Tuesday, September 2, 2014

Gara-Gara "Bego"

Ceritanya mungkin bukan pada kekesalan saya terhadap Andryani yang ingin mencoba mempertemukan saya dengan cowo yang saya suka, bukan pada ke-kepo-an-nya bercerita dengan cowo yang saya suka. Tapi, jauh sebelum itu, mungkin tepatnya ketika kami berada di satu tim proyek di akhir tahun 2012 atau di awal tahun 2013. Sebenarnya saya sendiri agak-agak tidak terlalu mengingatnya peristiwa itu, namun Andryani mengingatnya dengan sangat baik terhadap peristiwa tersebut.

Iya sebuah kata “bego” yang hampir merusak tali persaudaraan yang ada. Jujur, kata itu pun spontan keluar dari mulut saya ketika itu. Entah dalam konteks perbincangan apa, saya tidak bisa mengingatnya dengan pasti. Yang jelas saya yakin bukan pada saat berdiskusi dengan ketua kelas.

Ucapan tersebut, memang terdengar kasar, tapi sejujurnya saya pun tidak punya maksud apa-apa terhadap kata tersebut dan bukan untuk menghina dirinya. Dan kata itu, memang suka secara spontan keluar dari mulut saya yang memang sering salah ucap hingga menyakiti perasaan orang. Jelas penggunaan kata ‘bego” tidak bisa diterima oleh dirinya bahkan sebagai suatu hal yang bisa membuat dirinya tersinggung. Apalagi hitungannya saya pun baru mengenal dirinya 2 tahun belakangan ini saja. Dan bisa dibilang saya pun tidak banyak bercerita kepadanya seperti saya bercerita ke sahabat saya. Jadi jelas dirinya menganggap kata itu sesuatu yang serius ada dalam dirinya.

Hmm, ini mungkin jadi pelajaran juga bagi saya dalam menggunakan kata itu. Sering saya spontan menggunakan kata itu untuk situasi/kondisi yang tidak saya inginkan. Bahkan ketika saya mengeluh pun saya spontan menggunakan kata itu untuk diri saya sendiri. Dan, kalau menurut Andryani kata itu hanya diucapkan pada dirinya, maka akan sangat saya tegas bilang kata itupun pernah terlontar dari mulut saya ke teman-teman yang lain. Mungkin hanya saja, Andryani pas tidak lagi mendengar kata itu terucap, atau pas orang yang menerima kata tersebut tidak tersinggung dan atau mungkin benar tidak ada yang berani teman saya mengatakan itu kembali ke saya. Entahlah, yang jelas tidak pernah ada maksud yang sebenarnya dari kata itu.

Dan, kata itulah yang terus tertanam dalam otaknya, sampai-sampai ketika kembali muncul membuatnya sakit kepala. Kata ‘Bego’ itu yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang lain. Hingga memuncak pada perisitwa saya nge-diemin dirinya karena ketidaksenangan saya melihat ke-kepo-an-nya terhadap cowo yang saya suka. Padahal ada satu hal yang saya ingat dan dengar kalau Andryani tidak akan berani mengobrol kalau belum ketemu dengan orangnya langsung tetapi ternyata saya agak salah.

Padahal kalau mengingat-ingat peristiwa di pertengahan tahun 2013 lalu, hubungan saya dengan Andryani pun tergolong baik. Entah yaa kalau dalam dirinya tetap mempunyai ketidaksukaan terhadap saya. Yang jelas saya masih ‘enjoy’ berteman dengannya. Bahkan saya pun ingat di tahun 2013 lalu saya pernah diberinya kado novel ketika saya berulang tahun. Saya masih berdiskusi dengan baik terhadap kerjaan. Tapi sekali lagi yaa, mana saya pernah tau perasaan orang kan kalau ternyata masih ada kata ‘bego’ yang mengganjal hatinya. Dan malam ini Andryani menyampaikannya dengan sangat jelas.

Well, saya pun mengucapkan terima kasih sangat karena menyampaikannya dengan sangat jelas. Saya jadi bisa meng-intropeksi diri saya dan mengucapkan maaf. Banyak banget minta maaf saya ke Andryani. Maaf untuk kata ‘bego’ yang bikin keinget terus sampai bikin sakit kepala, maaf karena telah di-cuekin beberapa bulan, maaf untuk sifat nyebelin-nyebelin saya terutama lewat ucapan, maaf untuk semua permintaan yang gak bisa saya wujudkan (mohon maafnya juga disampaikan ke cowo yang pernah janjian mau ketemu), maaf kalau belum bisa menjadi teman yang asik, maaf untuk sifat ke-sok-tahuan saya dalam menilai, maaf yang sudah bilang pendendam, belum dewasa, dan kayak anak kecil, dan maaf untuk segala ucapan saya yang secara gak sadar diri menyakiti Andryani.
(Semoga maaf saya diterima yaa)

Hmm, dengan jelas menyampaikan kalau saya tidak pernah marah dengan Andryani, dan saya pun jadi tahu, kenapa Allah Swt mempertemukan saya dengan dirinya untuk mengurangi ego dan ke-sok-tahuan saya. Dan ‘Gak perlu ditanya juga secepatnya ke Allah Swt’ Karena ternyata diri kamu hadir untuk menyadarkan diri saya. Lupain juga semua ucapan saya yang bernada negatif di Line, karena setelah dibaca lagi itu hanya emosi sesat & sesaat aja. Gak pernah ada maksud sebenarnya untuk meninggalkan Andryani, karena saya terlalu sayang sama orang-orang baik yang hadir di kehidupan saya.

Dan, malam ini saya benar-benar bersyukur kepada Allah Swt, karena masih memberikan kesempatan bagi diri saya untuk menyadari kesalahan saya dan meminta maaf langsung. Dan saya merasa kasih sayang Engkau begitu luar biasa padahal saya yakin sepenuh hati masih banyak banget dosanya. Mungkin ini juga jawaban dari setiap surat favorit yang saya coba selalu sempatkan membacanya. *huwaaa mewekk deh*

For Ary Andryani, with these, I'm wanna say sorry for everything I did. Please, accept my apologize.

No comments: