Friday, July 30, 2010

Pengamen di Ruang Perkotaan


Tulisan yang saya buat ini merupakan tulisan tentang kehidupan pengamen di ruang perkotaan yang terinspirasi karena hal sederhana yang saya lakukan ketika berpergian menggunakan angkutan umum. Saat itu saya melihat dan mendengarkan beberapa lagu yang mereka nyanyikan dan langsung terfikir oleh saya untuk menulis cerita sederhana tentang pengamen perkotaan mulai dari alasan mereka menjadi pengamen perkotaan, duka cita menjadi pengamen, ruang perkotaan yang sering dijadikan tempat untuk dapat mendatangkan rezeki bagi pengamen hingga adakah yang dapat saya lakukan sebagai seorang calon perencana kota untuk dapat memberikan decision terhadap dinamika yang terjadi terhadap pengamen perkotaan. Karena selama ini saya melihat bahwa pengamen perkotaan di pandang sebagai masalah sosial perkotaan.

Telah sering kita jumpai keberadaan pengamen perkotaan bila kita berada di suatu tempat entah di saat kita menggunakan angkutan umum, jalanan, pasar, tempat makan hingga di lingkungan perumahan. Para pengamen ini sangat banyak jumlahnya bahkan bisa dipastikan jumlah mereka selalu bertambah setiap tahunnya. Meskipun belum dapat saya tunjukan angka yang pasti terkait jumlah pengamen ini, namun keberadaan mereka yang banyak dapat kita lihat jika kita sedang berpergian menggunakan bis kota ataupun kereta kelas ekonomi, tidak jarang kita menemukan lebih dari tiga pengamen yang mengamen dengan waktu kedatangan mereka yang tidak lama. Dengan berbagai jenis lagu yang mereka nyanyikan, dan alat musik yang mereka gunakan (ada gitar, kecrekan, gendang, biola, hingga harpa) serta cara mereka menyanyikan lagu yang berbeda-beda membuat semakin beragamnya pengamen perkotaan. Mungkin bila hanya satu atau dua pengamen dalam satu kali perjalanan atau dalam sehari tidak akan membuat kita merasa terganggu apalagi jika pengamen ini benar-benar menjual keahlian dalam vocal dan permainan musik mereka. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah banyak pengamen yang asal-asalan dalam bernyanyi dan memaksa meminta bayaran dari penumpang atau masyarakat dengan cara yang tidak sopan. Yah, walaupun sebenarnya mereka membutuhkan uang untuk dapat menyambung hidup mereka. Tetapi, dengan cara seperti ini yang membuat masyarakat terganggu dalam menggunakan ruang kota dan angkutan umum.

Mungkin hampir sebagian besar motivasi pengamen perkotaan menjadi pengamen adalah karena alasan ekonomi yang mereka alami, mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan di kota besar sehingga perlu mencari solusi untuk mengatasinya. Namun, perlu kita cermati juga bahwa sekarang ini banyak yang sengaja menjadi pengamen karena keuntungan besar yang cepat diperoleh. Misalnya saja sekelompok mahasiswa atau organisasi yang mengamen untuk mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan yang akan mereka lakukan akibat kekurangan dana. Ironisnya dari hal ini adalah di saat pengamen yang sebenarnya mengamen untuk mencari uang agar dapat bertahan hidup, kita justru sebagai orang yang berpendidikan malah merebut lapangan kerja mereka. Pantaskah hal ini? Kemudian, alasan lain dari menjadi pengamen adalah karena mereka benar-benar malas dalam melakukakan pekerjaan. Hal ini nampak dari adanya oknum yang memanfaatkan anak-anak usia sekolah untuk mencari uang dengan mengamen yang dimana upahnya wajib mereka setorkan kepada bosnya sedangkan mereka hanya mendapatkan sekian rupiah dari hasil jerih payahnya. Saat ini, menjadi pengamen dipandang sebagai cara yang cepat untuk mendatangkan uang tanpa membutuhkan modal yang besar. Sebuah gitar dan beberapa buah lagu yang dihapal sudah cukup untuk bisa menjadi pengamen. Bahkan bila tidak ada gitar sebuah kecrekan yang dibuat dari kayu dan beberapa tutup botol pun bisa menjadi modal untuk mengamen. Dari beberapa jenis pengamen ini, sedikit saya bisa ceritakan tentang perilaku pengamen yang ada di ruang perkotaan (Kota Jakarta dan sekitarnya) :
1.    Pengamen di tempat makan yang ada di kaki lima
Bila dicermati kebanyakan pengamen yang ada di lokasi ini adalah pengamen yang cukup bermodal karena kebanyakan dari mereka menggunakan gitar dalam melakukan pekerjaannya dan biasanya pun mereka menyanyikan lagu-lagu yang sedang hits di jajaran tangga lagu. Pengamen di lokasi ini pun memiliki penampilan yang tidak asal-asalan biasanya mereka menyanyikan lagu yang tidak setengah-setengah bahkan tidak jarang mereka bernyanyi karena kemampuan vocal yang cukup baik. Pengamen di lokasi ini pun juga dari terdiri dari berbagai usia dan gender. Pernah saya menemukan pengamen di daerah PKL Kebayoran, pengamen yang ada di sana sangat variatif, mulai dari jenis kelamin laki-laki, perempuan, hingga antara laki-laki dan perempuan (bencong) pun ada disini, dari usia anak-anak hingga usia tua pun juga ada pada lokasi atau ruang perkotaan ini. Ruang perkotaan yang terdapat pedagang kaki lima ini pun menjadikan tempat yang cukup banyak mendatangkan rezeki bagi para pengamen karena pada lokasi seperti ini, banyak masyarakat kota yang mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap keberadaan PKL ini sebut saja karena murahnya barang atau jasa yang ditawarkan pedagang kaki lima kepada konsumen dalam hal ini murahnya makanan yang mereka jual. Karena hal inilah yang kemudian membuat pengamen merasa bahwa lokasi ini cukup menjanjikan untuk mengais rezeki.
2.    Pengamen di angkutan kota
Pengamen jenis ini merupakan pengamen yang saya sukai, kenapa? karena biasanya pengamen ini mampu membawa saya menikmati lagu yang dinyanyikan yang rata-rata lagunya bertema kesedihan atau nelangsang. Dengan lagu yang dibawakan ini, biasanya mampu membawa saya merenung sejenak tentang apa yang terjadi di kehidupan saya dan sekitarnya. Pengamen jenis ini biasanya menggunakan alat musik gitar dan kecrekan sebagai alat bantu untuk bernyanyi. Tidak jarang dari pengamen jenis ini pun memiliki suara yang bagus (biasanya pada pengamen bis kota jurusan antar kota). Namun, tidak jarang pula yang suaranya sangat pas-pasan. Pengamen jenis ini pun terdiri dari berbagai usia namun biasanya di dominasi oleh usia remaja. Hal ini dikarenakan usaha yang cukup besar yang harus mereka keluarkan untuk turun naik angkutan kota sebagai tempat mencari uang. Pengamen jenis ini menurut saya sedikit lebih berusaha dibanding pengamen yang ada pada umumnya, karena perjuangan yang dilakukan untuk dapat berada dalam angkutan umum (bis kota) yang satu ke bis umum lainnya cukup sulit. Belum lagi jika telah ada pengamen yang mengamen sebelumnya yang memasuki bis kota tersebut, biasanya mereka terpaksa di suruh turun karena mendapat protes dari penumpangnya. Namun, tidak jarang pengamen jenis ini pun juga ada yang berperilaku tidak diharapkan, yaitu perilaku mencopet ketika sedang meminta uang kepada para penumpang. Satu hal yang membuat saya miris ketika menjumpai pengamen di angkutan umum ini adalah ketika pengamen tersebut berusia kurang dari 10 tahun. Miris rasanya melihat perjuangan yang mereka lakukan padahal seharusnya mereka berada di bangku sekolah.
3.    Pengamen di lingkungan perumahan
Pengamen di lingkungan perumahan ini umumnya tidak disukai karena sering menggangu ketenangan para penghuni rumah. Pengamen jenis ini umumnya berusia remaja dan biasanya bergerombolan. Pengamen jenis ini mempunyai satu kebiasaan yaitu ketika mereka mendapat uang dari salah satu rumah, mereka cenderung untuk mendatanginya lagi di kemudian hari. Bahkan sang pemilik rumah biasanya hapal dengan pengamen tersebut.
4.    Pengamen di lampu lalu lintas
Pengamen jenis ini sungguh sangat mengganggu pengguna jalan bahkan tidak enak untuk dipandang. Belum lagi terkadang mereka bercampur dengan pengemis jalanan. Pengamen jenis ini jarang sekali berperilaku baik dan menjalani profesinya dengan benar. Banyak dari mereka yang hanya satu hingga lima kali genjrengan gitar atau kecrekan langsung meminta uang dari pengguna mobil bahkan tidak jarang yang menggunakan cara mengancam dengan membuat lecet kendaraan bila tidak diberikan uang. 

Menurut pengamatan saya pengamen perkotaan saat ini memang kurang dihargai oleh masyarakat mungkin karena disebabkan tingkah laku mereka juga, akan tetapi kita sebagai orang yang mengenyam pendidikan setidaknya dapat menyikapi pengamen dengan jauh lebih baik, karena tidak mudah bagi pengamen perkotaan untuk dapat menjalani profesi ini. Tantangan dan hambatan sering mereka hadapi setiap harinya, Pernah saya melihat pengamen di angkutan umum perkotaan bagaimana mereka harus mengejar sebuah kendaraan untuk dapat bernyanyi di dalam bis, berlari dengan ketangkasan dan kegesitan yang mungkin telah terlatih sehingga mereka dapat sampai kedalam bis, dan ketika mereka akan siap menyanyikan terdengar celetukan dari seorang penumpang yang berkata “mas, baru saja turun tuh pengamen masa mau ada yang mengamen lagi”. Dan langsung sekita terlihat raut wajah pengamen tersebut yang sedikit kecewa dan terpaksa akhirnya pengamen tersebut turun lagi dan tidak mengucap kata apapun. Dari sini dapat dilihat bahwa mereka sangat tangguh dalam menjalani profesi ini. Coba bayangkan bagaimana bila anda di posisi mereka? Sanggupkah anda menahan hinaan dan rasa letih mereka? apalagi jika uang yang diperoleh sangat sedikit sedangkan anggota keluarga anda sangat menggantung dari profesi mengamen anda?

Tidak salah memang jika mereka memilih menjadi pengamen untuk mencari rezeki agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dibanding mereka memilih menjadi pengemis dan pencuri. Karena disini mereka menjual keahlian mereka dengan bermain musik yang mungkin dapat menghibur. Akan tetapi ironisnya, mereka yang mencari rezeki dari mengamen ini banyak yang usianya di bawah usia produktif atau dapat dikatakan pengamen yang usianya merupakan usia sekolah. Banyak ditemukan di jalanan, dan ruang-ruang perkotaan pengamen usia sekolah yang dimana mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan uang padahal di usianya mereka seharusnya berada di sekolah untuk menuntut ilmu. Hal ini lambat laun dapat mematikan perkembangan sumber daya manusia bangsa kita. Meskipun sebenarnya tidak dapat disalahkan begitu saja alasan mereka menjadi pengamen.

Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi keberadaan pengamen perkotaan ini? Satu hal yang dapat dilakukan adalah berilah sedikit uang yang anda miliki kepada pengamen yang benar-benar menjalani profesinya dengan baik atau ketika anda menyukai lagu yang mereka nyanyikan selebihnya janganlah terbiasa memberi uang kepada pengamen yang asal-asalan. Dan bersikaplah sopan jika anda tidak ingin memberikan uang kepada pengamen karena biasanya mereka masih bisa menghargai apa yang anda lakukan jika tidak memberi uang.

Adapun bagi pemangku kepentingan (baca:pemerintah) cobalah untuk bisa memberdayakan para pengamen jalanan dengan menyelenggarakan kegiatan festival musik anak jalanan untuk mencari bakat yang kemudian di fasilitasi untuk dapat mengamen di tempat yang lebih bergengsi seperti cafe ataupun ruang public lainnya yang memang dikhususkan dan memang benar-benar diberikan izin untuk para pengamen mengekspresikan bakatnya dalam musik  seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju seperti negara singapura.

Mereka juga adalah masyarakat perkotaan yang juga perlu membutuhkan fasilitas dan membutuhkan perlindungan sesama. ^-^



No comments: