Thursday, December 25, 2014

Laa Tahzan #part 7

Seperti janji saya pada cerita sebelumnya, saya ingin menuliskan perjalanan umroh pertama saya hingga part 7. Dan, ini sepertinya sudah part terakhir dari cerita saya sehingga sangat membutuhkan niat ekstra untuk menceritakan & menuliskan karena sudah lebih satu tahun dari pelaksanaan umroh saya. Ahaha. Disini pun saya berusaha mengingat apa yang terkesan di hari ke 7 perjalanan umroh saya. Actually, agak susah bagi saya untuk menuliskan apa yang saya alami saat itu, kenapa? Karena saya cenderung pelupa dalam mengingat nama tempat sehingga perlu sedikit browsing tentang tempat-tempat yang saya kunjungi kala itu. Hehe

Hari ketujuh adalah hari yang sangat sangat saya khawatirkan selagi menjalani ibadah umroh. Bahkan sebelum berangkat umroh saya sudah mencoba untuk menghindari dengan beberapa cara yang dianjurkan agar hari tersebut tidak datang. Hari yang tidak saya inginkan terjadi bahkan saya selalu berdoa semoga waktunya mundur. Yap, hari yang dimaksud adalah hari haid saya. Jujur saja, saya sedih banget ketika saya ternyata tidak bisa melanjutkan perjalanan ibadah saya. Sempet kecewa banget dan bilang Ya Allah kenapa siy kok akhirnya saya haid pas lagi umroh? Kenapa tidak nanti saja pas selesai umroh? Kan nanggung banget tinggal 3 hari saya di Mekkah. Jujur disini saya kecewa banget, karena waktu saya umroh tidaklah lama dan rasanya sayang banget tidak bisa ke Masjidil Haram di akhir perjalanan umroh saya. Padahal saya sudah meminum obat penunda haid yang selalu saya minum setiap hari mulai dari sebelum berangkat umroh hingga saya selesai umroh. (Obat penunda haid adalah sejenis obat Pil KB, yang terpaksa saya minum & sedikit membuat saya takut jika mempunyai efek samping terhadap hormon saya). Tapiii, apa daya saya? Toh saya tidak punya kuasa apa-apa tentang kedatangan haid saya itu. Dan seharusnya saya bersyukur karena saya punya siklus haid yang normal.  Saat itu, saya coba menepis semua pikiran buruk yang ada dan mencoba ikhlas menerima haid ini. Saya pun bilang ke ketua kelompok saya, kalau saya tidak ikut umroh kedua. Karena rencana saat itu, kami akan menjalankan perjalanan umroh kedua dengan mengambil miqat di Tanaim. Tanaim adalah tempat miqat umroh yang paling dekat (kurang lebih 5 km dari masjidil haram). Di Tanaim terdapat Masjid Siti Aisyah r.a yang juga dikenal sebagai Masjid Tanaim. Pada tahun 10 Hijriah, Siti Aisyah r.a melakukan solat dan mengambil miqat disini sehingga Tanaim ini sebagai tempat miqat umroh yang paling afdal bagi kaum wanita. Namun sayang sekali, saya tidak bisa untuk mengambil miqat dan melaksanakan umroh kedua saya karena faktor haid.

Alhasil, saya pun hanya di hotel bersama Ibu Bunga (nama bukan sebenarnya) yang ternyata juga sedang haid sehingga kami pun menghabiskan waktu bersama. Saya pun lebih banyak di kamar untuk istirahat dan mengobrol dengan mama via sms. Saat itu, mama bilang: “mba gak usah sedih, Allah Maha Tahu yang Terbaik. Mungkin kemarin mba kecapean terus sama Allah dikasih istirahat dulu, berdoa aja supaya cepet selesai haidnya”. Percakapan dengan mama itulah yang memotivasi saya untuk berpikir positif, meskipun kita sudah berusaha maksimal tapi kalau Allah Swt punya kehendak lain, maka saya bisa apa selain ikhlas menerimanya kan? Disaat saya mencoba ikhlas karena kedatangan haid saya, saya pun berujar dan berdoa dalam hati, bilang sama Allah, kalau memang saya harus haid, iyaa gapapa deh tapi nanti pas hari terakhir saya ingin bisa Tawaf Wada boleh kan saya Ya Allah. Begitu terus bilang dalam hati sembari saya beristirahat dan menemani Ibu Bunga yang banyak bercerita tentang kisah hidupnya. Saya pun masih ingat cerita ibunya tentang bagaimana ia menjalani ujian dari Allah dalam merawat suaminya yang dikasih sama Allah dengan berbagai penyakit selama akhir hayatnya. Dan bagaimana ia berusaha keras mencari nafkah untuk membiayai pengobatan dan biaya sekolah anaknya yang akan masuk perguruan tinggi. Hmm, mungkin ceritanya siy sama kayak cerita sinetron yang ada televisi yaa, namun dari kisahnya ini saya belajar bagaimana menjadi seorang perempuan yang kuat dan selalu berusaha untuk mengandalkan diri sendiri dalam menjalani hidup.

Selain itu, waktu saya pun dihabiskan untuk menemani Ibu Bunga berbelanja yang punya list belanjaan cukup banyak. Awalnya, saya hanya benar-benar menemaninya, tapi apa daya saya, ternyata naluri berbelanja saya pun tidak bisa ditahan-tahan lagi apalagi melihat banyak diskonan dimana-mana. Padahal saya sebelumnya berencana belanja sama papa di malam hari, tapi yaudahlah ya nanti belanja lagi aja sama papa. Hehehe. Sebenarnya selain berbelanja, saya pun sempat berwisata ke Jabal Rahmah yang merupakan agenda dari travel. 

Jabal Rahmah merupakan tempat bertemunya antara Nabi Adam dan Hawa, setelah terpisah selama puluhan tahun sejak diturunkan dari surga. Nah, di Jabal Rahmah ini terdapat tugu peringatan yang dibangun oleh pemerintah Arab Saudi dan ternyata banyak ‘disalahpahami’ oleh umat islam. Tugu yang dibuat sebagai monumen peringatan atas sebuah sejarah ternyata dijadikan ‘berhala modern’ untuk meminta. Ada yang meminta jodoh, rezeki, panjang umur, dan lain sebagainya. Didepan tugu itu ada aja orang-orang yang melakukan sejumlah ritual seperti menempelkan foto, tanda-tangan, tulisan coretan, dsb. Well, karena saya tidak membawa foto laki-laki yang saya suka dan saya pun belum tau siapa pendamping hidup saya nanti, alhasil saya tidak ikutan coret-coret nama saya & pasangan saya di Jabal Rahmah (dan Naudzubillah melakukan hal-hal tersebut). Hehehe. Namun, karena di Jabal Rahmah pun dianjurkan untuk berdoa tentang jodoh maka saya melakukannya dalam hati semoga Allah memberikan jodoh yang baik agama, ilmu & hatinya. Konon katanya kalau sudah punya nama calon pasangan hidup terus kita sebut namanya di Jabal Rahmah ini insya allah akan dikabulkan menjadi jodoh kita. Dan saya pun punya banget impian untuk ke Jabal Rahmah lagi bersama suaminya saya, entah untuk melaksanakan haji atau umroh.  Aamiin

di Jabal Rahmah

Others mama a.k.a Ummi

-epilog-
Maaf banget baru sempet menyelesaikan tulisan ini. Padahal draft tulisannya sudah dari tahun 2013. Ah ya, dan ternyata hari haid saya pun hanya berlangsung 1,5 hari saja. Alhamdulillah banget, Allah mengabulkan pinta saya. Saya akhirnya bisa malaksanakan tawaf wada sebelum meninggalkan Mekkah. Agak was-was saat itu tapi sungguh rasanya legaaa banget bisa menyelesaikan rangkaian umroh. Tulisan perjalanan umroh saya bukanlah bermaksud untuk sombong, semata-mata hanya ingin berbagi pengalaman dan sekaligus menjadi kenangan bagi pribadi saya ketika kangen suasana Masjid Nabawi & Masjidil Haram. Syukur-syukur jika tulisan sederhana ini menjadi inspirasi bagi teman-teman semua untuk beribadah umroh dan saya doakan insya allah segera ke Mekkah!!! 

Saya pun bercita-cita ingin kembali ke Mekkah & Madinnah untuk menjalankan ibadah haji & umroh bersama suami saya. *semoga pas bikin tulisan ini, Malaikat meng-aamiinin tulisan saya ini*. Insya Allah saya pun berusaha untuk berjuang di jalan Allah dan diberikan kekuatan sama Allah Swt. Aamiin. 

Dan maafkan jika ada salah kata. 

Wassalamualaikum Wr. Wb


No comments: