Tuesday, December 25, 2012

Ya 'Ahowu, Nias Selatan

Finally, saya menyentuh pulau kecil yang masuk dalam salah satu kategori daerah tertinggal di Indonesia. Yap, Kabupaten Nias Selatan (Provinsi Sumatera Utara). Perjalanan ke Nias Selatan (Nisel) ini sangat jauh juga yaa (padahal kalau lihat di peta kok ya deket sama Pulau Jawa..hehe). Perjalanannya ditempuh 2x pesawat dan disambung dengan perjalanan darat via mobil. Perjalanan udara yang pertama adalah Jakarta-Medan yang ditempuh 2 jam perjalanan (via: Citilink Indonesia), kemudian terbang lagi dari medan menuju Gunungsitoli (Kab. Nias) yang ditempuh 45 menit. Nah yang paling berkesan di penerbangan kali ini adalah penerbangan yang kedua..kenapa? karena kali pertama bagi saya terbang menggunakan pesawat kecil yang ada baling-balingnya..ngeriii cuyy

Pesawat Wings Air
(Medan-Gunungsitoli)
Setelah, 45 menit terbang diatas lautan, tibalah di Bandara Binaka yang ada di Gido, Kab. Nias. Bandaranya sangat sepi sekali dan sejauh mata memandang yang terlihat adalah pohon kelapa. Yap. Karena wilayah yang berupa kepulauan makanya banyak pohon kelapa. Dari Bandara Binaka ini, perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil untuk menuju Telukdalam (Kab. Nisel) yang ditempuh kurang lebih 3 jam. Perjalanan ini pun dirasa sangat jauh sekali dan sepi. Selama perjalanan ini yang terlihat lagi-lagi pohon kelapa, gunung, permukiman, lautan, dan beberapa babi-babi yang berkeliaran. Kondisi jalan dari Gunungsitoli menuju Telukdalam baik dan sangat lancar (ya iyalah wong jarang yang lewat juga..hehe).


Bandara Binaka, Kab. Nias
Sesampainya di Telukdalam langsung dong istirahat dulu, saat itu mengambil penginapan di dekat pantai kalau tidak salah namanya Wisma Yonnas. Di Nisel ini tidak banyak hotel/penginapan. Wisma Yonnas adalah penginapan yang paling baik di Nisel (menurut saya) dan hotel ini juga menjadi tujuan dari tamu-tamu yang berkunjung. Letaknya tidak jauh dari pusat pemerintahan Nisel yang menjadi tujuan kami untuk survei.

Selama melakukan survei di Nisel, ada banyak hal menarik untuk diceritakan, mulai dari kondisi alamnya, masyarakatnya, potensi daerah dan budaya setempat yang ada. Hmm, saya mulai dari kondisi alamnya yaa..hehe..


Kalau dilihat,  Kab. Nisel ini merupakan wilayah kepulauannya, yang terdiri dari 18 kecamatan dan memiliki 104 pulau besar kecil dengan jumlah pulau yang dihuni berjumlah 21 buah dan yang tidak berpenghuni 83 buah. Pulau-pulau besar yang terluar meliputi Pulau Tanah Bala (39,67 km2), Pulau Tanah Masa (32,16 km2), Pulau Tello (18,00 km2) dan Pulau Pini (24,36 km2). Adapun penyebaran pulau-pulau menurut kecamatan antara lain di Kecamatan Pulau-Pulau Batu 101 pulau (termasuk Kecamatan Hibala), Kecamatan Lahusa 1 pulau, dan Kecamatan Loloawa’u 2 pulau. Nah, dari banyaknya pulau-pulau di Nisel ini, dominasi penggunaan lahan yang paling besar adalah hutan, hutan rakyat, dan perkebunan. Sebagian besar hutan disana ditumbuhi oleh pohon kelapa, cokelat dan karet. Kemudian, dilihat dari kondisi fisik wilayahnya, Kabupaten Nias Selatan adalah wilayah yang rawan dengan bahaya alam seperti gerakan tanah, banjir, gempa bumi dan tsunami. Gerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Nias Selatan dipicu karena kemiringan lereng, litologi/batuan, struktur geologi dan curah hujan yang tinggi. Hampir 90% wilayah di Kabupaten Nias Selatan memiliki curah hujan yang tinggi yaitu 3000-3500 mm/thn. Dengan curah hujan yang tinggi dan kondisi kemiringan lereng yang dibentuk oleh batuan kurang kompak menjadi penyebab terjadinya longsor di Kabupaten Nias Selatan.

Kondisi Perkotaan Nisel
Kondisi demografi Kab. Nisel dilihat dari komposisi penduduknya, paling banyak adalah kelompok usia 0-9 tahun. Jumlahnya mencapai 38.369 jiwa (usia 0-4 tahun) dan 40.031 jiwa (usia 5-9 tahun) di tahun 2011. Nah, kenapa lebih banyak anak kecil? Mungkin hal ini disebabkan karena tidak ada hiburan di Kabupaten Nisel ini dan juga masih belum terjangkau listrik seluruh wilayahnya. Maka dari itu banyak penduduk yang mencari hiburan dengan memproduksi anak (hehe). Dan memang, pembuktian banyak anak kecil di Kabupaten Nisel ini mudah terlihat sekali. Sewaktu survei kemarin, di sepanjang jalan dan di depan halaman rumah banyak anak-anak kecil yang sedang bermain dan berlarian. Bahkan mungkin bisa dibilang di Kabupaten Nisel ini lebih banyak anak kecil berkeliaran dibanding dengan anak ayam yang berkeliaran..hehe. Nah, selain jumlah anak kecil yang sangat banyak, ternyata masyarakat pun banyak yang masuk dalam kategori keluarga pra sejahtera, jumlahnya besar sekali yaitu mencapi 48.483 keluarga (tahun 2011). Kebayang dong, bagaimana kondisi disana. Sudah wilayah kepulauan, jauh dari ibukota negara dan terisolir ditambah kemampuan masyarakat yang masih tergolong rendah.

Pantai Nisel di sepanjang
Jalan Telukdalam-Gn. Sitoli
Akan tetapi, sebenarnya Kabupaten Nias Selatan ini punya banyak potensi alam loh.. terutama di sektor perkebunan, perikanan dan peternakan. Di sektor perkebunan yang paling menonjol adalah pada komoditas cokelat dan kelapa. Hampir setiap kebun masyarakat ditanami pohon ini. Tapi sayang, kemampuan masyarakat dalam pengelolaannya masih tradisional sehingga hasilnya kurang optimal. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan informasi dan pengetahuan masyarakatnya. Selain itu juga sulitnya dalam memasarkan hasil produksi mereka. Apalagi di Kab. Nisel ini tidak ada satu pun industri pengolahan dan semua hasil produksinya di bawa ke Sibolga (Sumatera Utara) menggunakan kapal. Kemudian, di sektor perikanan, tidak usah diragukan sekali, banyaakkk banget potensinya, mulai dari produksi ikannya sampai pantainya. Produksi ikan yang memiliki komoditas tinggi adalah ikan kerapu. Banyak sekali permintaan ikan kerapu dari negara Hongkong. Tapi lagi-lagi untuk perikanan peralatan nelayan masih tradisonal banget. Kalau untuk tempat wisata pantai yang terkenal itu ada di Pantai Lagundri dan Sorake. Daerah Pulau-Pulau Batu merupakan tempat wisata bahari yang terkenal dengan keindahan lautnya yang mengundang banyak wisatawan untuk berjemur dan menyelam.


Selanjutnya, di sektor peternakan yang paling banyak itu adalah babi. Binatang babi ini banyak dipelihara oleh masyarakat di Kabupaten Nisel, baik untuk konsumsi sehari-hari maupun untuk acara-acara penting seperti pernikahan, kelahiran, kematian dan penyambutan tamu-tamu istimewa. Biasanya pada acara-acara besar tersebut, masyarakat menyembelih beberapa ekor babi sebagai bentuk penghormatan. Harga babi per ekornya berkisar Rp 1 Juta- Rp 2 Juta bergantung dari berat badannya. Katanya siy daging babi dari Nisel ini enak gitu.. tapi berhubung saya muslim jadi saya tidak memakannya.

Keunikan Nisel untuk tradisi budayanya adalah lompat batu. Letaknya ada di Bawomataluo. Tradisi saat ini untuk lompat batu, kalau ada pemuda nias yang berhasil melakukan lompat batu ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik sehingga dapat menikah. Kadang orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga akan dianggap menjadi pembela desanya jika terjadi konflik. (sayang waktu kesana ga sempet liat lompat batu..hiks

Oya, ada lagi yang menarik di Nias Selatan ini. Hmm yaitu banyak juga laki-laki dan perempuan yang ‘good-looking’ juga loh..hehehe.. sekilas sewaktu survei ada beberapa dari mereka yang berkulit putih dan mirip kayak orang jepang. Hmm konon waktu jaman penjajahan siy, wilayah nias diduduki oleh pemerintahan jepang.

Sekilas tentang lautan nias
Pantai Telukdalam
Kantor Bappeda Nisel














Yap, that’s all about Nisel..
Hope can go to another place and will tell story in my blog..have a nice live ^__^

4 comments:

Anonymous said...

kalo aku baca tulisan kamu,, dan ikut ujian geografi,, mungkin hasilnya ga akan bagus-bagus amat..

http://punyanyasyifa.blogspot.com/ said...

yes u're right, makanya kalo mau ujian geografi belajar dari literatur yg bener yak..:p

Anonymous said...

dalam rangka apa ke nias syifa??
good story!

Unknown said...

halo mas avel, iya mas dalam rangka melakukan kerjaan di desa tertinggal..:)