafaat yang
didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah Swt
dalam Kitab-Nya, atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali
kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan
syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’
dengan ikhlas dalam hatinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhori, kitab
Al-Ilm, bab “Al-Hirsh ‘ala Al-Hadits.”
Syafaat
mempunyai tiga syarat:
1. Allah meridhai
orang yang memberi syafaat.
2. Allah meridhai
orang yang diberi syafaat.
3. Allah
mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.
Syarat-syarat
di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya, “Dan berapa
banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali
sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).”
(An- Najm:26)
Kemudian firman
Allah Ta’ala:
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa
izin-Nya.” (Al- Baqarah:255)
Lalu firman
Allah Ta’ala:
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali
(syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia
telah meridhai perkataannya.”(Thahaa: 109)
Kemudian firman
Allah Ta’ala:
“Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan
mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati
karena takut kepada- Nya.” (Al-Anbiya: 28)
Agar syafaat
seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut
penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
- Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
- Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)
Di antara
syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw adalah syafaatnya kepada
penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika
melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara
surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain,
hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk
surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw.
Kedua, Syafaat batil
yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa
tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah. Syafaat semacam ini
tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya, “Maka tidak
berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan
syafaat.” (Al-Mudatstsir : 48)
Demikian itu
karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang
musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat
itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali
bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir
dan Allah tidak senang kepada kerusakan.
Ketergantungan
orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan
mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”,
(Yunus: 18), adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian
itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu
meminta syafaat kepada berhala-berhala itu dengan cara yang batil, yaitu
menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada
Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.
Nah,
ada juga cerita lain tentang Syafaat Rasulluloh di hari kiamat nanti yaitu
seperti cerita yang saya ambil dari http://www.dakwatuna.com/2009/09/3999/ketika-rasulullah-saw-memberikan-syafaat-kepada-ummatnya-di-hari-kiamat/#ixzz2MqHiLAdv
Ini
adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari
kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam
kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang
pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari
mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka
tidak kuasa menahannya. Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah
kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang
bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”
Yang
lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.” Akhirnya mereka
mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah
menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan
para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah
engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa
kami?”
Maka
Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah
marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan
sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku
langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada
selainku, pergilah kepada Nuh AS.”
Lalu
mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul
pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang
hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa
kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri
kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”
Maka
Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang
tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini
sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan
(celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada
Ibrahim AS!”
Lalu
mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi
dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu!
Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”
Maka
Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan
yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti
ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi,
pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”
Lalu
mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan
Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya
atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa
yang kami alami?”
Lalu
Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan
yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah
seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku
tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada
selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”
Lalu
mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah
dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau
telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada
kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Maka
Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan
yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti
ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad
SAW!”
Akhirnya
mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah
utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu
maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat
apa yang kami alami?”
Lalu
Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada
Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya
pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum
Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad,
angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya
akan dikabulkan!”
Maka
Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku
wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”
Lalu
disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara
umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan
mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain
pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”
Itulah sekilas cerita tentang Syafaat Rasulluloh. Dan saya berfikir, apakah untuk berdoa meminta syafaat rasulluloh kita harus berdoa di tempat yang paling dikabulkannya doa? Yap, tentu tidaklah harus di dekat Makam Rosul, dari rasa penasaran saya itu kemudian saya mencari tahu, ternyata untuk mendapati syafaat rasulluloh ada cara sederhana yaitu dengan sebanyak-banyaknya bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Salawat kepada nabi ini bisa kapanpun dimanapun. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw:
"Barangsiapa yang bersalawat kepadaku pada
waktu pagi sepuluh kali dan pada waktu petang sepuluh kali, dia akan memperoleh
syafaatku pada hari kiamat".
Yap, segitu dulu cerita tentang Syafaat
Rasulluloh, dan mari biasakan diri kita bersalawat untuk Nabi Muhammad Saw, dan
saya pun mencoba untuk menjadikannya sebuah kebiasaan. Maha Suci Allah.
No comments:
Post a Comment