Friday, July 30, 2010

Pengamen di Ruang Perkotaan


Tulisan yang saya buat ini merupakan tulisan tentang kehidupan pengamen di ruang perkotaan yang terinspirasi karena hal sederhana yang saya lakukan ketika berpergian menggunakan angkutan umum. Saat itu saya melihat dan mendengarkan beberapa lagu yang mereka nyanyikan dan langsung terfikir oleh saya untuk menulis cerita sederhana tentang pengamen perkotaan mulai dari alasan mereka menjadi pengamen perkotaan, duka cita menjadi pengamen, ruang perkotaan yang sering dijadikan tempat untuk dapat mendatangkan rezeki bagi pengamen hingga adakah yang dapat saya lakukan sebagai seorang calon perencana kota untuk dapat memberikan decision terhadap dinamika yang terjadi terhadap pengamen perkotaan. Karena selama ini saya melihat bahwa pengamen perkotaan di pandang sebagai masalah sosial perkotaan.

Telah sering kita jumpai keberadaan pengamen perkotaan bila kita berada di suatu tempat entah di saat kita menggunakan angkutan umum, jalanan, pasar, tempat makan hingga di lingkungan perumahan. Para pengamen ini sangat banyak jumlahnya bahkan bisa dipastikan jumlah mereka selalu bertambah setiap tahunnya. Meskipun belum dapat saya tunjukan angka yang pasti terkait jumlah pengamen ini, namun keberadaan mereka yang banyak dapat kita lihat jika kita sedang berpergian menggunakan bis kota ataupun kereta kelas ekonomi, tidak jarang kita menemukan lebih dari tiga pengamen yang mengamen dengan waktu kedatangan mereka yang tidak lama. Dengan berbagai jenis lagu yang mereka nyanyikan, dan alat musik yang mereka gunakan (ada gitar, kecrekan, gendang, biola, hingga harpa) serta cara mereka menyanyikan lagu yang berbeda-beda membuat semakin beragamnya pengamen perkotaan. Mungkin bila hanya satu atau dua pengamen dalam satu kali perjalanan atau dalam sehari tidak akan membuat kita merasa terganggu apalagi jika pengamen ini benar-benar menjual keahlian dalam vocal dan permainan musik mereka. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah banyak pengamen yang asal-asalan dalam bernyanyi dan memaksa meminta bayaran dari penumpang atau masyarakat dengan cara yang tidak sopan. Yah, walaupun sebenarnya mereka membutuhkan uang untuk dapat menyambung hidup mereka. Tetapi, dengan cara seperti ini yang membuat masyarakat terganggu dalam menggunakan ruang kota dan angkutan umum.

Mungkin hampir sebagian besar motivasi pengamen perkotaan menjadi pengamen adalah karena alasan ekonomi yang mereka alami, mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan di kota besar sehingga perlu mencari solusi untuk mengatasinya. Namun, perlu kita cermati juga bahwa sekarang ini banyak yang sengaja menjadi pengamen karena keuntungan besar yang cepat diperoleh. Misalnya saja sekelompok mahasiswa atau organisasi yang mengamen untuk mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan yang akan mereka lakukan akibat kekurangan dana. Ironisnya dari hal ini adalah di saat pengamen yang sebenarnya mengamen untuk mencari uang agar dapat bertahan hidup, kita justru sebagai orang yang berpendidikan malah merebut lapangan kerja mereka. Pantaskah hal ini? Kemudian, alasan lain dari menjadi pengamen adalah karena mereka benar-benar malas dalam melakukakan pekerjaan. Hal ini nampak dari adanya oknum yang memanfaatkan anak-anak usia sekolah untuk mencari uang dengan mengamen yang dimana upahnya wajib mereka setorkan kepada bosnya sedangkan mereka hanya mendapatkan sekian rupiah dari hasil jerih payahnya. Saat ini, menjadi pengamen dipandang sebagai cara yang cepat untuk mendatangkan uang tanpa membutuhkan modal yang besar. Sebuah gitar dan beberapa buah lagu yang dihapal sudah cukup untuk bisa menjadi pengamen. Bahkan bila tidak ada gitar sebuah kecrekan yang dibuat dari kayu dan beberapa tutup botol pun bisa menjadi modal untuk mengamen. Dari beberapa jenis pengamen ini, sedikit saya bisa ceritakan tentang perilaku pengamen yang ada di ruang perkotaan (Kota Jakarta dan sekitarnya) :
1.    Pengamen di tempat makan yang ada di kaki lima
Bila dicermati kebanyakan pengamen yang ada di lokasi ini adalah pengamen yang cukup bermodal karena kebanyakan dari mereka menggunakan gitar dalam melakukan pekerjaannya dan biasanya pun mereka menyanyikan lagu-lagu yang sedang hits di jajaran tangga lagu. Pengamen di lokasi ini pun memiliki penampilan yang tidak asal-asalan biasanya mereka menyanyikan lagu yang tidak setengah-setengah bahkan tidak jarang mereka bernyanyi karena kemampuan vocal yang cukup baik. Pengamen di lokasi ini pun juga dari terdiri dari berbagai usia dan gender. Pernah saya menemukan pengamen di daerah PKL Kebayoran, pengamen yang ada di sana sangat variatif, mulai dari jenis kelamin laki-laki, perempuan, hingga antara laki-laki dan perempuan (bencong) pun ada disini, dari usia anak-anak hingga usia tua pun juga ada pada lokasi atau ruang perkotaan ini. Ruang perkotaan yang terdapat pedagang kaki lima ini pun menjadikan tempat yang cukup banyak mendatangkan rezeki bagi para pengamen karena pada lokasi seperti ini, banyak masyarakat kota yang mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap keberadaan PKL ini sebut saja karena murahnya barang atau jasa yang ditawarkan pedagang kaki lima kepada konsumen dalam hal ini murahnya makanan yang mereka jual. Karena hal inilah yang kemudian membuat pengamen merasa bahwa lokasi ini cukup menjanjikan untuk mengais rezeki.
2.    Pengamen di angkutan kota
Pengamen jenis ini merupakan pengamen yang saya sukai, kenapa? karena biasanya pengamen ini mampu membawa saya menikmati lagu yang dinyanyikan yang rata-rata lagunya bertema kesedihan atau nelangsang. Dengan lagu yang dibawakan ini, biasanya mampu membawa saya merenung sejenak tentang apa yang terjadi di kehidupan saya dan sekitarnya. Pengamen jenis ini biasanya menggunakan alat musik gitar dan kecrekan sebagai alat bantu untuk bernyanyi. Tidak jarang dari pengamen jenis ini pun memiliki suara yang bagus (biasanya pada pengamen bis kota jurusan antar kota). Namun, tidak jarang pula yang suaranya sangat pas-pasan. Pengamen jenis ini pun terdiri dari berbagai usia namun biasanya di dominasi oleh usia remaja. Hal ini dikarenakan usaha yang cukup besar yang harus mereka keluarkan untuk turun naik angkutan kota sebagai tempat mencari uang. Pengamen jenis ini menurut saya sedikit lebih berusaha dibanding pengamen yang ada pada umumnya, karena perjuangan yang dilakukan untuk dapat berada dalam angkutan umum (bis kota) yang satu ke bis umum lainnya cukup sulit. Belum lagi jika telah ada pengamen yang mengamen sebelumnya yang memasuki bis kota tersebut, biasanya mereka terpaksa di suruh turun karena mendapat protes dari penumpangnya. Namun, tidak jarang pengamen jenis ini pun juga ada yang berperilaku tidak diharapkan, yaitu perilaku mencopet ketika sedang meminta uang kepada para penumpang. Satu hal yang membuat saya miris ketika menjumpai pengamen di angkutan umum ini adalah ketika pengamen tersebut berusia kurang dari 10 tahun. Miris rasanya melihat perjuangan yang mereka lakukan padahal seharusnya mereka berada di bangku sekolah.
3.    Pengamen di lingkungan perumahan
Pengamen di lingkungan perumahan ini umumnya tidak disukai karena sering menggangu ketenangan para penghuni rumah. Pengamen jenis ini umumnya berusia remaja dan biasanya bergerombolan. Pengamen jenis ini mempunyai satu kebiasaan yaitu ketika mereka mendapat uang dari salah satu rumah, mereka cenderung untuk mendatanginya lagi di kemudian hari. Bahkan sang pemilik rumah biasanya hapal dengan pengamen tersebut.
4.    Pengamen di lampu lalu lintas
Pengamen jenis ini sungguh sangat mengganggu pengguna jalan bahkan tidak enak untuk dipandang. Belum lagi terkadang mereka bercampur dengan pengemis jalanan. Pengamen jenis ini jarang sekali berperilaku baik dan menjalani profesinya dengan benar. Banyak dari mereka yang hanya satu hingga lima kali genjrengan gitar atau kecrekan langsung meminta uang dari pengguna mobil bahkan tidak jarang yang menggunakan cara mengancam dengan membuat lecet kendaraan bila tidak diberikan uang. 

Menurut pengamatan saya pengamen perkotaan saat ini memang kurang dihargai oleh masyarakat mungkin karena disebabkan tingkah laku mereka juga, akan tetapi kita sebagai orang yang mengenyam pendidikan setidaknya dapat menyikapi pengamen dengan jauh lebih baik, karena tidak mudah bagi pengamen perkotaan untuk dapat menjalani profesi ini. Tantangan dan hambatan sering mereka hadapi setiap harinya, Pernah saya melihat pengamen di angkutan umum perkotaan bagaimana mereka harus mengejar sebuah kendaraan untuk dapat bernyanyi di dalam bis, berlari dengan ketangkasan dan kegesitan yang mungkin telah terlatih sehingga mereka dapat sampai kedalam bis, dan ketika mereka akan siap menyanyikan terdengar celetukan dari seorang penumpang yang berkata “mas, baru saja turun tuh pengamen masa mau ada yang mengamen lagi”. Dan langsung sekita terlihat raut wajah pengamen tersebut yang sedikit kecewa dan terpaksa akhirnya pengamen tersebut turun lagi dan tidak mengucap kata apapun. Dari sini dapat dilihat bahwa mereka sangat tangguh dalam menjalani profesi ini. Coba bayangkan bagaimana bila anda di posisi mereka? Sanggupkah anda menahan hinaan dan rasa letih mereka? apalagi jika uang yang diperoleh sangat sedikit sedangkan anggota keluarga anda sangat menggantung dari profesi mengamen anda?

Tidak salah memang jika mereka memilih menjadi pengamen untuk mencari rezeki agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dibanding mereka memilih menjadi pengemis dan pencuri. Karena disini mereka menjual keahlian mereka dengan bermain musik yang mungkin dapat menghibur. Akan tetapi ironisnya, mereka yang mencari rezeki dari mengamen ini banyak yang usianya di bawah usia produktif atau dapat dikatakan pengamen yang usianya merupakan usia sekolah. Banyak ditemukan di jalanan, dan ruang-ruang perkotaan pengamen usia sekolah yang dimana mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan uang padahal di usianya mereka seharusnya berada di sekolah untuk menuntut ilmu. Hal ini lambat laun dapat mematikan perkembangan sumber daya manusia bangsa kita. Meskipun sebenarnya tidak dapat disalahkan begitu saja alasan mereka menjadi pengamen.

Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi keberadaan pengamen perkotaan ini? Satu hal yang dapat dilakukan adalah berilah sedikit uang yang anda miliki kepada pengamen yang benar-benar menjalani profesinya dengan baik atau ketika anda menyukai lagu yang mereka nyanyikan selebihnya janganlah terbiasa memberi uang kepada pengamen yang asal-asalan. Dan bersikaplah sopan jika anda tidak ingin memberikan uang kepada pengamen karena biasanya mereka masih bisa menghargai apa yang anda lakukan jika tidak memberi uang.

Adapun bagi pemangku kepentingan (baca:pemerintah) cobalah untuk bisa memberdayakan para pengamen jalanan dengan menyelenggarakan kegiatan festival musik anak jalanan untuk mencari bakat yang kemudian di fasilitasi untuk dapat mengamen di tempat yang lebih bergengsi seperti cafe ataupun ruang public lainnya yang memang dikhususkan dan memang benar-benar diberikan izin untuk para pengamen mengekspresikan bakatnya dalam musik  seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju seperti negara singapura.

Mereka juga adalah masyarakat perkotaan yang juga perlu membutuhkan fasilitas dan membutuhkan perlindungan sesama. ^-^



Friday, July 23, 2010

Review Artikel Redressing Equity Issues in Natural Resource-Rich Regions: A Theoretical Framework for Sustaining Development in East Kalimantan, Indo


Wilayah Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah 20.865.774 Ha meliputi wilayah daratan seluas 19.844.117 Ha dan wilayah luatan sejauh 12 mil laut dari garis pantai terluar kearah laut seluas 1.021.657 Ha. Wilayah Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari 10 Kabupaten yaitu Kabupaten Nunukan, Malinau, Kutai Barat, Bulungan, Berau, Kutai Timur, Kutai Kertanegara, Penajam Paser Utara, Pasir, Tana Tidung dan empat Kota yaitu Balikpapan, Samarinda, Bontang serta Tarakan. Provinsi Kalimantan Timur memiliki banyak kekayaan sumber daya alam khususnya barang tambang seperti minyak, gas, dan batubara serta adanya hutan yang luas di provinsi ini juga merupakan nilai tambah bagi Provinsi Kalimantan Timur.

Provinsi Kalimantan Timur dengan wilayahnya yang kaya sumber daya alam telah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cepat karena mampu mendorong para pelaku pembangunan untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di wilayah tersebut. Ketersediaan sumber daya alam merupakan asset modal dalam pembangunan yang dilakukan di Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan pemanfaatan sumber daya lain seperti sumber daya manusia masih sangat terbatas dimanfaatkan di wilayah tersebut karena kualitas masyarakat yang masih tergolong rendah sehingga masih sulit dalam menghadapi perkembangan yang terjadi terutama dalam penguasaan teknologi.
Meskipun Provinsi Kalimantan Timur sebagai wilayah yang kaya sumber daya alam, kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur masih dikatakan banyak yang kurang sejahtera, masyarakat Kalimantan Timur masih belum menikmati manfaat pembangunan ekonomi yang dilakukan. Masalah distribusi yang tidak merata dalam pembangunan masih sering dihadapi oleh masyarakat sehingga mengakibatkan ketimpangan ekonomi dan kemiskinan yang menjadi ancaman dalam keberlanjutan masyarakat di daerah Kalimantan Timur. Ketidakadilan dari proses pembangunan yang dilakukan pun juga harus diterima oleh masyarakat daerah Kalimantan Timur terutama kekayaan alam yang mulai menyusut jumlahnya dan kerusakan lingkungan yang seharusnya tidak mereka terima karena sebenarnya bukan mereka yang menyebabkannya. Kondisi seperti ini yang kemudian mengakibatkan ketidakberlanjutan pembangunan karena eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Oleh sebab itu, kebijakan publik di Provinsi Kalimantan Timur seharusnya mampu mengatasi permasalahan yang ada untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan publik memiliki peran penting dalam pembangunan daerah dan dapat membantu dalam mempromosikan intra- and inter-generational equity dan keberlanjutan
Kebijakan publik Provinsi Kalimantan Timur dapat dijelaskan pada sebuah model keadilan pembangunan yang dimana menjelaskan keadilan aliran modal sumberdaya alam dan pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan. Model ini memiliki tiga komponen yaitu input, proses, dan output. Input terdiri dari tiga macam capital yaitu natural capital (Kn), physical or human-made capital (Kp) dan human capital (Kh) yang ketiga komponen tersebut bekerjasama untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan. Proses terdiri tidak hanya fungsi produksi dan non produksi tetapi juga distribusi manfaat dan kebutuhan dalam menginvestasikan kembali untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan output dari model keadilan pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan model keadilan pembangunan, terdapat empat fungsi keadilan yaitu:
a. Keadilan dalam distribusi manfaat bagi masyarakat (socio-economic equity)
b. Keadilan dalam fungsi Produksi (socio-economic and environment equity)
c. Keadilan dalam fungsi non produksi (environment equity)
d. Reinvestment for sustainable development.
Keempat fungsi tersebut kemudian dijabarkan dalam parameter kunci yang meliputi : income and employment, access to facilities and services, access to natural resources, fairness in competition, natural resources exploitation, negative externalities, non-production function, compensation to worse-off people, dan sustainable reinvestment. Berdasarkan parameter kunci penilaian yang diberikan terhadap Provinsi Kalimantan Timur berkisar pada skala dibawah 5 (dari range 0-10) yang artinya bahwa Provinsi Kaltim masih jauh dari kondisi pembangunan yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan kebijakan berdasarkan strategi yang ditetapkan. Dari beberapa strategi yang dijabarkan untuk dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Timur terdapat 18 kebijakan yang perlu diperbaiki yaitu : Employment expansion policy, Income tax policy, Minimum wage policy, Sosial security policy, Education service policy, Health service policy, Infrastructure policy, Housing policy (for low and middle income), Credit Policy, Business entry policy, Land reform policy, No rent seeking policy, Anti Trust Policy, Maximum sustainable yield policy, Environmental threshold policy, Sustainability reinvestment policy, Substitutability development incentives, dan Polluters-pay policy.
Berdasarkan fungsi keadilan yang telah disebutkan sebelumnya, fungsi non-produksi merupakan fungsi yang terkait pemanfaatan sumberdaya alam yang sama pentingnya dengan fungsi produksi untuk dapat menjamin inter-generational equity. Pada fungsi ini sumberdaya alam tidak dapat digantikan oleh physical capital. Kegagalan dalam menerapkan fungsi keadilan ini akan dapat menciptakan ketidakberlanjutan. Sehingga pada fungsi ini kekayaan alam yang tersedia seharusnya dapat dijaga konstan jumlahnya atau setidaknya assimilasi dan pemanfaatan sumberdaya alam tidak membawa kerusakan pada kapasitas lingkungan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Pearce dan Turner dalam grafik Hypothetical Analysis on Sustainable and Unsustainable Situation. Pearce dan Turner menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan terhadap lingkungan dapat dilakukan secara bersamaan dengan memperhatikan threshold dan limit agar pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
-->
-->

Pada gambar Hypotical Analysis on Sustainanble and Unsustainable Situation, kerusakan lingkungan dapat ditunjukan secara sederhana dengan melihat level pollution or waste. Semakin tinggi aktivitas ekonomi yang dilakukan maka semakin tinggi polusi yang terjadi. Pada gambar tersebut ada dua sisi yang digambarkan yaitu polluter dan eksternalitas. The polluter side misalnya adalah pelaku aktivitas ekonomi sedangkan eksternalitas adalah yang menerima dampak dari aktivitas ekonomi. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan ekonomi dapat dilakukan sampai pada batas Q dengan keuntungan maksimum yang diperoleh tanpa adanya ekternalitas. Akan tetapi, jika ada ekternalitas maka kegiatan ekonomi hanya dapat dilakukan sampai OQ1 dengan keuntungan yang masih dapat diperoleh tetapi jika melewati ambang batas atau berada diantara garis threshold dan limit maka aktivitas ekonomi yang dilakukan sudah tidak efisien lagi karena lingkungan telah banyak terganggu fungsinya. Oleh karena itu agar dapat berkelanjutan maka kegiatan ekonomi sebaiknya sampai pada OQL. Pembangunan berkelanjutan dapat terjamin apabila tersedia sumberdaya yang mencukupi, bahkan sumberdaya itu harus dikembangkan, artinya harus mencapai kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan. Kondisi ideal akan tercapai pada saat kualitas hidup yang terus meningkat, tanpa harus meningkatkan penggunaan sumberdaya alam mengingat sumberdaya ini – terutama yang tidak dapat diperbaharui – memiliki keterbatasan. Untuk itu sumberdaya lain yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya buatan harus menjadi andalan pembangunan berkelanjutan, sedangkan sumberdaya alam harus dihemat dan dijaga kelestariannya.
Konsep pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia ini, menempatkan manusia pada titik sentral dalam pembangunan dan berdalih bahwa tujuan sebenarnya dari pembangunan seharusnya membawa manfaat bagi manusia yang dapat dipakai untuk memperluas pilihan-pilihan. Falsafah yang mendasari pembangunan manusia, mengacu pada tiga komponen yaitu pembangunan rakyat, (membangun manusianya) untuk rakyat, dan oleh rakyat. Dalam komponen pembangunan manusianya, mempunyai arti investasi yang berkaitan dengan usaha meningkatkan kemampuan manusianya seperti misalnya dalam bentuk pendidikan dan kemampuan ekonomi. Sehingga dengan peningkatkan kemampuan itu manusia dapat lebih produktif dan kreatif sehingga merupakan suatu input yang berharga dalam pembangunan. Komponen pembangunan untuk rakyat mengandung makna pemerataan bahwa pertumbuhan ekonomi serta hasil-hasil pembangunan lainnya, dimana mereka juga ikut mengambil bagian dapat terbagi adil dan merata. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pembangunan oleh rakyat adalah memberi kesempatan bagi rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Dari 18 kebijakan yang perlu diperbaiki di Provinsi Kalimantan Timur dalam artikel yang berjudul Redressing Equity Issues in Natural Resource-Rich Regions: A Theoretical Framework for Sustaining Development in East Kalimantan, Indonesia terdapat satu kebijakan yang belum di masukan dan seharusnya juga diperbaiki khususnya bagi daerah yang kaya sumberdaya alam seperti Provinsi Kalimantan Timur yaitu kebijakan dalam penataan ruang. Hal ini mengingat isu prioritas pembangunan nasional tahun 2010 terkait Tata Ruang, Pemanasan Global dan Mitigasi Perubahan iklim. Kebijakan penataan ruang Provinsi Kalimantan Timur perlu dilakukan perbaikan karena pada kenyataannya banyak kejadian terkait penataan ruang di Provinsi Kalimantan Timur yang menyalahi RTRWP terutama dalam penetapan fungsi kawasan. Banyak perusahan yang terdapat di Provinsi Kaltim mendirikan pabrik-pabrik di Kawasan Lindung. Hal ini tentu saja akan memperparah kondisi lingkungan yang berdampak pada ketidakberlanjutan pembangunan. Oleh karena itu, dalam pembangunan perlu menempatkan upaya pelestarian dan penyelamatan lingkungan hidup sebagai bagian dari pembangunan.

Sumber : Tugas Critical Review MKP Pembangunan Berkelanjutan, 2010

Karakter Teman Selama Kuliah di Plano

Teman, tulisan ini merupakan sebuah pengalaman yang aku rasakan selama kuliah di plano. Sebuah cerita sederhana yang mengandung banyak rasa entah rasa senang, jengkel, marah, lucu, bahkan ajaib.

Sebuah cerita tentang karakter mahasiswa plano dalam membuat kelompok tugas kuliah dan hal ini merupakan sebuah pandangan yang telah diamati cukup lama oleh ku yang tentunya tidak akan sama persis dengan pendangan kalian. Perlu diketahui sebelumnya bahwa selama menjalani tugas-tugas kuliah di plano ini, hampir 95% tugas diberikan dalam bentuk kelompok dan hanya 5% yang berbentuk individu. Sehingga tidak heran jika nilai akhir dari sebuah mata kuliah yang keluar di setiap akhir semester berasal dari tugas kelompok ini yang hampir memiliki prosentase 30-40% dari total skor penilaian. Mungkin ini, satu keunikan yang membuat tugas di plano berbeda dengan tugas jurusan lainnya khususnya dalam bidang ke-teknikan.

Yap, keunikan ini yang kemudian aku coba tuliskan disini tentang karakter mahasiswa dalam sebuah kelompok. Beberapa karakter yang coba saya tuliskan sebagai berikut :
  1. Mahasiswa yang lebih senang jika kelompok yang dibentuk adalah kelompok yang ditentukan oleh koordinator mata kuliah (kormat). Disini koordinator mata kuliah memiliki hak preogratif dalam menentukan anggota kelompok yang tentunya dengan beberapa aspek seperti ketersediaan komputer/laptop, printer, kendaraan, basecamp, dan tentunya ada 1-2 orang yang dianggap rajin. Tidak salah jika seorang kormat menentukan dengan melihat aspek ini toh ini untuk mempermudah pekerjaan kelompok. Bahkan akan sangat ideal bila kormat mampu membaginya dengan adil dan tanpa ada omongan belakang dari mahasiswa yang lain. Tapiii, karena adanya beberapa faktor eksternal yang entah apa itu (mungkin keakraban dengan teman sekelas) yang terkadang pembagian kelompok menjadi sangat aneh (dalam hal ini ada teman yang merasa tidak adil sehingga muncullah ke-protesan). Cukup banyak diantara teman-teman ku yang jika akan pembagian kelompok mereka menitipkan pesan kepada kormat untuk dapat dikelompokan dengan Si A atau Si B bahkan ada juga untuk tidak ingin di kelompokan dengan Si A atau Si B karena beberapa alasan tersendiri yang menurut saya merupakan KEEGOISAN individu. Biasanya orang yang ingin dikelompokkan dengan Si A atau Si B karena dia pinter, gampang untuk kerjasama sedangkan alasan orang yang tidak ingin dikelompokan dengan Si B karena dia males, kerjaannya tidur mulu lah, sok sibuk lah, cerewetlah, manjalah, kalau dikasih jobdesk ga dikerjainlah atau ngambekkan lah,dsb. Dan disinilah yang kemudian membuat si kormat bingung dan mendekati taraf frustasi karena akan pasti mendapat complain dari sana sini. (Hoho…kasian mereka… 
  2. Mahasiswa yang lebih senang jika kelompok yang dibentuk adalah kelompok yang ditentukan oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan. Namun, rasanya orang-orang ini mulai sedikit jumlahnya kerena memang kebanyakan kelompok yang terbentuk tidak proporsional. Sekalipun ada orang seperti ini biasanya mereka kalah suara dengan orang-orang yang memilih anggota kelompok dengan cara ditentukan sendiri. 
  3. Mahasiswa yang tidak peduli mau ditentukan koordinator mata kuliah ataupun dosen dengan sebutan lain merekalah golongan-golongan cuek atau tidak begitu peduli terhadap orang-orang yang di dapat dalam kelompoknya. Nah, orang-orang seperti ini yang menurut ku berfikir positif terhadap teman kelompoknya. Mereka menganggap siapa pun orangnya semua teman memiliki kapasitas yang sama dalam mengerjakan tugas.

Dan dari hasil pembentukan kelompok tersebut, kemudian di dalam kelompok ini akan terbentuk secara alamiah orang-orang yang hobinya sebagai berikut: 
  1. Orang yang hobinya membuat substansi laporan (biasanya para perempuan yang mendominasi niy);
  2. Orang yang hobinya membuat peta (biasanya para lelaki yang mendominasi);
  3. Orang yang hobinya menjemput teman kelompoknya biasanya para perempuan yang minta dijemput;
  4. Orang yang hobinya membeli makanan atau disebut seksi konsumsi;
  5. Orang yang hobinya menjadi mata-mata kelompok lain yang tentunya tujuannya untuk melihat pekerjaan yang telah dibuat;
  6. Orang yang hobinya memiliki mobilitas tinggi (rapat organisasi yang ga balik-balik ke kelompoknya lah, atau sibuk mengurusi usahanya lah,dsb). Kecendrungan orang yang memiliki hobi ini adalah tidak pernah datang untuk mengerjakan tugas secara bersama-sama;
  7. Orang yang memiliki bakat menjadi diktator (kerjaannya maksain teman-temannya buat tugas terus);
  8. Orang yang memiliki karakter problem solver;
  9. Orang yang hobinya suka hilang dan sulit dihubungi;
  10. Dan orang yang tidak diharapkan kehadirannya dalam kelompok.
Yap, dari keberagaman karakter orang yang ada tidak heran jika muncul konflik-konflik kecil dalam proses pembuatan tugas kelompok.

So guys, kalian termasuk yang mana niy? Apakah pernah terfikir oleh kalian pengaruh kedepannya? Dan apakah dengan karakter yang kalian memiliki akan membuat kalian bisa bekerja sama dengan orang lain dengan latar belakang yang berbeda bila kalian berada di dunia kerja? Dan pernahkah kalian mendengar pendapat teman-teman yang merasa dirugikan dari permintaan pesanan kalian ke kormat???

Nb : Tulisan ini bukan untuk menyinggung siapa pun. Hanya sebuah cerita yang dirasakan penulis.