Thursday, November 3, 2016

Pulau Samalona

Assalamualaikum, kali ini saya ingin menceritakan perjalanan saya mengunjungi Pulau Samalona, Makassar. Kunjungan saya ke Kota Makassar bukanlah yang pertama kali. Saya sudah cukup sering melakukan perjalanan dinas ke Kota Makassar. Namun, merencanakan wisata di Kota Makassar terutama mengunjungi pulau kecil yang ada di sekitaran Sulawesi Selatan adalah kali pertama bagi saya.

Awalnya saya ragu untuk mengunjungi pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Sulawesi Selatan. Keraguan saya ini karena faktor biaya yang relatif mahal dan akomodasi yang tidak begitu mudah. Hal ini dilatarbelakangi karena riset saya terhadap “Takabonerate” yang indah banget tetapi membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang besar. Jadilah saya men-generalisasi-kan kalau semua pulau-pulau kecil di Sulawesi Selatan itu mahal!

Well, tetapi semua itu terbantahkan, ketika ada seorang teman kantor saya yang mengajak saya untuk pergi ke Pulau Samalona dan sekitarnya. Maka saat itulah kami mencari informasi melalui internet bagaimana cara untuk mengunjungi Pulau Samalona. Berdasarkan informasi yang saya peroleh, untuk mengunjungi Pulau Samalona cukup mudah, hanya dengan menyewa spead boat milik nelayan yang banyak terdapat di depan Benteng Fort Rotterdam. Nah, karena kebetulan saya belum pernah memasuki benteng Fort Rotterdam, maka saya pun mampir sebentar untuk melihat benteng tersebut.

Saya pun kemarin menyeberang dari depan Benteng Fort Rotterdam, karena pas ada pemilik spead boat yang menghampiri saya untuk menawarkan jasa sewa spead boat-nya. Saat itu harga sewa yang ditawarkan kepada kami sebesar Rp400 ribu untuk mengunjungi 3 (tiga) pulau. (Mungkin kalau kalian bisa nawar akan bisa mendapatkan harga lebih murah). Adapun pulau yang ditawarkan yaitu Pulau Samalona, Pulau Lae Lae, dan Pulau Khayangan (kalau saya tidak salah ingat) :p

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Samalona. Untuk menuju ke pulau ini hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Saya merasa excited sekali, karena belum pernah naik kapal spead boat di tengah perairan Selat Makassar. Hembusan angin dan ombak yang cukup besar benar-benar bikin saya tertawa lepas sekaligus cemas. Cemas karena kepikiran gimana kalau spead boat ini terhempas ombak dan terbalik!! Haha. Tapi kemahiran bapak yang membawa spead boat kami cukup lihai dalam mengemudikannya, jadi cukup menepis kekhawatiran saya. Dan foto selfie di atas kapal spead boat pun tak luput untuk dilakukan. 



Look!!!

Dan setibanya saya di Pulau Samalona pun, saya merasa riang sekali sekaligus terkesima dengan Pulau Samalona ini. Pulau yang hanya memiliki luas 2,3 hektar ini ternyata memiliki pemandangan yang sungguh menawan dengan pasir putih dan lautnya yang bersih (namun banyak karang). Hehehe. Saking kecilnya pulau ini saya pun berhasil mengelilingi pulau ini. Nah, katanya sih di Pulau Samalona ini bisa snorkeling karena keindahan karang laut yang dimilikinya. Tapi saat itu, saya hanya menikmati dengan bermain pasir dan menikmati pemandangan laut lepas yang luas. Ohya, di pulau ini juga terdapat rumah penduduk yang juga bisa disewakan. Selain itu, kita juga dapat bersantai menikmati kelapa muda sambil bermain pasir ataupun berjemur. Pokoknya seru deh berlibur ke pulau ini untuk melepas penat sejenak. Anyway, katanya pulau ini sebenarnya milik beberapa orang, ada sebuah papan pengumuman di pulau ini yang menyebutkan siapa saja pemiliknya. (But I didn’t see those board).


 





Next, untuk cerita Pulau Lae-Lae bisa lanjut di postingan selanjutnya ya :) 


Wassalamualaikum :)


Catatan perjalanan 17.06.2016


Tuesday, October 25, 2016

Bangka Barat "Kota Seribu Kue"

Assalamualaikum, Halooo, lama sekali ya saya tidak update blog ini. Padahal banyak banget yang ingin di posting, terutama tentang perjalanan yang telah saya lakukan. Yap, tentunya perjalanan yang tidak terlepas dari urusan pekerjaan saya selama satu tahun belakangan ini. Semoga semua cerita perjalanannya mampu saya tuliskan ya. Tentunya bukan untuk sombong tapi sekedar menjadi “memory” bagi saya. Jadi ketika saya rindu, saya bisa membaca catatan perjalanan saya.

Well, yang ingin saya cerita disini tentang kunjungan saya ke Kabupaten Bangka Barat. Lebih dari 1 (satu) tahun yang lalu saya mengunjungi Kabupaten Bangka Barat. Saat itu saya merasa excited tapi juga kesal dengan perjalanan pekerjaan ini. Saya excited karena saya tau kalau Kepulauan Bangka-Belitung indah sekali pemandangannya. Sebelumnya saya sudah pernah ke Kabupaten Belitung jadi saya memiliki keyakinan kalau Pulau Bangka pun sama indahnya dengan Pulau Belitung. Salain itu, yang bikin saya juga merasa excited karena list kabupaten yang belum saya kunjungi di Indonesia pun sedikit berkurang. Hehehe. Nah, lalu apakah yang bikin saya kesal? Yap, tentunya perjalanan pekerjaan yang cukup lama yaitu selama 2 minggu dan disaat bulan ramadhan. Sebenarnya sih gak salah juga keluar kota di Bulan Ramadhan yaa..hehehe. Meskipun kesal pergi di Bulan Ramadhan, saya tetap bisa menikmati perjalanan saya di Bangka Barat. Tentu saja ini karena banyaknya tempat wisata yang menarik perhatian saya.

Nah, ada apa sih di Kabupaten Bangka Barat?? Oke, Let’s check it out guys…

Pesanggrahan Menumbing
Bangunan Pesanggrahan Menumbing terletak di Bukit Menumbing, merupakan sebuah kastil yang dibangun pada masa penjajahan Belanda di ketinggian 445 m dpl. Komplek villa atau pesanggrahan peristirahatan pegawai perusahaan timah Bank Tinwinning Bedriff ini diperkirakan dibangun pada tahun 1927. Tempat ini dulu dijadikan tempat pengasingan Bung Hatta, Mr. Pringgodigdo, Komodor Surya Darma, Mr. Assa’at, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Moch Roem, sejak tanggal 22 Desember 1948 s.d 7 Juli 1949 pada masa pasca proklamasi kemerdekaan RI. Pesanggarahan ini sekarang telah dibangun beberapa fasilitas umum, seperti hotel, restoran, lapangan tenis, karoke keluarga, sport track, kolam renang, gazebo, dan lain-lain.

Pesanggrahan Muntok
Pesanggrahan ini terletak di Kota Muntok, dibangun pada tahun 1927 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Gedung ini merupakan salah satu tempat bersejarah karena disinilah Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno pernah diasingkan selama lebih dari lima bulan (Februari – Juli 1949). Dari gedung inilah beliau bersama-sama dengan para pemimpin dan pejuang bangsa pada masa itu seperti Moh. Hatta, Mr. Ag. Pringgpdogo, Mr. Assa’at, Komodor Surya Darma, Mr. Ali Sastoamijoyo, Mr. Moh. Roem, melanjutkan perjuangan melawan pemerintahan kolonial guna mempertahankan kemerdekaan NKRI yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masjid Jami
Masjid ini terletak di Kecamatan Muntok, berdiri pada tahun 1879 (1300 H). Masjid ini merupakan masjid tertua di Kepulauan Bangka Belitung. Masjid ini dibangun oleh H. Abang Muhammad Ali (bergelar Tumenggung Kertanegara II), dibantu oleh H. Nuh dan H. Ya’kup serta masyarakat muntok.

Kelenteng Kung Fuk Miaw
Kelenteng ini merupakan kelenteng pertama di Muntok dari Mayor A Tiam, didirikan oleh bangsa Cina Kuatang dan Fu-Kien pada tahun 1820.

Rumah Mayor
Rumah Mayor Muntok dibuat pada zaman penjajahan Belanda. Rumah ini dulunya ditempati oleh seorang Mayor dari keturunan Cina. Tempat bersejarah ini terletak di Pasar Kota Muntok dan berjarak 0,9 km dari pusat Kota Muntok.

Museum Timah Indonesia
Awalnya gedung ini bernama Hoofdbureau Banka Tinwinning Bedriff dan sekaligus pusat pemerintahan (residen) Belanda di Pulau Bangka yang dibangun pada tahun 1915. Bangunan ini sekarang dijadikan Museum Timah Indonesia, sebuah museum edukasi yang menampilkan sejarah awal pembentukan Kota Muntok, sejarah tragedy Kapal Vyner Brooke, sejarah pengasingan tokoh perjuanan kemerdekaan NKRI, sejarah PT. Timah, Tbk dan penambangannya di Pulau Bangka.

Museum Timah Indonesia
Pantai Tanjung Kalian
Pantai ini hanya berjarak 7 km dari Kota Muntok dan dapat ditempuh lewat jalan beraspal atau menyusuri pantai berpasir putih. Ada sebuah mercusuar setinggi 56 m buatan Belanda dengan arsitektur bergaya Inggris, buatan tahun 1862, masih berdiri dengan kokoh. Mercusuar ini masih berfungsi dengan baik, memancarkan cahaya lampu sejauh 25 mil untuk memandu kapal-kapal yang keluar masuk Selat Bangka.

Pantai Tanjung Kalian
Mercusuar Tanjung Kalian
Pantai Baturakit
Pantai ini masih satu hamparan dengan Pantai Tanjung Kalian dan Pantai Muntokasin, sekitar 6 km dari Kota Muntok.

Senja di Pantai Baturakit
Pantai Tanjung Ular
Pantai ini berjarak 12 km dari Muntok. Pantai ini juga mempunyai Mercusuar buatan Belanda. Pantai Tanjung Ular sangat menarik wisatawan karena memiliki pasir putih dengan deretan pantai di sepanjang pantai.

Pantai Pasir Kuning
Pantai ini berjarak kurang lebih 116 km dari Kota Muntok, terletak sekitar 1,5 km dari pusat Kota Tempilang atau berada di Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang. Pantai ini memiliki keunikan dikarenakan pasirnya yang berwarna kuning keemasan, landai dengan ombak yang tenang. Pantai ini juga menyimpan daya tarik wisata lainnya berupa pesta adat Perang Ketupat yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk menyambut Ramadhan.

Pantai Siangau
Pantai ini terletak 73 km dari Kota Muntok, berada di Desa Teluklimau Kecamatan Paritiga. Pada pantai ini terdapat susunan batuan yang menjorok ke laut sehingga banyak pengunjung yang memancing, karena di pantai ini masih terdapat banyak jenis ikan pancing yang dapat dipancing dari pinggir pantai.

Selain wisata sejarah dan wisata pantai yang banyak terdapat di Kabupaten Bangka Barat, ada juga wisata kuliner khas Kabupaten Bangka Barat yang sangat lezat, beberapa kuliner yang pernah saya nikmati diantaranya:

Lempah Kuning Ikan
Lempah kuning merupakan masakah khas Bangka Barat, yang biasanya terbuat dari ikan kembung yang dimasak kuah dicampur dengan irisan nanas. Terkadang lempah kuning ini tidak selalu terbuat dari ikan, bisa juga terbuat dari daging ayam, daging kambing, atau rusuk muda sapi yang dicampur pucuk kedondong untuk menambah rasa asam. Harga yang ditawarkan pun relatif murah dan terjangkau bagi wisatawan. Pokoknya masakan lempah kuning ini harus kalian coba ketika mengunjungi Bangka Barat.

Empek-Empak Udang
Sudah tidak bisa dipungkuri bahwa empek-empek merupakan makanan yang paling enak dan terkenal hampir di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Nah termasuk di Kabupaten Bangka Barat, yang terkenal dengan empek-empek udangnya. Empek-empek udang ini pun sangat cocok dijadikan buah tangan dari Bangka Barat.

Otak-Otak Ikan Tenggiri
Otak-otak ikan tenggiri menjadi cemilan yang paling terkenal di Bangka Barat. Rasanya yang kenyal dan gurih menjadikan otak-otak ikan tenggiri ini banyak dicari oleh wisatawan.

Sebenarnya masih banyak sekali kuliner di Bangka Barat, saking banyaknya Kota Muntok ini terkenal dengan nama “Kota Seribu Kue”. Pada tahun 2010, Kota Muntok mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan kue terbanyak dengan jenis terbanyak loh.

Well, hanya ini cerita saya untuk Kabupaten Bangka Barat. Dan saya merekomendasikan Bangka Barat untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata kalian. Karena kalian akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan selama wisata di Bangka Barat.

See you guys in others story J

Saturday, January 23, 2016

Work for Traveling or Traveling for Work


Faa, niy kamu kan suka traveling, siapa tau berminat ada acara seru (dikirimin foto acara social community mereka di suatu tempat)

Poy, enak banget siy kerja lo jalan-jalan mulu

Tuh kan, gw lagi di Jakarta, lo udah jalan lagi aja

Duh, tante sibuk keliling Indonesia ya, jadi gak sempat kunjungi ponakannya

Woii, kemana lagi nih?

Lo ngapain sih perginya jauh-jauh, udah mending di kantoran aja kayak gw.

Well, itulah sedikit cerita tentang pandangan orang terhadap kerjaan saya yang jalan-jalan mulu. Yang biasanya cenderung saya becandain balik untuk membalas statement tersebut. Dan sumpaaah yaa, belakangan ini sudah mulai berpikir ulang apakah memang saya suka menjalani pekerjaan yang hampir 50% harus pergi keluar kota tersebut. Padahal yaa kalau boleh saya flashback satu tahun ini saya pindah kerja pun dengan salah satu tujuan untuk tidak sering-sering dikirim keluar kota. Karena saya punya pemikiran ketika saya sudah menikah nanti dan punya anak, saya cenderung tidak mau untuk pergi survey untuk urusan kerjaan. Awalnya saat saya mengambil pekerjaan tersebut berharap sekali jika tempat kerja saya yang baru ini tidak akan sering survey keluar kota. Atau kalau pun diharuskan survey tidak untuk waktu lama, yaa hanya 2-3 hari dan itupun hanya dalam kota saja. 

But you know what? Ternyata oh ternyata harapan saya itu hampir berkebalikan 1800. Hampir setiap bulan saya “mau tidak mau” harus survey untuk melihat asset klien untuk waktu 3-4 hari. Bahkan jika saya sedang terlibat dalam pekerjaan Land Acquisition for Public Interest, maka saya dipastikan ada di suatu daerah untuk waktu 14-21 hari!!! Lalu apakah kemudian saya stress? Hmm, jawabannya hampir bisa dikatakan demikian, yang jelas saya sangat sangat sangat merasa gelisah dan selalu ngedumel untuk bisa pulang lebih cepat. Jadi, ketika ada teman yang berkomentar “lo enak banget sih poy jalan-jalan mulu” maka sebenarnya yang saya rasakan dan ingin balas komentar tersebut adalah “hih enak apaan sih, capek tau lama-lama di daerah, bikin kulit gw tambah hitam, harus relain jerawat muncul di wajah gw, pulang dari survey pun kerjaannya banyak dan selalu aja bikin masalah dengan jadwal main “mereka” karena saya belum ada di Jakarta”.

Tapi, entahlah saya pun sebenernya tidak ingin mengeluh dan terus-terusan mengeluh. Satu hal yang sangat saya rasakan dengan sering berpergian adalah saya merasa cepat beradaptasi dengan lingkungan. Saya pun menyukai traveling tapi kok ya kalau untuk urusan kerja saya sudah mulai berpikir ulang. Ya semoga saya segera mengerti perjalanan hidup saya yang Allah Swt berikan ini. Dan tetap saya harus bersyukur karena masih diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi manusia produktif. Alhamdulillah.