Friday, March 8, 2013

Mencari Syafaat Rasulluloh #Part 3

Malam kedua di Madinah, saya bersama Ibu Ika (teman satu kamar) pergi kembali ke Raudhoh. Saat itu kami hanya berdua saja karena jamaah perempuan lainnya tidak minat pergi di malam hari. Kali kedua saya ke Raudhoh mengambil waktu setelah waktu isya. Di waktu ini pun jamaah yang mengunjungi tidak kalah banyak dari waktu siang. Namun karena kami adalah orang yang sama-sama punya keinginan kuat akhirnya rasa lelah dan kantuk pun kami lawan agar bisa kembali ke Raudhoh. Saat itu, rasanya bener-bener ngantuk bangeeeettt. Sampai-sampai ingin bergabung dengan jamaah dari Turki biar didahulukan masuknya. Tapi, karena kita kalah badan apa daya tidak berhasil rencana tersebut..ahaha

Pada saat kami menunggu, Ibu Ika sempat bertanya ke saya begini:

Ibu Ika : Syifa, kali ini mau berdoa apa?

Saya    :hmm, apa yaah bu, mau minta jodoh kali yaa bu, dengan lugu dan keceplosannya...hehehe

Ibu Ika : Itu ajah?

Saya    : Gak lah bu, ntar yaa ada doa lainnya hehe

Ibu Ika : Syifa, ibu kasih tau, mumpung lagi kesini jangan lupa minta Syafaat Rasululloh, kan kita lagi ziarah ke makam Rasulluloh, nah jangan lupa tuh minta itu biar di akhirat kita mendapat pertolongaannya.

Saya    : Owh, *sambil manggut-manggut kemudian bertanya ke ibu* emang syafaat itu apa siy bu? (sumpah saat itu berasa bodoh banget gak tau apa itu syafaat)

Ibu Ika : Syafaat itu pertolongan atas kebaikan Rasulluloh agar kita selamat di akhirat syifa,

Saya    : Owh gtu yaa bu, iya deh ntar aq mau berdoa itu, meskipun sebenarnya ingin penjelasan lebih, cuma karena sudah terlalu malam maka saya pun mengurungkan niat untuk bertanya lagi dan dalam hati berniat kalau sampai di Indonesia mau cari browsing tentang Syafaat Rasulluloh itu apa, gimana dan bagaimana, hehe

Nah, ketika sampai di Raudhoh, Alhamdulilah saya memanjatkan doa seperti yang Ibu Ika ajarkan dan tangis pun mengalir lagi tanpa bisa menahannya. Dan setelah selesai solat, saya pun langsung berfikir betapa saya selalu memanjatkan doa yang bersifat ‘duniawi’ dan lupa untuk kebaikan di akhirat. Yap, lupa kenapa gak pernah minta supaya ibadah yang saya lakukan di dunia bisa diterima Allah Swt. Ahh, bodoh banget saya selama ini..

Dan Alhamdulilah banget, saya dipertemukan dengan Ibu Ika yang banyak mengajarkan saya selama menjalankan umroh. Kami pun sama-sama punya tekad untuk kembali ke Makkah. Yap, semoga Allah mengizinkan kembali. Aamiin

Dari niat saya mencari tau tentang Syafaat Rasulluloh, berikut saya ceritakan sedikit yang saya kutip dari literatur yang saya cari di internet.


“Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syafaat berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa.

Sedangkan secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.

Syafaat terdiri dari dua macam :
Pertama , Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah Swt dalam Kitab-Nya, atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhori, kitab Al-Ilm, bab “Al-Hirsh ‘ala Al-Hadits.”

Syafaat mempunyai tiga syarat:
1.    Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
2.    Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
3.    Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.

Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (An- Najm:26)

Kemudian firman Allah Ta’ala: 
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Al- Baqarah:255)

Lalu firman Allah Ta’ala: 
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.”(Thahaa: 109)

Kemudian firman Allah Ta’ala: 
“Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada- Nya.” (Al-Anbiya: 28)

Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
  1. Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
  2. Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw adalah syafaatnya kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw.

Kedua, Syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah. Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya, “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Al-Mudatstsir : 48)

Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.

Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”, (Yunus: 18), adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu meminta syafaat kepada berhala-berhala itu dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.


Nah, ada juga cerita lain tentang Syafaat Rasulluloh di hari kiamat nanti yaitu seperti cerita yang saya ambil dari http://www.dakwatuna.com/2009/09/3999/ketika-rasulullah-saw-memberikan-syafaat-kepada-ummatnya-di-hari-kiamat/#ixzz2MqHiLAdv 


Ini adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya. Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”

Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.” Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”

Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”

Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”

Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”

Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”

Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”

Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”

Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”

Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”

Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”

Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”

Itulah sekilas cerita tentang Syafaat Rasulluloh. Dan saya berfikir, apakah untuk berdoa meminta syafaat rasulluloh kita harus berdoa di tempat yang paling dikabulkannya doa? Yap, tentu tidaklah harus di dekat Makam Rosul, dari rasa penasaran saya itu kemudian saya mencari tahu, ternyata untuk mendapati syafaat rasulluloh ada cara sederhana yaitu dengan sebanyak-banyaknya bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Salawat kepada nabi ini bisa kapanpun dimanapun. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw:

"Barangsiapa yang bersalawat kepadaku pada waktu pagi sepuluh kali dan pada waktu petang sepuluh kali, dia akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat".

Yap, segitu dulu cerita tentang Syafaat Rasulluloh, dan mari biasakan diri kita bersalawat untuk Nabi Muhammad Saw, dan saya pun mencoba untuk menjadikannya sebuah kebiasaan. Maha Suci Allah.

No comments: