Wednesday, November 4, 2015

Bagaimana Cara Menilai Rumah?

Ada 3 (tiga) pendekatan untuk menilai rumah, yaitu:
  1. Pendekatan Perbandingan/ Pendekatan data pasar. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat perbandingan dengan nilai rumah lain yang sejenis di sekitarnya dan sudah terjadi transaksi.
  2. Pendekatan Biaya. Pendekatan ini dengan memperkirakan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan rumah tersebut
  3. Pendekatan Pendapatan. Pendekatan ini dengan menilai rumah dengan mempertimbangkan berapa besar kemampuan rumah tersebut memberikan potensi penghasilan (dalam hal ini penghasilan tersebut adalah sewa).
Nah, bagaimana cara menilai dengan ketiga pendekatan tersebut? Let’s check it out

PENDEKATAN PERBANDINGAN/PENDEKATAN DATA PASAR

Untuk menerapkannya, terdapat 3 aspek penting yang harus dilihat yaitu: 1) Fisik rumah (yang terdiri dari tanah dan bangunan), 2). Legalitas rumah, dan 3). Aspek eksternal (dalam hal ini kondisi lingkungan sekitar).

Langkah pertama teliti dengan cermat rumah yang akan dinilai. Kita harus melihat langsung rumah tersebut. Dapatkan data fisik rumah seperti luas rumah, luas tanah, tinggi rumah jumlah kamar tidur, kamar mandi dan ruangan-ruangan lain. Teliti dengan cermat, lihat langsung setiap sudut rumah jangan sampai ada yang terlewat. Catat dan foto semua yang kita lihat. Apakah ada keretakan, ada kerusakan. Apakah ada aspek yang menonjol dari bangunan, desain dan tata letaknya misalnya. Apa bahan material bangunannya: bahan pintu jendela, dindingnya, plafon, lantai. Bagaimana pula finishing-nya apakah rapi, sempurna. Bagaimana dengan struktur bangunannya apakah memenuhi standar. Adakah fasilitas bangunan seperti AC, pemanas air. Bagaimana dengan instalasi air bersih dan kotornya. Apakah ada bangunan pendukung seperti kolam renang, gazebo, dan sebagainya.

Selanjutnya adalah identifikasi tapak tempat bagunan didirikan. Berapa luasnya, berapa jarak rumah dari batas pinggir tanah, berapa luas halaman, apakah tanah persis di pinggir jalan. Berapa lebar jalan depan rumah, apakah mobil dapat leluasa masuk. Apakah tanah sejajar dengan tinggi jalan, atau di bawah jalan atau di atas jalan. Bagaimana dengan letak lahan apakah ada di sudut jalan atau di tengah. Dan yang sangat penting adalah meneliti dokumen. Apakah tanah bersertifikat, apakah bangunan ber-IMB. Bagiamana status hukum rumah tersebut apakah clear atau sedang terbelit masalah.


Lalu, tinjau kondisi eksternal rumah. Catat apa yang terdapat di kanan kiri rumah: rumah tetangga, kebun, padang rumput, area hijau, kuburan, tempat sampah, atau yang lainnya. Bagaimana lingkungan rumah tersebut, apakah lingkungan rumah tinggal aman dan nyaman. Bagaimana akses menuju rumah tersebut apakah mudah dan nyaman, mudah dijangkau dengan kendaraan umum atau harus dengan kendaraan pribadi.


Semua hal tersebut harus diidentifikasi semua, jika sudah maka selanjutnya adalah mendapatkan data pembanding. Yaitu rumah di sekitar yang pernah dilakukan transaksi. Usahakan sedekat mungkin dengan rumah yang dinilai dan semirip mungkin serta terjadinya transaksi belum terlalu lama, kalau bisa jangan lebih setahun. Kemudian, lakukan identifikasi fisik tanah dan bangunan, fasilitas pendukung dan faktor eksternal serta dokumen legal rumah pembanding itu, sebagaimana yang kita lakukan pada rumah yang kita nilai. Catat dan ambil fotonya. Setelah selesai satu rumah pembanding, usahakan mendapat pembanding yang lain dan lakukan langkah lanjutan yang sama. Semakin banyak data pembanding semakin baik.


Nah bagaimana cara memberi nilainya, cara yang paling simple dengan memberikan poin atau prosentase +/- dari setiap aspek. Kalau istilah yang ada di dunia penilai di adjustment gitu deh..hahaha


PENDEKATAN BIAYA

Penilaian rumah dengan pendekatan biaya ini diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tanah ditambah dengan nilai bangunan beserta fasilitas pendukungnya. Pada penerapannya, nilai tanah maupun nilai bangunan dihitung per meter persegi dan dikalikan dengan luasannya.

Dengan pendekatan biaya ini, kita tidak memperdulikan apakah rumah yang sedang kita nilai adalah baru atau telah berumur lama, kita harus memperkirakan biaya membangun rumah tersebut dalam keadaan baru. Tahapan ini dilaksanakan tentu setelah kita melakukan penelitian lapangan pada fisik rumah secara cermat. Setelah diperoleh nilai biaya membangun baru, maka langkah selanjutnya adalah memperkirakan besaran penyusutan bangunan. Misal bangunan berumur 10 tahun, dan bangunan kurang mendapat perawatan rutin yang memadai. Nilai penyusutan fisik misalnya sebesar 20 persen. Jika biaya membangun bangunan baru adalah Rp400 juta, maka nilai bangunan adalah Rp320 juta. Nilai bangunan ini diperoleh dengan cara mengurangi biaya membangun bangunan baru Rp400 juta dengan penyusutan 20 persen. Setelah diperoleh nilai bangunan, maka selanjutnya nilai rumah dapat dikalkulasi dengan cara menambahkan nilai tanahnya.


Pada proses penaksiran nilai rumah menggunakan pendekatan biaya, penyusutan mempunyai peranan yang sangat penting untuk sampai pada nilai yang mendekati realita. Oleh karena itu besaran penyusutan dalam pendekatan biaya tidak selalu garis lurus. Bangunan yang lebih tua tidak selalu lebih besar prosentase penyusutannya dibandingkan bangunan relatif baru. Bangunan yang lebih tua tetapi dirawat dengan baik dan teratur disertasi dengan perbaikan-perbaikan secara rutin mempunyai prosentase penyusutan yang lebih rendah dibandingkan bangunan yang lebih muda tetapi tidak terawat. Pada penerapan pendekatan biaya, penyusutannya tidak hanya secara fisik tetapi ada juga penurunan nilai akibat tidak berfungsi optimalnya bangunan.


Sebenarnya pendekatan biaya ini yang paling mudah dicerna oleh logika yaa, tetapi dalam dunia professional pendekatan ini kurang digunakan sebagai pendekatan utama. Biasanya pendekatan biaya lebih digunakan sebagai cross check atas hasil penilaian dengan pendekatan data pasar. Alasannya karena nilai rumah tidak selalu sejalan dengan biaya membuatnya. Sebagai contoh, dua rumah yang dibangun dengan biaya yang sama, luas tanah dan bangunan sama, bisa bernilai berbeda jika yang satu dirancang oleh arsitek profesional sementara yang lainnya oleh seseorang yang tidak memahami kaidah rancang bangunan.


PENDEKATAN PENDAPATAN
Nah, kalau pendekatan pendapatan dalam penilaian rumah agak sulit karena pendekatan pendapatan lebih sesuai digunakan untuk income producing property (property yang menghasilkan pendapatan tertentu), seperti hotel atau restoran.

Pendekatan penilaian yang dilakukan dengan mendasarkan pada tingkat keuntungan yang mungkin dihasilkan oleh properti subjek pada saat ini dan masa yang akan datang yang selanjutnya dilakukan pengkapitalisasian untuk mengkonversi aliran pendapatan tersebut ke dalam nilai properti.

Ada 4 metodologi yang lazim digunakan dalam Pendekatan Pendapatan:
1.     Gross Income Multiplier (GIM) / Net Income Multiplier (NIM)
2.     Direct Capitalization
3.     Discounted Cash Flow (DCF)
4.     Residual Technique

Oke sekian dulu ya,

Tuesday, October 20, 2015

Lembah Baliem

Jika ditanya oleh teman saya, tempat di Indonesia yang paling ingin saya kunjungi, maka jawaban saya adalah “Lembah Baliem”. Entah apa alasannya yang jelas saya memang telah “mengagumi Papua”. Meskipun telah mengunjungi Papua beberapa kali, tetapi rasanya belum afdol kalau belum sampai ke daerah Pegunungan Tengah (re: Wamena dan sakitarnya).  Mungkin yang menginspirasi saya untuk berkunjung kesana karena beberapa buku tentang Papua yang saya miliki. Saya sendiri pun hanya bisa bercerita tentang Lembah Baliem ini dari beberapa literatur yang saya miliki. Barikut ceritanya:

Lembah Baliem ditemukan secara tidak sengaja ketika Richard Archbold Ketua Tim Ekspedisi yang disponsori oleh American Museum of Natural History melihat lembah hijau luas dari kaca jendela pesawat pada tanggal 23 Juni 1938. Penglihatan tidak sengaja ini adalah awal dari terbukanya isolasi Lembah Baliem dari dunia luar. Tim Ekspedisi yang sama di bawah pim­pinan Kapten Teerink dan Letnan Van Areken mendarat di Danau Habema. Dari sana mereka berjalan menuju arah Lembah Baliem melalui Lembah Ebele dan mereka mendirikan basecamp di Lembah Baliem.

Pada tanggal 20 April 1954, seorang misionaris Amerika, Dr. Bromley yang pernah hidup dan tinggal di Tangma, Kurima, datang ke Lembah Baliem dengan tugas utama memperkenalkan agama Kristen pada suku Dani di Baliem, Stasiun misionaris pertama didirikan di Hitigima. Selama tujuh bulan mereka mendirikan landasan pesawat udara pertama. Beberapa waktu kemudian misionaris menemukan sebuah area yang ideal untuk dijadikan landasan pen-daratan pesawat udara. Pada tahun 1958, di daerah sekitar landasan, tepatnya berbatasan dengan daerah Suku Mukoko, pemerintah Belanda mendirikan pos pemerintahannya. Kemudian baru pada tahun 1961, eksplorasi ilmiah yang lengkap dilakukan oleh sebuah tim dari Amerika. Salah seorang anggotanya adalah antropolog Karl G. Heider, yang kemudian menjadi terkenal oleh bukunya yang berjudul The Dugum Dani yang mengungkapkan banyak hal mengenai adat istiadat suku Dani yang selama itu masih tersembunyi. Dari ekspedisi Heider pula tercipta buku bergambar Gardens of War dan bersama Robert Gardner, mereka membuat film berjudul Dead Birds.

Nah dari artikel itulah kemudian saya membayangkan dan bercit-cita ingin ke Lembah Baliem. Secara administrasi, Lembah Baliem berada di Wamena yang merupakan salah satu daerah yang berada di hamparan Lembah Baliem, suatu lembah aluvial yang terbentang pada areal di ketinggian 1500 - 2000 m di atas permukaan laut. Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan yang terkenal karena puncak-­puncak salju abadi antara lain: Puncak Trikora, Puncak Yamin dan Puncak Mandala. Pegu­nungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti ilmu pengetahuan alam karena puncaknya ini yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini.

Saat ini, Wamena merupakan ibukota kabupaten yang termahal di Indonesia. Kota ini berada di tengah-tengah daerah Papua yang belum mempunyai jalan darat untuk hubungan keluar daerah dan tidak mem­punyai perbatasan dengan laut. Transportasi ke dan dari Wamena praktis hanya tergantung dari angkutan udara yang memerlukan biaya yang mahal. Walaupun demikian Kota Wa­mena dan sekitarnya ramai karena adanya arus migrasi lokal dari daerah pinggiran kota dan pendatang dari luar daerah. Sejak tahun 1971, sejak diperkenalkan ekonomi pasar, penduduk pinggiran kota dan pendatang dari Makasar, Bugis, Toraja dan Jawa datang meramaikan pasar.

Lalu, apa yang membuat saya tertarik untuk mengunjungi tempat ini, berikut jawabannya:
  1. Suku Dani
  2. Upacara dan Ritus Sepanjang Daur Hidup
  3. Potong Jari sebagai tanda duka
  4. Sistem Perang
Ahh semoga cita-cita saya untuk mengunjungi Lembah Baliem ini kesampean yaaa, 
Insya Allah (^-^)

Sunday, October 4, 2015

Ojek Oh Ojek


Kali ini, saya ingin menumpahkan uneg-uneg tentang perkembangan ojek di Ibukota. Sangat menginspirasi untuk saya kritisi karena beberapa pertimbangan terutama semakin maraknya per-ojek-an di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang un-disiplined! Iya, salah satunya pada tarif harga yang mereka berlakukan. Terus terang aja mereka ini sudah semakin jual mahal banget apalagi kalau wilayah operasinya di daerah langganan macet. Wuuiiih harganya bisa sama kayak naik taksi dengan argometernya yang cepat banget berubah!

Maraknya ojek sekarang ini seperti maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL) di Ibukota. Dulu, PKL dianggap sebagai masalah yang mengganggu ruang kota namun sekarang ini menjadi sektor semi-formal yang dilegalkan dengan cara pengaturan, penataan dan pengenaan retribusi yang disetorkan ke kas daerah. Memang tidak bisa dipungkiri juga, kalau sektor ini mampu memberikan lapangan usaha ditengah-tengah kondisi perekonomian bangsa yang semakin sulit, dimana lapangan kerja semakin terbatas. Lalu, kenapa saya katakan keberadaan Ojek sama dengan keberadaan PKL? Karena sesungguhnya bisnis perojekan adalah bisnis yang tumbuh secara swadaya karena bertemunya faktor permintaan dan penawaran secara bebas.

Jika kita telusuri sejarah ojek, menurut cerita orang-orang siy berasal dari kata “objek” yang kemudian dijadikan kata kerja dengan logat jawa menjadi “ngobjek”. Namun bila mengutip dari salah satu website, Ojek merupakan sepeda yang ditaksikan (W.J.S Poerwadarminta). Nah, untuk di Jakarta sendiri, ojek pertama kalinya muncul (tahun 1970) berupa ojek sepeda yang adanya di Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini dilatarbelakangi karena adanya larangan terhadap bemo dan becak masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok sehingga menyebabkan orang-orang yang mempunyai sepeda mendapat kesempatan untuk menawarkan jasa-jasanya. Nah dari sini bisa terlihat bahwa ojek ada karena adanya suatu daerah yang tidak dapat dijangkau dengan angkutan umum atau tidak dapat diakses dengan kendaraan roda empat sehingga diperlukan “feeder” atau pengumpan untuk sampai dilokasi.

Lalu, bagaimana dengan kondisi saat ini? Apakah ojek dibutuhkan karena adanya ketidakjangkauan suatu daerah dengan transportasi umum? Hmm, kalau menurut saya pribadi siy IYA, karena adanya daerah yang tidak dapat dijangkau dengan angkutan umum. Ditambah lagi, adanya kecendrungan orang Indonesia yang enggan “Berjalan Kaki” karena belum menjadi budaya hidup sehingga kita cenderung memilih ojek karena lebih cepat dan praktis. Apalagi di Jakarta yang semakin sumpek, panas, dan penuh polusi. Maka ojek adalah pilihan yang banyak dipilih masyarakat walaupun membutuhkan biaya yang lebih mahal.

Saat ini bisnis ojek motor di Jakarta semakin hidup dan menjamur bahkan menjadi pilihan untuk menembus kemacetan. Apalagi di fasilitasi dengan teknologi dengan munculnya “ojek online” yang dapat di booking lewat smartphone, seakan-akan membuat keberadaan ojek memang layak “diakui”. Padahal jika melihat dari regulasi yang ada, sesungguhnya ojek menjadi sebuah kontroversi sekaligus problematika system transportasi darat. Berikut beberapa cuplikan yang saya ambil dari beberapa website.




Lalu pendapat saya pribadi yang pernah belajar tentang masalah perkotaan, akar permasalahan ojek bukanlah pada tidak adanya regulasi, melainkan karena keterlambatan pihak yang berwenang dalam mengatur sistem transportasi massal. Jelas sudah terlihat latar belakang adanya ojek karena “ketidakjangkauan suatu daerah dengan transportasi umum” yang dibiarkan terlalu lama hingga kemudian berkembangnya kepemilikan kendaraan pribadi (dalam ini motor) secara massif sehingga menjadi celah untuk melayani “ketidakjangkauan daerah dengan transportasi umum” tersebut dengan menyewakan jasa motor mereka.

(So? Gak usah mencari siapa yang salah disini, karena kita paling jago kalau mencari yang salah).

Saya sendiri siy belum tau bagaimana baiknya tentang ojek ini. Karena saya sendiri pun termasuk pengguna ojek. Banyak cerita yang saya dapat dari tukang ojek yang saya tumpangi, terutama alasan mereka memilih menjadi tukang ojek. Tapi sepaham saya, perkembangan ojek ini memang harus ditahan jangan semakin banyak orang beralih profesi menjadi tukang ojek karena akan semakin sulit dikendalikan jika ojek dijadikan transportasi umum/massal.

Pandangan saya siy, untuk mengatasi masalah transportasi “ketidakjangkauan daerah dengan transportasi umum” adalah dengan memperbaiki “Struktur Ruang Kota” dan “Perbaikan dan peremajaan kendaaraannya serta peningkatan pelayanan transportasi umum”. Nah, untuk peningkatan pelayanan transportasi umum sepertinya sudah dilakukan oleh pemerintah, tetapi untuk peremajaan kendaraannya masih sangat belum. Masih banyak banget kendaraan umum di Jakarta yang jauh dari kata layak, aman dan nyaman. Kemudian, terhadap struktur ruang kota sepertinya memang perlu “evaluasi struktur ruang kota”. Bagi saya ini penting, karena inilah kunci pembentuk ruang kota yang teintegrasi. Selama ini yang terjadi, pembangunan kota kurang melihat dari struktur ruang kotanya padahal Struktur ruang kota sudah ada dalam dokumen RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), tetapi memang ini masih sangat kurang aplikatif terhadap perubahan tata guna lahan.

Sekian dulu cerita saya di siang yang sangat panas ini yaa.

Monday, August 10, 2015

Rindu Indahnya Tao Toba

Kali ini saya ingin berbagi cerita, ketika saya ditugasi untuk pergi ke Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir adalah sebuah kabupaten yang letaknya di tengah-tengah Danau Toba atau di Pulau Samosir. Kabupaten ini menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang dikelilingi oleh Danau Toba. 

Jika bercerita tentang sejarah terbentuknya Danau Toba sangatlah akan panjang blog ini. Lagipula bukanlah keahlian saya karena saya tidak memahami seutuhnya ilmu geologi, dibutuhkan sharing dari teman yang pernah belajar/kuliah di geologi untuk membahasnya. Namun, sedikit saya cerita bahwasanya Danau Toba adalah danau vulkanik. Danau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi, dan merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Proses terbentuknya Danau Toba oleh letusan gunung berapi yang membentuk kaldera, kemudian kaldera tersebut menampung air yang membentuk danau. Pulau di tengah-tengah danau terbentuk dari tekanan magma ke atas, namun tidak keluar magmanya, sehingga terbentuklah Pulau Samosir.

Namun, saya disini hanya akan berbagi tempat-tempat yang bisa dinikmati di Kabupaten Samosir berdasarkan pengalaman pribadi saya.

Untuk menuju Kabupaten Samosir dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu jalur darat dan jalur danau. Akses darat dapat dilalui via Jalan Tele yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sementara jalur danau yaitu dengan menggunakan Kapal Ferry. Nah, saat itu kebetulan saya memilih menyebrang menggunakan Kapal Fery karena waktu tempuh yang relatif lebih singkat. Hanya dibutuhkan 1 jam untuk menyebrang dari Dermaga Ajibata-Tomok. 

Pelabuhan Ajibata
Tempat wisata yang saya kunjungi saat itu dan menarik perhatian saya adalah Museum Huta Bolon. Terletak di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Museum Huta Bolon merupakan tempat penyimpanan benda-benda kuno orang batak. Untuk masuk ke Museum ini sebenarnya gratis, namun saat itu ada beberapa anak kecil yang bermain dekat pintu masuk sehingga kami dikenakan tiket masuk. Huta Bolon merupakan rumah adat warisan dari Raja Sidauruk. Namun seiring dengan perkembangan pariwisata maka sejak 1969 bangunan ini dijadikan sebagai museum terbuka.

Rumah Bolon
Makan Raja 
Rumah Suku Batak
Syifa & Patung Sigale-Gale

Perkakas Kuno Suku Batak

Selain Museum Huta Bolon, ada beberapa tempat yang dikunjungi seperti:
  • Makam Raja Sidabutar, berada di Tomok, makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang dipahat untuk tempat peristirahatan Raja Sidabutar pengusa kawasan Tomok pada masa itu.
  • Batu Parsidangan, berada di Desa Siallagan adalah batu yang disusun sedemikian pada masa pemerintahan Raja Siallagan untuk tempat mengadili dan mengeksekusi para kriminal.
  • Pertunjukan Sigale-gale, berada di Tomok adalah kesenian rakyat berbentuk patung yang dibuat sedemikian sehingga dapat menari mengikuti irama musik tradisional gondang.
  • Tuktuk Siadong, kawasan berbentuk tanjung peninsula yang strategis sehingga saat ini menjadi pusat kegiatan wisata (central tourism district), dipenuhi oleh usaha hotel dan restoran serta pelukis dan pengukir.
Sebenarnya masih banyak tempat yang bisa dikunjungi. Karena saat itu tujuan saya tugas ada di sekitar Pangururan dan Kecamatan Simanindo maka pada lokasi ini saja tempat jalan-jalan saya. Alasannya karena saya tidak punyak banyak waktu disana. (*maaf ya bagi yang baca*) hehe

Salah satu tempat juga yang ingin saya ceritakan adalah tempat penginapan saya yang kece banget. Nama tempatnya Samosir Villa Resort yang berada di Tuk-Tuk. Villa ini menawarkan view yang ciamik dengan ornamen-ornamen dan ukiran asli Suku Batak. Konon katanya villa ini favorit bagi wisatawan loh, termasuk sayaaaa. 





Samosir Villa Resort
Tao Toba
Hmm, ada lagi yang menarik perhatian saya waktu mengunjungi Pulau Samosir. Yaitu pada saat saya menyebrangi Danau Toba dengan menggunakan Kapal Ferry. Di kapal ferry tersebut terdapat beberapa anak kecil yang mempunyai keahlian menyelam. Yap, mereka sangatlah ahli dalam mencari uang koin yang kami lemparkan ke Danau Toba kemudian mereka menyelam mencarinya. Jadi, mereka meminta saya melemparkan uang koin, mereka mencari uang koin tersebut, lalu uang koin tersebut untuk mereka. Lucunya, saat itu saya kehabisan uang koin nominal Rp 500 dan Rp 1000,- tapi saya punya beberapa uang koin nominal Rp 100-200. Nah, karena saya sangat menikmati pertunjukan mereka maka saya lemparkan saja uang tersebut. Dan tau gak? Mereka memprotes saya karena melempar uang dengan nominal kecil. Hahaha. Lalu, saya tanya kalau uang kertas bisa gak? Dan kata mereka "bisa kakak, ayo lempar lagi". Kemudian saya dihasut sama bos saya untuk meminta siy anak ini menyanyi dulu sebelum dikasih uangnya. Dan mereka pun menyanggupi. Berikut video yang mereka nyanyikan untuk saya saat itu. 


Ketika siy anak kecil ini selesai menyanyi, maka saya pun rooming seketika. Karena apa? karena lagu yang dinyanyikan adalah lagu batak lawas dan saya tidak sama sekali memahaminya. Setelah tanya sama bos saya, arti lagu tersebut seperti ini:

artinya: Danau Toba..di waktu itu bulan purnama, aku duduk berdua denganmu. Senang rasanya kala itu. Bulan menjadi saksi apa yang telah kau perbuat. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku. Hanya kamu yang memiliki aku. 

Ah romantis banget kan, dan percaya gak percaya, saya pun menjadi pengagum budaya batak. Penasaran banget sama Suku Batak sampai-sampai bercandaan saya dengan teman saya, "ah mau dong sama cowo batak" hahahahahaha.

NB:
Menceritkan perjalanan saya ke Pulau Samosir dilatarbelakangi karena 2 bulan lalu saya baru menyelesaikan novel Gelombang karya Dewi Lestari. Latar belakang yang dingkat merupakan budaya batak dengan lokasi di Danau Toba. Dan benar kata orang, keindahan Danau Toba membuat ingin kembali menikmatinya.


Salam Cipacipoy
Mei 2014

Monday, August 3, 2015

Kuala Lumpur, Malaysia

Dua Puluh Delapan Desember Dua Ribu Empat Belas, dunia penerbangan Indonesia di hebohkan dengan berita jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 tujuan Surabaya-Singapura. Yang sekaligus menghebohkan diri saya karena akan pergi menggunakan maskapai AirAsia di bulan Januari 2015 ini. Melihat pertama kali berita airasia tersebut, di dalam hati nyeletuk “Mama jangan sampai liat berita ini niy”. Karena saya tahu banget mama pasti meminta saya untuk menunda kepergian saya ke Malaysia dengan maskapai AirAsia. Sampai dua minggu berjalan berita tersebut, saya baru benar-benar menimbang apakah jadi berangkat atau tidak. Dengan menggunakan analisis sederhana alias nanya sana sini pendapat mama dan teman dekat, maka 60% keputusan yang saya ambil adalah tidak usah berangkat dulu. Alasannya? Hmm, lebih karena ketakutan saya terhadap berita pesawat AirAsia dan ditambah hebohnya berita banyaknya penerbangan di Indonesia yang tidak memiliki izin terbang. Gila yaa, denger berita dari media yang lebay itu memang bisa banget meracuni pikiran kita untuk berspekulasi yang aneh-aneh. 

Sampai 4 (empat) hari sebelum berangkat, mama bilang dengan “Ya sudah sana pergi, tapi hati-hati banyak doa ya” dan juga akhirnya mendapat izin dari bos saya untuk berangkat juga. Alhasil, keputusan saya yang 60% tidak usah berangkat berubah menjadi 60% jadi berangkat. Terus sisanya 40% kemana? Sisanya 40% saya dibuat bingung karena mau test IELTS di akhir Januari. Namun karena saya merasa belum siap 100%, akhirnya yaudah uang buat test IELTS nya dipake dulu aja. Ahahaha. *Ketauan labil banget ya” 

Well, akhirnya saya pun pergi ke Kuala Lumpur di Bulan Januari. Nah karena ini adalah jalan-jalan ala backpacker, jadi segala akomodasi pun sudah di booking dari Indonesia dengan modal yang bisa dibilang “pas di kantong”. Hahahaa. Tidak hanya itu, teman-teman pun sempat bikin list tempat apa aja yang mau dikunjungi dengan alibi “biar gak nyasar” (padahal mah kalau perginya ala backpacker, nyasar di negeri orang bukan masalah besar ya gak siy, haha). Nah siapa tahu berguna, ini tempat yang bisa dikunjungi kalau ingin main di Kuala Lumpur: 
1. KL Lake Garden Park 
2. KL City Gallery 
3. Batu Cave 
4. Kawasan Petronas 
5. Kawasan KL Tower 
6. Titiwangsa Lake 
7. Hindu Tample 
8. Pasar Seni 
9. Chinatown 
10. Masjid Jameek



Chinatown

Monte Carlo at Genting Higland

Food Street in Alor Street
Genting Highland

Batu Cave

Sebenarnya fotonya masih banyak lagi, tapi yaa saya lelah memilihnya hahaha.
Intinya kondisi Kota Kuala Lumpur sama seperti Kota Jakarta, yang sedikit membedakan hanya di transportasi massalnya aja. Kuala Lumpur punya banyak pilihan transportasi massal yang hampir dikatakan terintegrasi, cepat dan murah. Kalau soal macetnya ya sama-sama macet, panas ya sama-sama panas, dan setiap orang punya dinamika pergerakan yang cepat. *yaiyalah namanya aja ibukota negara ya*.

Nah, sekian dulu yaa cerita ke Kuala Lumpur, bagi yang belum pernah mungkin bisa dicoba kesana bareng-bareng temannya toh biayanya sangat terjangkau. 

-Epilog-
Hal yang paling dominan memutuskan untuk saya pergi ke Kuala Lumpur adalah karena saya punya feeling kalau jalan-jalan ini adalah terakhir dengan teman-teman saya. Dan benar saja sepulang saya dari Kuala Lumpur (Selang 1 Bulan) saya pun pindah kerja ke tempat yang baru. Hal ini juga yang memutuskan saya menunda mengambil Test IELTS, padahal kesempatan ke IHS ada di depan mata saya. Tapi lagi-lagi hidup adalah seni dalam memilih. Cerita saya di kantor yang baru pun akan ada di dalam postingan selanjutnya. hehehe

Have a nice Mondays. 

Lamaknen Selatan

Lamaknen Selatan? Ada yang pernah tau nama apa? Dan tahu kah ada di Indonesia bagian mana? Nah, bagi yang belum tau semoga cerita sederhana di blog ini bisa memberi sedikit pengetahuan yaa.

Lamaknen Selatan merupakan nama sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Belu, Provinsi NTT. Secara geografis terletak diantara 150 derajat BT dab 3-9 derajat LS. Luas wilayahnya mencapai 108,41 Km2. Di Lamaknen Selatan terdapat 5 desa yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima (Republic Democratic Timor Leste), yaitu Desa Debululik, Sisi Fatuberal, Lakmaras, Lotha Ratu, dan Henes.

Lalu, mungkin kalian bertanya, hanya sebuah kecamatan, apa menarik siy Lamaknen Selatan ini?. Mungkin bagi sebagian orang akan biasa aja responnya, tapi bagi saya menjajaki kaki ke Lamaknen Selatan adalah hal yang W.O.W!!! Kenapa? Karena saya yakin Bapak Menteri atau bahkan Bapak Presiden pun belum pernah ke wilayah perbatasan ini yang dalam dokumen kebijakan (RTRWN) ditetapkan sebagai Pintu Lintas Batas Negara. hehehe

Untuk menuju Lamaknen Selatan ini bisa dikatakan sangat sulit, karena letaknya yang ada di perbukitan tandus dan akses jalan disana masih berupa pembukaan jalan yang dikerjakan oleh masyarakat setempat. Saat itu, saya dan teman-teman pun tidak bisa semuanya berangkat kesana, hanya bisa 3 orang saja karena kapasitas mobil double gardan yang terbatas. (Harus banget pake mobil garden, karena jalannya bebatuan dan jauh). 

Nah mungkin bisa dilihat yaa dari dokumentasi pribadi saya berikut ini.
Pemandang Perbukitan/ Tanah Kering di Kab. Belu
Kondisi Jalan Menuju Lamaknen




Anak Kecil yang heran melihat orang lain datang ke desanya

Angkutan yang digunakan untuk melakukan lintas batas dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan truk atau mobil double gardan karena medan jalan yang rusak dan sulit dilalui kendaraan city car. Kondisi jalan yang rusak membuat lamanya perjalanan, bahkan perjalanan dari Desa Debululik menuju Desa Lakmaras (kantor kecamatan) dengan jarak 22 km dapat ditempuh dengan waktu 3 jam perjalanan dengan menggunakan mobil double gardan. Sulitnya mengakses kantor camat membuat kegiatan perkantoran Kecamatan Lamaknen Selatan dilakukan di rumah camat yang berlokasi di Kota Atambua.


Mobil Double Gardan


Indonesia

Haiii, lama banget yaa saya tidak update blog ini. Maklum lah lagi sibuk banget sama kerjaan dari awal tahun kemarin. Padahal banyak banget draft tulisan yang harus diselesaikan. Semoga bisa sempetin buat menyelesaikan semuanya. 

Dan siang ini, lagi iseng banget niy, kepikiran tentang tempat-tempat di Indonesia yang belum dikunjungi dan pengen banget dikunjungi. Ya maksudnya siy biar bisa "khatamin" 34 Provinsi di Indonesia setelah 4 tahun bekerja dibidang yang sesuai dengan backrground pendidikan. Alhasil setelah dingat-ingat sambil dituliskan wilayah yang sudah pernah dikunjungi, ternyata oh ternyata masih ada sekitar 11 provinsi yang belum pernah didatangi. Ke-sebelas provinsi itu diantaranya: 1). Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, 2). Provinsi Riau, 3). Provinsi Kep. Riau, 4). Provinsi Jambi 5). Provinsi Kalimantan Tengah, 6). Provinsi Kalimantan Selatan, 7). Provinsi Kalimantan Utara, 8). Provinsi Sulawesi Tengah 9), Provinsi Sulawesi Barat 10). Provinsi Gorontalo 11). Provinsi Maluku Utara. Sisanya 23 Provinsi sudah dikunjungi. 

Wilayah yang sudah dikunjungi (iseng bgt yaa) :D

Sebenarnya siy pengen pake satuan "Kabupaten/kota" dalam hal menjajaki wilayah Indonesia. Tapi rasanya kok berat amat yaa. Bayangin aja ada sekitar 514 kabupaten/kota di Indonesia loh, dan rasanya mah gak cukup kalau baru 4 tahun kerja yaa. hehehe

Nah, kalau saya coba sedikit ber-lebay-lebay, benar kata orang untuk membuktikan diri kita cinta sama bangsanya harus tau dulu seperti apa wilayahnya. Dan benar memang kalau saya cinta Indonesia karena ke-Bhinekaan yang ada dan bangga rasanya jadi orang Indonesia ya, walaupun saya tidak menyukai politik, korupsi, dan kolusinya. 

Dan keinginan sederhana saya melalui blog ini adalah membuat semua perjalanan yang saya lakukan. Dengan alasan sederhana Saya Suka!

Saturday, May 30, 2015

Manajemen Waktu

Well, ternyata sulit banget ya mengatur waktu! Rasanya sehari 24 jam tuh masih berasa kurang kalau kita punya aktifitas yang banyak. Tapi yaa kalo lagi free atau menunggu sesuatu, waktu 24 jam sehari tuh malah terlalu banyak. Dan belakangan ini rasanya kepikiran aja tentang time management alias manajemen waktu. Sekaligus ingin intropeksi diri,di bagian apakah waktu yang saya miliki di dunia ini dihabiskan. Hahaha *Sok Iyes*

Jika 1 hari 24 jam, maka hampir 4 jam waktu yang saya miliki dihabiskan di perjalanan (pulang-pergi Bekasi-Jakarta). Kemudian, 8 jam saya habiskan untuk bekerja di kantor (yang kadang lebih dari 8 jam kerjanya, hiks). Lalu tinggal sisa berapa tuh waktunya? 12 jam yaa? 3 jam untuk keluarga. Dengan waktu hanya 3 jam tersebut, hal yg biasa dilakukan adalah makan, nonton TV sambil mengobrol sama orang rumah (alias mama & papa) yang biasanya dilakukan sehabis pulang kerja. Lalu, saya terus mencoba konsisten untuk 1 jam ibadah ngaji sebelum tidur. Sisanya sekitar 7 jam dipakai untuk tidur malam dan 1 jam untuk belajar di pagi hari (yang beberapa bulan ini gak konsisten dilakukan karena dipakai untuk "lanjut tidur", hahaha). And what? 24 jam habis gitu aja di setiap harinya! Wohooo. Bener-bener gak bagus untuk masa depan (a.k.a akhirat) hehehe.

So, what should i do? Rasanya pelik banget bagi saya mengatur waktu. Belum lagi kerjaan yang cukup menguras otak untuk berpikir. Ini bukan mengeluh, cuma lagi membayangkan jika sudah berkeluarga. Bakalan super duper sibuk banget pasti.

Tapi, sebenernya juga gak terlalu banyak 'time lost' saya. Karena di waktu 4 jam perjalanan, saya berupaya mencoba menggunakannya untuk banyak baca dan menulis. Yaa, seperti tulisan ini dan tulisan saya lainnya cukup banyak draftnya ditulis saat di perjalanan. Memang tidak selalu untuk baca dan nulis siy, kadang saya juga habiskan untuk ber-sosial media. Hahaha. *biar up-date-dan-kekinian*

Hmm, saya rasa ini sudah cukup baik gak siy untuk 'kill the time for commuter'. Atau kira-kira ada saran yang mungkin bisa menjadi pilihan lain saya. Owh atau juga bisa dengan mengahafal Al-Quran yaa. Insya Allah I'll try it. Hehehe

Well, kemudian 8 jam kerja di kantor. Ini niy yang perlu review banget banget. Kenapa? Karena ini hampir 1/3 waktu yang saya habiskan untuk bekerja. Mungkin jika saya sudah tau tujuan saya bekerja formal mungkin ya gak masalah. Terkadang yang menjadi pertanyaan adalah saya tidak tahu impian apa yang saya kejar dari kerja kantoran! Hahaha. Apalagi ya untuk seorang perempuan yang nanti saat punya keluarga, prioritas utama adalah mengurusi rumah tangga. Takut? Hmm gak 100% takut hanya kepikiran banget. Kayaknya saya perlu banget diskusi sama yang sudah berpengalaman niy dan perlu banget kerjasama serta koordinasi dengan calon suami saya nantinya. 

Dan sebenarnya itu, impian dan cita-cita saya adalah memiliki kantor di sebelah rumah! Pengen banget punya kantor yang sangat cozy dengan segala peralatan IT, peralatan gambar/desain yang canggih. Kantor yang punya ruang studio yang kece dengan ruang koleksi buku dan mini cafe yang nyaman buat siapapun yang datang ke kantor tersebut. Well, dengan punya kantor disebelah rumah maka saya pun bisa bekerja sambil mengurus anak, suami dan rumah. Gak perlu ber-make-up, pake daster pun bisa ke kantor. Wkwkwk. Hmm, rasanya enak banget yaa ngebayanginnya. Semoga malaikat mencatat cita-cita syifa ini untuk punya kantor dibidang konsultansi di awal usia 30 tahun. Aamiin. 

Lagian yaa kalau dipikir-pikir sekarang tuh sudah jamannya penggunaan teknologi canggih kerja dari rumah dengan terhubung koneksi internet juga sudah bisa. Apalagi untuk Kota Jakarta yang semakin hari semakin parah macetnya, rasanya kerja dari rumah lebih efektif aja. Ya kecuali kalau kerjanya untuk survei, ketemu klien, diskusi tim, dan urusan pelayanan umum, sangat gak bisa kerja dari rumah. 

So, pengen banget belajar lebih keras untuk tidak menyia-yiakan waktu yang masih diberikan oleh Allah Swt. Waktu yang bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga memberi manfaat bagi banyak orang. Insya Allah. 

Thursday, February 12, 2015

Doa Bagi Wanita

Ceritanya kemarin baru chat sama teman lama, terus menurutnya, doa gw perlu di posting di sosial media karena menurutnya tuh doa romantis. Dan biar ada yang komen bilang "Gw mau dong jadi sahabat lo". Padahal mah gw nemu doa itu dari kumpulan doa-doa yang gak sengaja gw baca. Well, sebenarnya agak ngeledikin banget tuh anak dengan nyuruh posting doa yang gw bilang dalam chat tersebut, tapi gak ada salah juga buat share ke sesama cewe yang sedang berdoa jodoh terbaik dari Allah Swt.

Nah, ini doanya:

"Robbi Habli Milladunka Zaujan Thoyyiban Wayakuuna Shoohiban Lii Fiddini Waddunyaa Wal Aakhiroh"

Ya Rabb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.


Sementara, untuk kaum cowo, doanya ini:

"Robbi Habli Milladunka Zaujatan Thoyyibah Akhtubuha Wa Atazawwa Biha Watakuna Shoohibatan Lii Fiddiini Waddunyaa Wal Aakhiroh"

Ya Robb, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat.


Semoga segera dijabah sama Allah Swt, aamiin :D


Sunday, January 18, 2015

Nikah Karena Ibadah

Tepat seminggu yang lalu, baru saja bertemu dengan seorang teman yang menceritakan kisah hidupnya yang akan segera mengakhiri pernikahannya. Rasanya sangat pilu banget mendengarkannya dan gak tau harus gimana. Dan semakin membuat saya terus berpikir tentang pernikahan. Namun, juga membuat saya untuk belajar tentang nikah itu sendiri. Singkat cerita, teman saya ini menyarankan untuk niatkan nikah karena ibadah. Ini sebenarnya bukan kalimat pertama yang saya dengar. Hampir rata-rata teman saya yang telah menikah pun mengatakan kalimat tersebut dan saya tidak pernah paham seutuhnya tentang makna kalimat itu. Sampai akhirnya, setelah pertemuaan itu, saya disarankan untuk banyak membaca Sunnah (Hadist) karena menurutnya sunnah ini yang masih sedikit sekali saya baca. Hmm, dipikir-pikir siy ada benar juga, saya memang tidak sering mengkhususkan waktu saya untuk membaca hadist. Sampai saya pun disuruh download dari smartphone saya untuk mendownload aplikasi hadis yang banyak banget tersedia di google store. Agak kesentil juga di nasehatin seperti itu, tapi karena nasihatnya baik maka disaat itu pun saya lakukan. Menurutnya hadis ini harus saya baca saat dimanapun saya sedang lenggang waktunya.

Dan, setelah pertemuan tersebut, saya pun terus kepikiran dengan nasihat dan saran-sarannya itu. Karena sebelumnya, diantara kami pun berdebat tentang “membangun keluarga”. Singkat cerita dari perdebatan itu adalah saya dinilai masih sangat punya “ego” yang tinggi. Iya, ego karena merasa bisa melakukan sesuatu sendiri. Bagus memang bisa menjadi perempuan mandiri tapi justru disini setan sedang merasuki pikiran saya lewat cara berpikir saya yang serba logika. Yang bila terus dilanjutin mungkin saya bisa menjadi penganut paham feminisme. Ahahaha.

Well, intinya itu yaa saya perlu merubah mindset saya, dan benar-benar niatkan nikah karena ibadah. Dan mulai lah saya mengumpulkan artikel-artikel tentang ibadah menjadi ibu dan istri. Subhanallah banget, ternyata perempuan memiliki banyak ladang pahala. Berikut beberapa yang saya kumpulkan dan membuat saya untuk meluruskan niat.

Rasulullah saw bersabda: “sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu jumpai bahwasanya:
  •  Taat kepada suami dengan penuh kesadaran, maka pahalanya seimbang dengan pahala para pembela agama Allah SWT, tetapi sedikit sekali dari kamu sekalian yang mau menjalankannya.
  • Sungguh memintakan ampun untuk seorang istri yang berbakti kepada suaminya yaitu: burung di udara, malaikat dilangit, selama ia senantiasa dalam keridhaan suaminya. Siapa saja istri yang meninggal dunia sedang suaminya ridha terhadap kepergiannya, maka ia akan masuk ke surga.
  • Bila seorang suami pulang ke rumah dengan perasaan gelisah dan istrinya menghiburnya, maka istri mendapatkan 10 pahala jihad.
  • Bila seorang wanita mengerjakan dan menjaga shalatnya, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga amanah suaminya dan mentaati suaminya, Allah SWT akan memberikan izin padanya untuk memasuki surga dari pintu mana saja yang dia sukai.
  • Bila seorang wanita tidak dapat tidur pada tengah malam dikarenakan terganggu oleh anaknya, maka Allah SWT akan memberikan pahala kebaikan membebaskan 20 orang budak.
  • Bila seorang wanita tidak dapat tidur karena sakit dan menyusui anaknya, maka Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa-dosanya dan mendapatkan 12 tahun pahala ibadah.
  • Bila seorang wanita mulai menyiapkan makanan dan memasak dengan memulai bismillah, maka Allah SWT akan memberikan berkah di dalam nafkah mereka di dalam rumah tersebut.
  • Bila seorang wanita menyapu rumahnya sambil berdzikir, maka Allah swt akan memberikan pahala menyapu Ka`bah, yang mana melakukan 1 kebaikan di Masjidil Haram ganjarannya adalah 10.000 kebaikan.
  • Bila seorang anak menangis pada malam hari dan ibunya tidak marah tapi malah membujuknya dengan kasih sayang, maka ia akan mendapatkan pahala 1 tahun ibadah. Allah SWT akan memberikan pahala 1000 ibadah haji dan umrah dan 1000 malaikat akan memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat karena ia telah melahirkan anaknya dengan sabar dan ikhlash.
  • Wanita yang menyusui anaknya, maka setiap tetesan air susu tersebut akan mendapatkan 1 pahala dan apabila cukup 2 tahun menyusui, maka malaikat-malaikat di langit akan mengabarkan berita bahwa surga wajib baginya.
  • Wanita yang menjaga anaknya yang sakit di waktu malam hari pahalanya seperti membebaskan 20 orang hamba sahaya dan akan mendapat 12 tahun pahala ibadah bila dia menghibur anaknya.
  • Wanita yang mencuci pakaian suami dan anak-anaknya akan mendapat 1000 kebaikan dan akan diampuni kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari matahari meminta ampun baginya serta Allah SWT mengangkat 1000 derjat baginya.
  • Wanita yang paling besar berkahnya bagi suaminya ialah wanita yang ringan nafkahnya. (H.R Ahmad)
  • Bila seorang wanita hamil, shalatnya 2 rakaat adalah lebih baik daripada 80 rakaat shalatnya wanita yang tidak hamil. Bila seorang wanita hamil sampai melahirkan, maka Allah SWT akan memberikan padanya pahala bagaikan ia selalu berpuasa pada siang hari dan shalat sepanjang malam selama masa ia hamil itu.
  • Bila seorang wanita hamil ia akan mendapatkan pahala 70 tahun shalat nafil 70 tahun puasa
  • Bila seorang wanita ketika hendak melahirkan, untuk setiap 1 sakit yang dideritanya akan mendapatkan pahala para mujahid.
  •  Bila seorang wanita maninggal diantara 40 hari setelah melahirkan ia akan mendapat pahala mati syahid.
  • Bila seorang suami pulang ke rumahnya kemudian bersalaman dengan istri yang menyambutnya, maka dosa-dosa mereka berdua akan berguguran sebelum kedua tangan itu berpisah.”


Lantas setelah saya tahu begitu banyak ladang ibadah tersebut, apakah saya masih nanti-nanti untuk menikah? Jawabnya tentu saja tidak. Satu hal yang pasti, luruskan niat dan yakin akan diberikan pasangan yang baik agama, ilmu dan sikapnya. Dan semoga saya siap dan disegerakan sama Allah SWT tahun ini. :D
Aamiin Ya Rabbal ‘alamin

Friday, January 2, 2015

Yuk, Ber-Resolusi

Seperti janji saya pada postingan sebelumnya untuk menceritakan bagaimanakah cara menyusun resolusi? Karena pergantian tahun baru saja kita lewati, postingan ini rasanya pas ajah, yaa sekaligus bagi saya untuk menyusun resolusi di tahun 2015. Nah, sebenarnya cara menyusun resolusi ini hanya berdasarkan pengalaman saya saja, dan mungkin agak berbeda dengan teman-teman lainnya.

Well, dalam menyusun resolusi baru, hal pertama yang saya lakukan ada MERENUNG. Iya saya suka memulainya dengan merenung hari-hari yang saya lalui, untuk kemudian saya evaluasi. Nah, biasanya akan banyak banget tuh hal-hal apa saja yang berhasil hingga yang belum berhasil saya capai. Bahkan jika target tersebut belum bisa saya raih, terkadang saya suka terceletuk kalimat “seharusnya tuh gw gini, gw gak usah kesana, gw gak usah beli ini, gw jangan tanggepin tuh cowo, dll” yang hanya berujung penyesalan dan lebay banget deh niy hidup saya. :D

Nah, karena saking banyaknya hal dalam hidup ini, dalam menyusun resolusi pun saya suka mengelompokkan hal/target selanjutnya berdasarkan beberapa kelompok seperti karir & pekerjaan, keluarga, ibadah/spiritual, hubungan sosial, sampai kepribadian. Kemudian saya tuliskan deh semua target tersebut secara rinci dengan beberapa pertanyaan yang seringkali saya tanyakan pada diri saya seperti:
  1.   Apa sesungguhnya yang menjadi kelemahan saya?
  2.   Pilih satu kata untuk menggambarkan tahun 2014 saya?
  3. Pilih satu kata untuk menggambarkan tahun 2015?
  4. Apa yang ingin saya temukan di tahun 2015 ini?
  5. Apa yang ingin saya hindari di tahun 2015 ini?
  6. Apa yang menjadi penyesalan terbesar saya di tahun 2014?
  7. Jika bisa kembali ke tahun 2014, apa yang ingin saya ubah?
  8. Siapa yang paling ingin saya bahagiakan di tahun 2015?
  9. Seberapa ingin saya bahagia di tahun 2015? (berapa skalanya dari skala 1-10)
  10. Seberapa puas saya dengan hasil pekerjaan/ hasil belajar saya di tahun 2014? (berapa skalanya dari skala 1-10)
  11. Seberapa ingin saya bisa mengendalikan emosi di tahun-tahun mendatang? (berapa skalanya dari skala 1-10)
  12. Seberapa puas saya akan hubungan saya dengan Allah Swt? (berapa skalanya dari skala 1-10)

Alangkah baiknya semua resolusi tersebut ditulis dengan rapi di sebuah kertas/ buku untuk disimpan. Biasanya ini untuk memudahkan mereview target hidup dan menjadi sebuah motivasi jika saja kita merasa sangat “down” dalam menjalani aktivitas. Dan, jangan lupa berdoa dengan hati yang tulus, semoga resolusi yang kita susun dipeluk sama Allah SWT. Aamiin.

Dan dalam menyusun resolusi ini, ada satu quote yang menjadi favorite saya yaitu 


The best way to predict the future is to create it –Abraham Lincoln-