Sunday, February 26, 2017

Dr. Ibrahim Elfiky #3: Sepuluh Wasiat Berpikir Positif

Bagian ini merupakan bab terakhir dari buku yang beliau tulis tentang Sepuluh Wasiat dalam Berpikir Positif. Selamat membaca!! :D

Cara mengubah Berpikir Negatif Menjadi Berpikir Positif. Sepuluh Wasiat Berpikir Positif:
1.      Keinginan yang Menggebu
“Keinginan yang menggebu”, begitulah jawaban seorang sang bijak dari seorang jepang, Koichi Kondo, ketika seorang murid bertanya “Apa yang kurang pada diriku untuk menjadi orang bijak?” Ketika seorang pemuda berusia dua puluh bertanya pada ilmuwan, penulis dan perintis Crystal Cathedral di New York, Dr. Robert Schuler, “Bagaimana aku bisa menjadi penulis ternama seperti Anda?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kamu memiliki keinginan yang menggebu untuk mewujudkan impianmu,” Pemuda itu bertanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan keinginan yang menggebu?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kau berpikir untuk menulis sebelum tidur. Ketika yang kau lakukan pertama kali pada pagi hari adalah berpikir untuk menulis. Ketika kau berpikir untuk menulis dan mengatakannya pada beberapa kesempatan yang memungkinkan. Ketika kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menguasai pikiranmu dan mengalir dalam darahmu. Itulah keinginan yang menggebu”

Begitupula yang membuat Edmund Hillary melakukan petualangan berbahaya dalam hidupnya, yaitu mendaki Gunung Everest. Ia bermimpi menjadi orang pertama mendaki gunung tertinggi tersebut. Pada tahun 1952, Ia mencoba melakukannya namun gagal. Pada tahun 1953, Hillary berhasil mewujudkan impiannya mendaki gunung tertinggi. Dan dalam sebuah wawancara dengan media ia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan impianku, apa pun kesulitan yang menghadang”. Dan satu-satunya yang mungkin menghalangiku adalah kematian”

2.      Keputusan yang Kuat
Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Aku sudah putuskan untuk berhenti merokok” tapi ia tetap merokok? Atau, pernahkah Anda mendengar, “aku putuskan untuk mengurangi berat badanku, berolahraga, dan selektif memilih makanan.” Pada awalnya ia lakukan semua itu namun tidak lama ia kembali seperti semula.

Banyak orang mengambil keputusan tapi tidak melaksanakannya. Kalaupun dilaksanakan, hanya berlangsung sementara, kemudian kembali seperti semula. Pertanyaannya: Mengapa bisa demikian? Apakah orang semacam itu tidak ingin mewujudkan impiannya? Keputusan seperti apa yang ia ambil itu?

Makna kata “keputusan” berarti kuat. Maka, keputusan yang diambil seseorang harus kuat, tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar.

Cermati lingkungan di sekitar, Anda akan melihat orang-orang sukses yang memutuskan untuk sukses kendari menghadapi pengaruh yang negatif. Keputusan mereka diperkuat dengan keinginan yang menggebu, keyakinan kuat, proyeksi positif, dan fleksibilitas yang tinggi. Lihatlah bagaimana Hellen Keller menjadi orang yang berpengaruh di dunia meski ia buta, bisu dan tuli. Lalu, keputusan yang diambil Khalid Hassan hingga membuatnya menang meski sudah kehilangan kaki sejak kecil.

Jika kita bijaksana menghadapi tantangan maka ia akan berubah menjadi keterampilan dan keahlian yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan menuju puncak. Karena itu, mulai hari ini, putuskan untuk menjadi paling baik dalam hidup Anda. Jika orang lain dapat mewujudkan impiannya, maka anda pun dapat seperti mereka, bahkan menjadi lebih baik.

3.      Bertanggung Jawab Penuh
Empat tahun setelah dilahirkan, anak kecil bernama Wilma Rudolf mengalami panas tinggi hingga membuatnya lumpuh penuh. Para dokter pun memutuskan untuk memasang penopang besi di kakinya. Suatu hari sang ibu bertanya padanya, “Wilma, apa cita-citamu? Tanpa pikir panjang Wilma menjawab, “Aku ingin menjadi wanita tercepat di dunia.” Sang ibu berkata, “Dengan keyakinan dan usaha keras, engkau dapat meraih cita-citamu.”

Seiring berjalannya waktu, Wilma tumbuh dan berkembang. Menginjak usia sebelas, ia sudah membiasakan diri berjalan cepat tanpa penopang besi. Para dokter terpengarah dan memutuskan untuk melepaskannya. Memasuki usia tiga belas, Wilma ikut keluarganya pindah ke salah satu kota Tennessee di Amerika Serikat. Disana ia belajar di sekolah yang punya kegitan olahraga, terutama lari. Ibu Wilma datang menemui pelatih yang ada, meminta agar anaknya diterima bergabung. Sang pelatih bertanya pada Wilma, “Mengapa engkau memilih lomba lari?” Wilma menjawab, “Karena aku sudah putuskan untuk menjadi wanita tercepat di dunia.” Sang pelatih memandang Wilma keheranan. Menurutnya, Wilma mungkin hanya bercanda. Tetapi disisi lain, ia melihat kemauan yang kuat dan kekuatan di bola matanya. Sang pelatih berkata, “Kurasa engkau bisa mewujudkan impianmu itu, mulai saat ini engkau harus ambil keputusan, punya keinginan yang menggebu, dan bertanggung jawab penuh atas segalanya.”

Wilma berkata, “Keputusan itu aku yang mengambilnya. Dan aku masih punya waktu empat tahun. Keinginan yang menggebu seperti yang engkau katakan itulah yang mendorongku masuk sekolah ini. Adapun tentang tanggung jawab, aku siap menanggung sepenuhnya.” Sang pelatih berkata, “itu artinya, engkau siap berlatih sekian jam setiap hari?” Wilma menjawab, “Aku sangat siap.” Selanjutnya ia balik bertanya, “Setelah aku jawab semua pertannyaanmu, kapan latihan itu bisa kita mulai” Sambil tertawa pelatih itu menjawab, “Kalau engkau mau, sekarang juga bisa.” Selain olah pikir, Wilma juga menjalani olahraga. Setiap hari ia menjalani latihan tidak kurang dari tiga jam. Enam bulan kemudian, sang pelatih berkata kepadanya, “Bagaimana jika engkau mengikuti salah satu kejuaraan agar mendapatkan pengalaman lebih banyak? Engkau juga dapat berlajar dari atlet yang lain.” Dengan senang hati Wilma menerima tawaran itu.

Saat mengikuti kejuaraan, ternyata ia berada di urutan terakhir. Meski demikian, Wilma tidak sedih. Bisa ikut dalam kejuaraan saja ia sudah bangga. Wilma terus berlatih dan mengikuti kejuaran. Alhasil, pengalamannya semakin banyak. Bertanding dengan pemain ternama sudah biasa ia hadapi. Akhirnya, pada tahun 1960, Wilma Rudolf berhasil memenangkan kejuaran lari 100 meter, 200 meter, dan 300 meter. Ia berhasil menorehkan namanya sebagai wanita tercepat di dunia.

Dalam sebuah wawancara dengan media Wilma mengaku bahwa kunci keberhasilannya terletak pada enam perkara, yaitu:
  1. Percaya kepada Tuhan. Sebab, tanpa Dia aku tidak bisa mewujudkan cita-cita 
  2. Cinta yang besar pada sang Ibu. Aku ingin membuatnya bangga padaku 
  3. Impian yang teramat besar yang kemudian berubah menjadi kemungkinan, lalu cita-cita yang jelas 
  4. Keinginan yang menggebu dan selalu menguat seiring bergulirnya waktu
  5. Keputusan yang kuat dan tidak ragu-ragu
  6. Bertanggung jawab penuh atas semuanya. Aku tidak pernah menyalahkan siapa pun dan apa pun. Aku hanya terus berkonsentrasi pada tujuanku. Aku sangat menghargai waktu latihan, cara-cara sehat, dan hasil yang kudapat, apa pun itu.
Wilma Rudolf menjadi legenda. Namanya ditulis oleh para wartawan dan diliput media massa di dunia. Bahkan, perusahaan American Express menggunakannya sebagai bintang iklan. Selain itu, namanya terpahat di Guinness Book of Record bersanding dengan orang-orang tenar lainnya.

Wilma bisa tumbuh dari seorang bocah lumpuh menjadi wanita tercepat di dunia karena ia bertanggung jawab penuh atas kehidupannya. Ia tidak pernah mengeluh atau merasa minder karena lumpuh. Justru ia berpikir positif dan memusatkan perhatiannya untuk mencari solusi agar berhasil mewujudkan cita-citanya.

4.      Persepsi yang sadar
Tahun 1956, seorang geolog berkebangsaan Jepang, Yuka, berangkat ke Afrika Selatan bersama para ilmuwan mancanegara untuk mencari emas dan batu mulia. Setiap hari Yuka bekerja dari pukul 05.00 sampai 22.00. Sepuluh hari pencarian dilakukan, mereka belum mendapatkan sesuatu yang berharga. Suatu hari Yuka merasa lelah dan frustrasi. Maka ia memutuskan untuk kembali ke hotel, padahal masih pukul 17.00.

Dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun. Di tangan bocah itu ada sebongkah batu yang memancarkan cahaya. Yuka mendekati bocah tersebut dan menanyakan apa yang dipegangnya. Bocah itu menjawab, “Tidak tahu, aku menemukannya di pinggir pantai.” Yuka meminta bocah itu memberikan batu itu. Bocah itu berkata, “Aku tidak keberatan, tapi apa imbalannya?” Yuka berkata, “Aku akan memberimu uang. Berapa yang engkau minta?” Bocah itu berkata, “Entahlah, apa engkau punya sesuatu yang lain?” Yuka menjawab, “Ya, aku punya beberapa kue. Apakah engkau mau menerimanya sebagai imbalan?” Bocah itu ternyata mau.

Setelah mendapat batu itu. Yuka kembali ke hotel. Di kamarnya, ia meneliti batu itu. Karena tidak percaya, ia sampai menelitinya sepuluh kali. Akhirnya ia yakin bahwa batu itu adalah emas murni bernilai jutaan dolar. Yuka berkata dalam hati, “Andaikata bocah itu mengetahui nilai batu ini, ia tentu tidak mau menukarnya dengan benda semurah itu.”

Kisah ini memberi pelajaran pada kita tentang persepsi atau pengetahuan. Andaikata bocah itu mengetahui nilai batu yang ia pegang, kemudian mengambil keuntungan dengan benar, pasti ia jadi jutawan. Kisah ini sama dengan orang yang tidak menyadari potensi dirinya yang luar biasa sebagai anugerah Allah. Anda akan melihat orang-orang seperti itu hanya buang-buang waktu dengan menyalahkan, mengeluh, mengkritik, dan membanding-bandingkan. Itu artinya mereka membiarkan dirinya tertipu oleh sesuatu yang murah, seperti kisah bocah diatas.

Sebuah penelitian tentang persepsi yang dilakukan Universitas George Town menyimpulkan bahwa lebih dari 90% sikap kita dilakukan secara spontan, tanpa dipikir panjang.

Dalam hal ini, Dr. Ibrahim menanyakan kepada diri kita:
a.    Tahukah anda nilai diri anda?
b.   Tahukah anda bahwa Allah menciptakan anda sebagai makhluk terbaik, dan menundukkan seluruh alam semesta untuk anda?
c.   Tahukah anda bahwa kemampuan anda tidak terbatas? Tahukah anda bahwa otak anda berisi lebih dari 150 miliar sel, ia lebih cepat dari cahaya, mampu menyimpan lebih dari 2.000.000 informasi setiap detik? Tahukah anda bahwa Anda memiliki kekuatan berpikir, memilih dan memutuskan?

5.      Menentukan Tujuan
Ada tujuh aspek penting dalam kehidupan normal yaitu: 
  1. Aspek spiritual meliputi cinta kepada Allah, toleransi sepenuhnya, dan murah hati. 
  2. Aspek kesehatan terdiri dari berpikir sehat, pola makan yang sehat dan olahraga 
  3. Aspek kepribadian terdiri dari percaya diri, pengembangan diri, penghargaan terhadap diri sendiri, dan citra diri 
  4. Aspek keluarga terdiri atas hubungan dengan keluarga, suami-istri, dan hubungan orangtua-anak 
  5. Aspek sosial mencakup hubungan dengan masyarakat dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
  6. Aspek profesi terdiri atas tujuan bekerja, pekerjaan, prestasi, dan perbaikan keterampilan 
  7. Aspek material terdiri atas pendapatan yang ada dan target keuangan yang akan dicapai.
Disadari atau tidak, kita selalu menggunakan tujuh aspek ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aspek spiritual, setiap hari kita melaksanakan sholat, berdoa, bederma, bersikap toleran dan tersenyum pada orang lain. Pada aspek kesehatan, setiap hari kita makan, minum dan menggerakan tubuh. Begitupun pada aspek lainnya.

Sayangnya, sebagian besar orang hanya memerhatikan aspek profesi dan material. Kita kurang mengindahkan kesehatan dan keluarga, bahkan aspek spiritual yang menyangkut hubungan dengan Allah.

Supaya kita bahagia dan mendapatkan ketenangan, tujuan kita dalam tujuh aspek kehidupan itu harus jelas. Tujuan adalah salah satu faktor dalam berpikir positif. Ia membuat konsentrasi kita pada apa yang diinginkan, bukan pada yang dibenci. Tujuan menjadikan hidup kita memiliki makna. Tanpa tujuan, orang akan merasakan hidupnya sia-sia.

Untuk itu lakukan evaluasi terhadap tujuh aspek tersebut. Tulislah apa yang kita inginkan pada tujuh aspek tersebut. Susun sesuai skala prioritas kita. Setelah itu, tentukan rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Tuliskan cara kita menggapai keinginan dan segala hal yang mungkin menghalangi kita dalam menggapai tujuan. Kemudian tuliskan model perbaikan yang akan kita lakukan saat menggapai keinginan kita itu. Setelah menggapai tujuan, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?

Ketika kita telah memahami tujuan dan rencana hidup, kita akan mendapatkan makna kehidupan yang lain. Kita tidak akan rela melewatkan waktu sedetik pun tanpa perubahan positif pada perkembangan diri kita. Kita tidak akan pernah mau buang-buang waktu dengan percuma. Jika tidak punya tujuan, kita akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Mulai saat ini, yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-yiakan pahala bagi orang yang berbuat kebaikan.

6.      Dukungan dari Dalam
Dr. Shad Helmstetter menulis dalam buku Apa yang Anda Katakan pada Diri Anda, “Sejak dilahirkan sampai usia delapan belas tahun, manusia telah menerima lebih dari 180.000 pesan negatif. Karena selalu datang, pesan negatif itu menjadi bagian dari kehidupan kita dan kita meyakini kebenarannya. Diantara pesan yang mungkin kita terima adalah ‘anda gagal’, ‘anda pemarah, ‘anda bodoh’, ‘anda tidak berguna dan pesan negatif lain yang kita terima dari dunia luar, keluarga, sekolah, teman atau orang lain. Yang penting disadari adalah bahwa proses pertama merupakan proses paling kuat yang menjadi kebiasaan kita, kemudian ditambah dengan pesan dunia luar. Karena proses inilah kita jadi lupa pada diri sendiri: lupa bahwa Allah menciptakan kita sebagai makhluk terbaik; kita lupa bahwa Allah menundukkan seluruh isi alam semesta ini untuk kita; kita lupa bahwa kita adalah mukjizat tak terbatas. Kita justru meyakini bahwa kita adalah perilaku atau proses kita.

Kita bukan perilaku, keyakinan, atau perasaan kita. Kita adalah makhluk Allah yang terbaik. Apa pun pandangan orang lain terhadap kita. Pandangan orang lain sejatinya tidak menggambarkan diri kita, tetapi menggambarkan diri mereka sendiri.

Karena menurut hukum korespondensi, dunia dalam adalah penyebab adanya dunia luar maka orang akan berbicara dengan tenang jika jiwanya dalam kondisi tenang, dan dia akan mudah membantu orang lain. Jika jiwanya lemah, ia akan berbicara sesuai dengan pengetahuannya tentang dirinya sendiri. Karena itu, jika seorang berkata, “anda gagal”, sesungguhnya ia bicara tentang dirinya sendiri. Jika tidak, ia tentu membantu kita melakukan perubahan, bukan membuat kita frustasi.

7.      Waktu yang Positif
Wasiat tentang waktu positif ini disampaikan agar kita menggunakan kekuatan akal untuk konsentrasi pada waktu yang kita tentukan sendiri. Bisa jadi waktu itu tidak lebih dari sepuluh menit. Pada saat-saat seperti ini, konsentrasikan pikiran kita pada hal-hal positif. Tambahkan waktu itu menjadi 15 menit, 20 menit, dan seterusnya. Yang penting dikerjakan secara berkelanjuran hingga menjadi kebiasaan yang tersimpan di dalam ingatan kita. Jika sudah demikian, kita akan berperilaku positif secara spontan.

8.      Pengembangan Diri
Kata “pengembangan” berarti berkembang pada tujuh aspek kehidupan. Sedangkan kata “diri” menyangkut orang. Pengembangan diri bukan ilmu, tapi pola hidup yang digunakan seseorang agar dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.

Gambar berikut ini akan menjelaskan bahwa pengembagan diri memberikan informasi dan keterampilan pada akal yang membuat kita menggunakan kemampuan, potensi, dan kekuatan imajinasi kita untuk mewujudkan cita-cita.


Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk pengembangan diri, antara lain:
1.    membaca
2.    Mendengarkan kaset audio
3.    Menonton kaset video
4.    Kajian umum
5.    Pelatihan
6.    Pelatihan secara rutin

9.      Diam dan Renungan Harian
Jika kita perhatikan sekitar, kita akan mendapatkan kegaduhan dimana-mana:
·       Kegaduhan Eksternal
Kegaduhan eskternal adalah kegaduhan yang kita dengar dari dunia luar di sekitar kita. Ada suara televisi, suara handphone, suara binatang, pesawat, mobil, musik, teriakan dan sebagainya. Kegaduhan ada dimana-mana hingga menjadi bagian dari kehidupan. Tanpa kita sadari, kegaduhan itu membuat kita selalu tegang dan membuat saraf terus aktif meski tidak diperlukan.
·       Kegaduhan Internal
Dalam buku The Aladdin Factor, Jack Canfield dan Mark Victor Hansen menulis, “Setiap hari manusia menerika lebih dari 600.000 pikiran.” Bayangkan! Kegaduhan sangat besar terjadi dalam diri kita. Dalam buku Apa yang Anda Katakan pada Diri Anda, Dr. Shad Helmsetter mengatakan bahwa 80% lebih pikiran bersifat negative. Hal ini diperkuat oleh penelitian fakultas kedokteran di San Fransisco pada 1986. Selain itu, dalam diri kita ada kritik internal yang membuat kita merasa kurang dibandingkan orang lain serta ada rasa takut dan tidak aman. Jadi kita hidup di alam kegaduhan, baik secara eksternal atau internal.

10.   Perhatian Individual dan Kegiatan Harian
Majalah Reader’s Digest menulis, “Kegiatan hiburan membuat orang merasa bahagia dan dapat mengendalikan hidupnya. Hiburan membantu meraih keberhasilan.”

Seorang peneliti asal Swedia berkata, “orang-orang yang menyibukkan diri dengan kegiatan hiburan yang disukai tidak akan mengalami gangguan jiwa. Kemungkinan mereka mengalami serangan jantung lebih rendah dibandingkan orang yang tidak pernah melakukan kegiatan hiburan.”

Dalam buku Mencari Hakikat Diri, James F. Masterson menulis, “Jika tidak ada hiburan, aku tidak dapat berpikir dengan baik dan aku tidak akan mendapatkan kesuksesan ini.”

Dalam buku Sepuluh Rahasia Keberhasilan dan Kebahagiaan, ilmuwan Amerika, Dr. Wayne W. Dyer, menulis, “Agar dapat menulis, aku harus benar-benar sudah masuk dalam fase renungan. Ia merenung dan berjalan minimal satu jam setiap hari.

Orang yang terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk melakukan hiburan sangat rentan menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gula darah, dan sebagainya. Dia juga rentan mengalami gangguan jiwa. Kita akan melihatnya seperti gampang marah, baik dilampiaskan pada orang lain atau disembunyikan dalam hati. Kita melihatnya mudah gugup, cemas dan hanya memikirkan pekerjaan, baik ketika ia berada pada jam kerja atau pada hari libur.

Pekerjaan dan istirahat adalah dua sisi mata uang. Dengan bekerja, kita merasa mencapai sesuatu, berkembang dan maju. Sementara itu, dalam istirahat sembari menyalurkan kegemaran, kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian jiwa yang membantu mencapai prestasi lebih baik.

Sekian dulu ya postingan saya, sampai bertemu di artikel lainnya!

No comments: