Friday, August 15, 2014

Mama

Jika saya mengingat cita-cita saya di masa kecil maka cita-cita itu adalah menjadi seperti mama. Entah kenapa dari kecil sudah ingin seperti mama, yang pasti saya tahu dari kecil bahwa mama adalah orang yang paling setia, dermawan, pekerja keras dan penyabar.  

Mama lahir dari keluarga yang bisa dibilang baik finansialnya. Rela melepas karir dan cita-cita besarnya hanya karena permintaan papa untuk mengurus anak-anaknya. Yaa, walaupun pernah sekali-dua kali mama suka mengkhayal membayangkan dirinya tidak melapas karirnya.  

Mama adalah orang paling sabar dalam menjalani hidup. Mama selalu punya nasihat paling jitu untuk menenangkan saya dari segala kegalauan dan ketakutan yang saya alami. Bahkan mama pun selalu berusaha untuk menyamakan segala kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Mama sangat sabar dalam mendidik keempat anak perempuannya untuk tumbuh besar menjadi anak yang sholehah, cantik, dan cerdas.

Bagi saya mama sangat cerdas. Mama adalah orang yang cerdas dalam hal memasak. Saya sungguh salut sama mama yang selalu memberikan saya makan langsung dari hasil masakannya. Masakan yang penuh gizi dan bersih. Bahkan ketika urusan kegiatan sosialnya sangat padat, mama selalu menyiapkan masakan sebelum pergi meninggalkan rumah. Bahkan ketika mama sakit pun, mama selalu memaksakan dirinya untuk menyiapakan makanan bagi orang rumah. Hingga saya usia 25 tahun, kalau mama harus pergi keluar kota untuk beberapa hari, mama selalu menyiapkan makanan yang telah dibumbui untuk saya goreng/panaskan. Selain itu, mama masih selalu menanyakan setiap pagi kepada saya ingin dimasakan untuk makan malam saya. Ahh sungguh saya beruntung! Makasih Allah.

Mama adalah orang yang cerdas dalam mengurus anak. Kata orang mengurus tiga anak perempuan bukanlah hal yang mudah, namun mama adalah seorang ibu yang mempunyai empat anak perempuan. Tidak pernah kebayang betapa banyak pengorbanan waktu, tenaga dan uang yang mama keluarkan untuk membesarkan anaknya. Kebutuhan anak perempuan yang cenderung lebih banyak daripada anak laki-laki mampu mama penuhi dengan caranya mengatur segalanya hingga saya dan saudara perempuan saya dapat hidup dengan berkecukupan.

Mama adalah orang yang cerdas dalam mengurus suami. Iyaa mama sangat telaten dalam mengurus suami. Segala kebutuhannya dapat dipenuhi dengan sangat baik. Bahkan mama pun mampu membuat papa mengajarkan islam lebih dalam dan membuat papa menjadi lebih “flexibel”. Yap, waktu kecil saya merasa kalau mama adalah orang yang paling baik sedangkan papa adalah orang yang saya takuti dalam kehidupan saya. Entah bagaimana mama mampu merubah sifat papa, yang jelas papa lebih “friendly” kepada anaknya. Dan Mama adalah orang yang cerdas dalam menanamkan nilai keislaman pada anaknya. Cara mama mengajarkan islam selalu dilakukan dengan memberikan contoh dan menghukum bila diantara kami anak-anaknya tidak menjalankan perintah agama.

Hingga saat ini, hal pertama yang saya selalu saya cari saat saya pulang ke rumah adalah mama. Begitupun ketika saya bangun tidur, yang selalu saya cari adalah mama. Rasanya spontan saja apa yang saya lakukan itu. Mungkin karena terbiasa dari kecil yang selalu sama mama sehingga menjadi kebiasaan saya.

Hmm, mama adalah orang yang paling sangat saya sayangi melebihi apapun yang Allah Swt titipkan kepada saya. Bahkan saya dari kecil sudah janji sama diri sendiri kalau saya tidak akan pernah membuat mama kecewa dan marah sama saya. Sebisa mungkin untuk selalu dekat dengan mama untuk menemani, menjaga, dan merawatnya. Mungkin saya belum lah menjadi anak berbakti bagi mama tapi sebisa mungkin berjanji untuk patuh dan penuhi pinta mama. Dan berharap menjadi seperti mama meskipun mama selalu bilang untuk menjadi orang yang lebih dari mama. Insya Allah. 


Thursday, August 14, 2014

Melakukan Untuk-Nya

Selalu ada yang menetas keluar dari mata, ketika ingat waktu yang diberikan Allah SWT untuk saya. Waktu yang banyak saya habiskan dengan kesibukan dunia. Waktu yang saya sendiri tidak akan pernah tahu kapan berhenti. Bosan?? Hmmm mungkin bisa dibilang demikian. Kenapa?? Karena saya tidak tahu apa yang saya cari dan apa yang sebenarnya saya lakukan. Saya hanya terbiasa menjalani dan mengikuti seperti apa yang orang tua saya ajarkan dengan sebaik-baiknya.

Tapiii, semua berbalik ketika saya tahu arus yang harus saya ikuti. Yap, arus atau mungkin lebih kerennya “hidayah” yang Allah SWT kepada saya. Saya berfikir dan terus berfikir kemudian saya paham kalau saya diciptakan pasti ada maksud dan tujuan-NYA. Sampai saya tidak sengaja menemukan firman-NYA di Al Quran yang cukup membuat saya tersentak.

“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun:115)

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?” (Al-Qiyamah:36)

Ayat tersebut yang memotivasi saya untuk terus berjuang dan berbuat baik kepada siapa pun meskipun kadang kebaikan tersebut tidak selalu berbuah kebaikan. Namun saya pun tetap Lillahita’ala ikhlas dari sedikit kebaikan yang masih bisa saya lakukan. Meskipun saya sangat menyadari juga tidak semua orang senang dengan saya tetapi saya berusaha untuk baik.

Ayat tersebut juga mengajarkan saya untuk tetap fokus terhadap jalan yang lurus diantara banyak jalan yang bercabang. Dan mengajarkan kepada saya bahwa hidup saya memang hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.