Wednesday, December 10, 2014

Dear, Ainun

Entah kenapa saya ingin menyampaikan perasaan yang saya rasakan. Melihat adik saya sudah menikah rasanya benar-benar bahagia karena sudah ada orang lain yang mau bertanggung jawab untuk menjaga dirinya. Tetapi disatu sisi, saya merasa sediiih banget karena takut dan khawatir akan kehidupan jauh dirinya dari keluarga.

Entah apa juga yang ada di pikirannya, sampai akhirnya sangat berani memutuskan untuk memilih hidup merantau jauh dari mama & papa. Saya berharap bukan karena ketidak-sukaannya dengan kehidupan Jakarta. Normalnya seharusnya saya mendukung pilihan Inun memilih tinggal dengan suami. Tapi sejujurnya saya sangat sangat berat hati dan hanya bisa menangis mengingat kenangan kecil saya bersama adik saya. Iyap, terlalu banyak kenangan manis yang Allah Swt berikan terhadap saya dengan kehadiran Inun.

Masih ingat dalam ingatan saya, ketika kecil ditanya mama, inun mau tidur dengan siapa. Saat itu, Inun memilih untuk tidur bareng dengan saya. Yang ketika tidur saya suka mengelus-ngelus kepala inun dan yang diam-diam cium kening Inun ketika tidur. Saya pun masih ingat, ketika kecil Inun yang suka ngikutin saya kemana pun saya main. Sampai-sampai mama marahin saya kalau gak ngajak adiknya main. Waktu itu rasanya sebel banget karena kemana pun mainnya pasti ada Inun. Sampai gak sengaja saya pernah mendorong Inun hingga terjatuh nangis. Dan saat itu inun jatuh ke lubang air dan nangis kenceng dan saya pun dimarahin.

Ingat juga, ketika kecil setiap lebaran, baju yang mama belikan pasti modelnya hampi selalu sama kayak Inun. Pengen rasanya memiliki baju lebaran yang berbeda tapi tidak dibolehkan oleh mama. Dan ketika kecil, ingat juga mama yang selalu menegur saya dan minta tolong ke saya buat bantuin adiknya belajar dan bikin PR. Jujur rasanya saat itu kalau bukan karena mama, males banget ngajarin Inun. Iya males karena Inun malah milih merhatiin acara TV, gak merhatiin apa yang saya terangkan sampai-sampai PR Inun saya yang mengerjakan! Sampai akhirnya, adik saya tumbuh remaja dan punya teman dekat perempuan sehingga dia tidak mengikuti saya kemana pun saya main.

Entah apa yang ada di pikiran saya dari kecil, yang saya tau hanya ingin adik saya tidak kekurangan satu pun kebutuhannya, ingin melindunginya dan berusaha untuk menjadikan adik saya pintar. Saya berusaha untuk menyemangati dan menasehati bagaimana seharusnya Inun belajar sehingga bisa lulus dari setiap ujian. Saya tau banget, gimana kerasnya Inun belajar ketika menghadapi ujian tapi hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan. Namun, saya ingat dengan jelas, peristiwa ketika Inun akhirnya bisa lulus ujian masuk UNDIP. Yap, ujian terakhir dari banyak ujian saringan masuk yang diikutinya. Saat itu bukan hanya mama dan papa yang terharu, saya pun juga. Karena bagaimana pun Inun harus bareng saya kuliahnya. Iyap, Inun harus bareng saya kuliahnya, karena mama bilang mama tidak bisa bantu belajar dan hanya saya yang bisa diandalkan untuk mengajarinya. Sampai akhirnya semua doa kami dikabulkan.

Terlepas dari semua kenangan yang ada, saya merasa sedih karena harus jauh dari dirinya. Ungkapan saya yang selalu bilang “lo tuh selalu ngikutin gw” rasanya seperti tidak berlaku lagi. Tapi saya berharap ungkapan itu adalah takdir seorang kakak & adik yang tidak bisa dihalangin apapun juga sehingga berharap untuk bersama saya disini.

Terlepas dari semua kejadian beberapa bulan ini yang membuat dirinya stress. Percayalah bahwa akan rencana Allah yang paling indah untuk Inun. Sabar dan ikhlas menerimanya. Satu hal yang harus Inun tetap lakukan adalah harus berusaha bukan hanya berdiam menerima segalanya terjadi begitu saja. Dan jangan pernah menganggap diri Inun bodoh karena sesungguhnya kebodohan bisa diubah dengan usaha keras. Berjuanglah menjalani hidup dan jangan pernah berhenti belajar.

Bagi saya, Inun adalah adalah adik terbaik saya. Adik yang selalu mendengarkan segala impian hidup dan cita-cita saya. Adik yang selalu bisa menerima emosi saya ketika ada keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Adik yang selalu ingin saya jaga. Adik yang nurut segala ucapan saya (berharap selamanya masih mau mendengarkan nasihat saya). Adik yang bisa menyeimbangkan diri saya yang korelis. Adik yang amat sangat saya kasihi.

Dan semoga ada cara lain yang bisa Inun lakukan untuk membuat mama dan papa bangga sama Inun dan tidak memberikan rasa sakit hati lagi bagi mama & papa.

Huwaa sediih kangen Inun tapi kenapa jauh banget yaa

No comments: